Haruskah Timnas Indonesia Panggil Striker Uzur yang Subur?

3 Januari 2022 17:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Timnas Indonesia Ezra Walian (kiri) berebut bola dengan pemain Kamboja Sieng Chantea (kanan) dalam pertandingan grup B Piala AFF 2020 di Stadion Bishan, Singapura, Kamis (9/12/21). Foto: Humas PSSI/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Timnas Indonesia Ezra Walian (kiri) berebut bola dengan pemain Kamboja Sieng Chantea (kanan) dalam pertandingan grup B Piala AFF 2020 di Stadion Bishan, Singapura, Kamis (9/12/21). Foto: Humas PSSI/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Timnas Indonesia gagal menjuarai Piala AFF 2020. Salah satu lini yang amat disorot adalah pos striker. 'Tim Garuda' dinilai tak memiliki striker muda yang tajam. Lantas, haruskah Shin Tae-yong bergantung pada striker uzur yang subur?
ADVERTISEMENT
Shin sendiri telah menyoroti hal ini. Pelatih asal Korea Selatan itu menyatakan lini depan merupakan titik paling lemah dari timnya dan menyinggung soal tim-tim Liga 1 yang banyak memakai striker asing.
"Di tim kami memang posisi yang paling lemah itu striker. Di Liga Indonesia [Liga 1] yang dipakai pun striker asing. Jadi, maka dari itu, pemain-pemain Indonesia khususnya striker susah sekali berkembang," tutur Shin usai pertandingan Thailand vs Indonesia, Sabtu (1/1).
"Sebagai striker harusnya lebih bekerja keras dari posisi lain, tetapi karena kurangnya itu, ya, diganti. Semoga pemain yang diganti itu jangan patah hati dan frustrasi, tetapi jadikan itu motivasi untuk terus berkembang lebih baik dari sekarang," pungkasnya.
Pelatih Timnas Indonesia, Shin tae-yong. Foto: PSSI
Ada 4 striker murni yang dibawa Shin Tae-yong ke Piala AFF 2020. Mereka adalah Ezra Walian, Kushedya Yudo, Dedik Setiawan, dan Hanis Saghara. Hanya Ezra yang mampu mencetak gol (2 gol), tetapi itu dinilai belum cukup.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, masih banyak striker muda lain di Liga 1. Sebut saja Taufik Hidayat (22 tahun), Muhammad Rafli (23 tahun), Saddam Gaffar (20 tahun), dan Dendy Sulistyawan (25 tahun). Namun, mereka juga masih kalah produktif dari striker asing.
Di Liga 1 2021/22, delapan pencetak gol teratas tidak ada yang striker asli Indonesia. Hanya ada satu striker naturalisasi, yakni Ilija Spasojevic yang telah mencetak 12 gol untuk Bali United--terbanyak bersama Ciro Alves asal Brasil. Kini, ia telah berusia 34 tahun.
Pemain Bali United Ilija Spasojevic melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Persita Tangerang saat pertandingan Piala Menpora 2021. Foto: Hendra Nurdiyansyah/Antara Foto
Striker naturalisasi lain yang masih tajam adalah Beto Goncalves. Bomber kelahiran Brasil yang resmi berusia 41 tahun per 31 Desember 2021 itu menjadi top skor Liga 2 2021 dengan raihan 11 gol untuk Persis Solo.
ADVERTISEMENT
Tepat di bawahnya, ada Cristian Gonzales yang mencatatkan 7 gol. El Loco masih menggila di usia 45 tahun bersama Rans Cilegon FC.
Lantas, haruskah Timnas Indonesia mengandalkan mereka? Kalaupun terpaksa demikian, siapa yang paling cocok?
Beto Goncalves dan Cristian Gonzales. Foto: Instagram/@persisofficial dan @rans.cilegonfc.official
Cristian Gonzales dan Ilija Spasojevic memiliki kesamaan. Keduanya adalah tipe striker yang mengandalkan pemosisian diri dan akurasi tembakan sebagai senjata andalan mereka.
Gonzales boleh jadi adalah opsi yang paling tak realistis. Sebab, dari segi kecepatan, ia sudah berkurang, meski insting mencetak golnya masih bagus.
Di sisi lain, Spasojevic masih tampak bugar. Pemain kelahiran Montenegro itu juga memiliki jiwa kepemimpinan yang baik di ruang ganti.
Namun, kembali lagi, Spaso adalah bomber bertipikal target man terbiasa dilayani umpan-umpan manja dari dua wing back, Made Andhika dan Ricky Fajrin serta ditopang winger yang bisa bergerak fleksibel sekelas Stefano Lilipaly dan Melvin Platje.
ADVERTISEMENT
Pemain Bali United Ilija Spasojevic berusha melewati pemain Persita Tangerang pada pertandinggan lanjutan Liga 1 di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (24/9). Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Masalahnya, Timnas Indonesia era Shin Tae-yong tidak memakai tipe striker seperti Spasojevic. Shin membutuhkan penyerang yang lebih lugas dan bermain melebar.
Kalau begini, opsi yang pas adalah Beto Goncalves. Pemain yang kini kembali ke pelukan Madura United itu memiliki daya jelajah tinggi dan bisa main melebar.
Berdasarkan data di Transfermarkt, Beto bisa bermain sebagai winger kanan dan kiri serta second striker. Ini adalah bukti bahwa ia bukanlah striker yang cuma menunggu bola di kotak penalti.
Beto pernah membela Timnas Indonesia senior sepanjang 2018-2019. Catatannya adalah 10 gol dari 12 penampilan. Ia memiliki komitmen dan kemampuan adaptasi yang baik bersama 'Tim Garuda', sehingga boleh jadi ia pun cocok dengan taktik Shin Tae-yong.
ADVERTISEMENT