Ironi Kampanye LGBT yang Digalang Premier League

16 November 2018 8:25 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kampanye LGBT Premier League (Foto: Twitter @premierleague)
zoom-in-whitePerbesar
Kampanye LGBT Premier League (Foto: Twitter @premierleague)
ADVERTISEMENT
Ornamen-ornamen pelangi akan menghiasi laga-laga Premier League pada 30 November mendatang. Kebijakan itu didasari atas kerja sama klub-klub Premier League dan Liga Sepak Bola Inggris (EFL) dengan Stonewall untuk mengampanyekan Rainbow Laces, wadah bagi para insan olahraga yang ingin mencurahkan dukungan kepada LGBT (lesbian, gay, bisexual, dan transgender).
ADVERTISEMENT
"Bagi kami, Stonewall adalah mitra baik dan kami menghargai misi mereka untuk mendukung liga dan klub kami, serta mempromosikan keragaman di seluruh olahraga, " kata Bill Bush selaku Direktur Eksekutif Premier League seperti dilansir Sky Sports.
Pada periode 24 November hingga 1 Desember, klub-klub EFL akan mempersiapkan peralatan pendukung macam ban kapten dan tali sepatu yang nantinya akan berwarna pelangi.
Untuk menyambut kampanye ini, EFL pun berencana mengubah logonya dengan susunan warna yang identik dengan kaum LGBT tersebut. Sebelumnya, mereka juga sudah menuangkan dukungan lewat rangkaian film pendek tentang para LGBT yang juga penggemar Liga Inggris.
Sementara itu, Premier League sendiri akan menampilkan ornamen pelangi pada bendera di sudut lapangan, papan alas bola, dan papan pergantian pemain.
ADVERTISEMENT
"Klub-klub kami melakukan pekerjaan fantastis di area ini untuk memperkuat pesan bahwa sepakbola adalah untuk semua orang. Kami bangga bisa berkontribusi dan menggunakan jangkauan kami untuk merayakan kampanye Rainbow Laces."
Ironisnya, Premier League, atau lebih tepatnya sepak bola Inggris, bukanlah rumah yang ramah untuk LGBT. Justin Fashanu adalah bukti nyata dari 'kejahatan' mereka atas pesepak bola homoseksual.
Pemain yang pernah berseragam Norwich City dan Nottingham Forest itu mengakui dirinya seorang gay saat diwawancarai The Sun, 1990 silam. Memang Fashanu mengaku bahwa dia diterima dengan baik oleh semua pemain. Namun, hal itu tak lantas menghentikan candaan rekan-rekan setim yang sering menyinggung dirinya.
Pada akhirnya Fashanu ditemukan gantung diri di garasi rumahnya yang terletak di kawasan Shoreditch, London, setahun setelah memutuskan pensiun pada 1997 dari klub asal Selandia Baru, Miramar Rangers. Dalam pesannya, Fashanu mengeluhkan tentang putusan pengadilan yang tidak berimbang kepadanya sebagai seorang homoseksual.
ADVERTISEMENT
Sementara di era Premier League, bisa dibilang hanya Thomas Hitzlsperger yang terang-terangan mengaku sebagai homoseksual. Meski gelandang yang pernah membela Aston Villa dan West Ham United itu baru mengklaim dirinya gay pada 2014, setahun setelah gantung sepatu.
Baru-baru ini Olivier Giroud juga angkat bicara mengenai sulitnya menjadi pesepak bola homoseksual, khususnya dalam kasus Hitzlsperger.
"Itu sangat emosional, mustahil menurut saya untuk menunjukkan homoseksualitasnya dalam sepakbola," kata Giroud kepada Le Figaro.
Menurut Giroud, kebersaaman di ruang ganti--yang meliputi kamar mandi dan kamar ganti, juga membuat segalanya terasa sulit. Pasalnya, tak menutup kemungkinan pesepak bola homoseksual akan berbagi tempat di ruang privasi itu bersama rekan-rekan setimnya.
ADVERTISEMENT
“Saya memahami rasa sakit dan kesulitan yang dialami orang-orang yang mengakui (homoseksual); ini adalah ujian nyata setelah menemukan jati diri mereka selama bertahun-tahun."
Ayah satu puteri itu juga menunjukkan dukungannya kepada LGBT saat masih berseragam Montpellier. Bahkan, Giroud pernah mengisi sampul depan majalah gay Prancis, Tetu.
Olivier Giroud usai menjalani laga final Piala Dunia 2018 (Foto: Michael Dalder/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Olivier Giroud usai menjalani laga final Piala Dunia 2018 (Foto: Michael Dalder/Reuters)
"Di Arsenal, ketika mereka meminta saya memakai Rainbow Laces untuk mendukung komunitas gay, saya melakukannya. (Namun) masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam dunia sepak bola untuk hal seperti ini," kata Giroud.