Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Waktu berlalu, manusia berubah. Seorang cecunguk pun bisa berganti peran menjadi pahlawan.
ADVERTISEMENT
Kemenangan 3-2 Manchester United atas Southampton tak cuma melahirkan kisah comeback bagi Setan Merah secara kolektif. Di dalamnya terselip pekik girang seorang anak muda bernama Andreas Pereira.
Formasi 3-5-2 racikan Ralph Hasenhuetttl menyulitkan United untuk membangun serangan. Awal-awal babak pertama berjalan pelik karena United tetap buntu walau berbagai model serangan sudah dicoba. Bahkan gawang yang dikawal David de Gea kemasukan gol pada menit 26 lewat sepakan jarak jauh Yan Valery.
Keunggulan lawan tak lantas membikin United patah arang. Babak kedua ditandai dengan kebangkitan United lewat lesakan gol Pereira pada menit 53. Keberhasilan pemain berusia 23 tahun itu dibangun di atas kerja samanya dengan Diogo Dolot dan ditutup dengan sepakan lambung dari luar kotak penalti.
ADVERTISEMENT
Fragmen yang selanjutnya terlihat adalah lari kencang si pemuda Belgia yang ditutup dengan berseluncur ke tepi lapangan. Ia berteriak kencang, dikerubungi kawan-kawannya yang ada di lapangan maupun di bangku cadangan.
Bukan perayaan gol yang istimewa, tak ada selebrasi baru yang berpotensi jadi tren perayaan gol baru. Tapi dalam perayaan itu ada kelegaan dan kegembiraan yang meluap, keriaan yang jujur, dan asa untuk tak berhenti berlaga bersama si kulit bulat.
Saat anak asuhnya meluapkan kegembiraan, Ole Gunnar Solskjaer berlari turun dari tribunenya. Ia bergegas, seolah-olah tak ingin melewatkan pesta dari jarak terdekat.
Aksi Pereira tak berhenti sampai di gol penyama kedudukan pertama. Enam menit berselang, umpannya berubah menjadi assist usai dikonversi Romelu Lukaku menjadi gol.
ADVERTISEMENT
Southampton berhasil menggeser skor menjadi 2-2. Namun, bersoraklah United karena Lukaku melesakkan tembakan yang mengganjar Setan Merah dengan kemenangan 3-2.
Yang menarik, Pereira mendapatkan peran baru dalam laga melawan Southampton. Sebagai perbandingan, laga melawan Burnley adalah terakhir kali Pereira turun arena.
Pertandingan itu berakhir dengan skor imbang 2-2. United memang tak kalah, tapi hasil seri itu memutus tren kemenangan United dalam masa kepelatihan Solskjaer.
Gol yang mengantarkan Burnley pada keunggulan 1-0 tidak terlepas dari kesalahan Pereira. Diserahi tugas sebagai gelandang nomor enam, Pereira justru mengambil posisi yang terlalu dekat dengan bek tengah--yang artinya dekat dengan area pertahanan.
Sialnya, bola tanggung yang diterimanya dari Phil Jones dapat direbut dengan mudah oleh Jack Cork. Nama yang disebut terakhir dapat melewati kepungan bek United yang memang longgar dengan mudah.
ADVERTISEMENT
Ashley Barnes yang mengetahui bahwa rekannya dapat bergerak bebas, segera berlari ke area pertahanan lawan. Cork tak hanya mengundang decak kagum karena kemampuan dribelnya, tapi kecerdikannya untuk berperan sebagai umpan.
Konsentrasi para bek United yang terarah sepenuhnya pada Cork membikin mereka alpa untuk menutup pergerakan Barnes, si calon penerima umpan paling ideal. Pereira berusaha untuk menebus dosa dengan mengejar Barnes. Namun, Barnes sudah kepalang bebas dan tinggal melepaskan tembakan yang pada akhirnya tidak dapat dibendung oleh penjaga gawang.
Laga usai, kritik untuk Pereira tak berhenti. Walau menolak untuk menyalahkan Pereira, Solskjaer tak menurunkannya dalam waktu yang cukup lama, hingga pekan ke-29 melawan Southampton tadi.
Kabar baiknya, sikap Solskjaer yang enggan menuding Pereira sebagai pembuat onar juga didukung dengan respons taktik yang tepat. Pereira kembali diturunkan sebagai gelandang, tapi dengan peran yang lebih ofensif.
ADVERTISEMENT
Di sepanjang laga melawan Southampton, aksi defensif Pereira memang minim. Itu tergambar dari tiga upaya tekelnya. Tapi, ia berhasil menunjukkan permainan yang lebih efisien dan efektif.
Efisiensi permainan Pereira terlihat dari kecermatannya untuk menghemat energi. Pereira memang bukan gelandang konvensional yang saklek bermain di lapangan tengah.
Tapi ketimbang menggunakan energinya untuk menjelajah lapangan, Pereira cenderung memakai energinya untuk berlari menutup ruang yang ditinggalkan temannya. Ini terlihat dari dua proses gol awal United, momen saat Pereira berkontribusi sebagai pencetak gol dan assist.
Sebelum menorehkan gol penyama kedudukan itu, Pereira berlari hingga ke depan kotak. Dari situlah ia menjalankan fungsinya sebagai pemain yang memberikan opsi serangan.
Jalannya laga babak pertama dapat dibaca oleh Pereira dengan tepat: timnya kesulitan untuk memecah kebuntuan walau berkali-kali berhasil masuk kotak penalti. Dirangkum WhoScored, United melepaskan lima tembakan dari dalam kotak penalti sebelum turun minum dan satu gol pun muncul lewat upaya tersebut.
ADVERTISEMENT
Ketatnya penjagaan pemain Southampton dalam kotak penalti membikin serangan-serangan pemain United menjadi tak terarah walaupun sudah ada dalam area strategis.
Lucunya, United justru membuat dua tembakan tepat sasaran dari luar kotak penalti di sepanjang laga paruh pertama. Jika dapat membedah isi kepala Pereira, bukannya tidak mungkin kita akan menemukan pemikiran ini.
Jadi, ketimbang mengambil risiko mengulang kegagalan yang sama dan membuang-buang energi untuk menembus kokohnya pertahanan Southampton di kotak penalti, lebih baik memakai energi untuk melesakkan sepakan jarak jauh yang tepat sasaran.
Pada proses gol kedua, Pereira menjadi pemberi assist. Mirip dengan kejadian di gol pertama, Pereira juga berlari menjauh dari posisi aslinya dan mengambil posisi dekat kotak penalti sebelum melepas umpan jitu untuk Lukaku yang berakhir dengan perayaan.
ADVERTISEMENT
Di sini perbedaannya jelas. Dalam laga melawan Burnley, blunder dilakukan oleh Pereira karena ia ngotot untuk kembali ke posisi awal. Sementara, kontribusinya pada pertandingan melawan Southampton lahir karena kegigihannya untuk menutup ruang yang ditinggalkan rekannya.
"Saya begitu disenangkan dengan penampilan Andreas (Pereira). Ia mengalami sejumlah pengalaman buruk di klub. Kami sudah mengamati permainan dan perkembangannya bertahun-tahun lalu. Kualitasnya sudah kami amati sejak dia masih di akademi," jelas Solskajer kepada MUTV.
"Energi dan drive-nya jadi keunggulan. Agaknya laga ini meyakinkan kami soal peran terbaik untuknya. Ia bukan pemain nomor 6, tapi lebih sebagai pemain nomor 8 atau 10. Passing dan crossing-nya sangat akurat. Gol dan assist yang dibuat menjadi alasan mengapa ia pantas untuk mengenang hari ini," ujar Solskjaer.
ADVERTISEMENT
Jadi, seperti itulah. Taktik memang perkara menarik karena merupakan anak kandung dari kelemahan dan kelebihan. Taktik racikan Solskajer yang berpadu dengan kegigihan si pemain untuk menjalani proses mengantarkan Pereira pada tempat yang baru, dari cecunguk menjadi pahlawan--setidaknya untuk saat ini.
Gol dan assist torehan Pereira itu menjadi bukti bahwa taktik terbaik tak akan lahir dari pemikiran yang dipaksakan. Kalau dua torehan itu belum cukup, mungkin Solskjaer dapat bertandang ke stadion tetangga dan meminta Josep Guardiola untuk mengisahkan kembali temaram Arturo Vidal di tanah Jerman.