Jalan Panjang Merger dan Akuisisi Klub di Indonesia

11 Januari 2019 19:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sriwijaya FC saat berlaga melawan Bali United. (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/hp/18)
zoom-in-whitePerbesar
Sriwijaya FC saat berlaga melawan Bali United. (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/hp/18)
ADVERTISEMENT
Ide gila pernah tertuang pada tahun 1964. Isinya, peleburan antara dua klub hebat di Kota Manchester yakni City dan United. Gila memang, karena rivalitas kedua kesebelasan yang teramat panas apalagi dalam satu dekade belakangan ini.
ADVERTISEMENT
Namun, ketika itu ide ini nampak bisa diterima oleh nalar. Apalagi, sehabis Perang Dunia II rivalitas kedua kesebelasan belum setajam seperti saat ini. Kemudian, pada saat itu tak sedikit penyuka sepak bola menonton pertandingan Manchester City pekan ini, lalu menyaksikan Manchester United berlaga di pekan selanjutnya.
Dalam buku 'Manchester-The City Years' yang dikutip dari Vice, rencana mergernya antara United dan City merupakan upaya untuk mengangkat moral pemain dan fans dari City. Saat itu, City yang berlaga di Divisi Dua mengalami penurunan pendukung.
Ekspresi para pemain Manchester United saat Manchester City merayakan gol. (Foto: Jason Cairnduff/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi para pemain Manchester United saat Manchester City merayakan gol. (Foto: Jason Cairnduff/Reuters)
Well, merger atau peleburan memang bukan hal yang tabu di dunia sepak bola. Banyak faktor yang membuat peleburan tersebut terjadi. Masalah finansial sudah barang tentu menjadi aspek yang paling utama. Selain itu, keinginan untuk masuk ke divisi teratas sebuah kompetisi secara praktis juga menjadi salah satu alasan merger itu terlaksana.
ADVERTISEMENT
Menariknya, di sepak bola Asia Tenggara, khususnya Indonesia, merger ini menjadi sebuah kejadian yang biasa apalagi dalam kurun waktu dua dasawarsa belakangan ini.
Persisam Samarinda dan Putra Samarinda adalah salah satu klub yang melebur menjadi satu. Pada masa lalu, Persisam merupakan peserta kompetisi Perserikatan.
Kompetisi Perserikatan sendiri sering diidentikan dengan kompetisi amatir dalam sepak bola Indonesia. Sedangkan, Putra Samarinda berlaga di Galatama yang merupakan liga semi profesional.
Selain kedua kesebelasan itu, ada juga Petrokimia dan Persegres yang melebur pada tahun 2005 lalu menjadi Persegres Gresik United. Kala itu, Wakil Bupati Gresik, Sastro Suwito, yang mengumumkan merger tersebut. Ia menginginkan seluruh insan sepak bola Gresik untuk bersatu dan memajukan sepak bola di Kota Industri itu.
ADVERTISEMENT
Tak hanya di Indonesia, di sepak bola Thailand, merger juga kerap terjadi. Buriram FC yang merupakan klub lokal milik pemerintah setempat melebur dengan Buriram PEA pada kompetisi dengan level yang sama pada tahun 2011.
Buriram PEA sendiri klub lokal yang dimiliki oleh perusahan listrik di Thailand. Jadilah, kedua klub tersebut bergabung dengan nama baru yakni Buriram United.
Prestasi Buriram United tergolong membanggakan. Pada 2014, Buriram yang kala itu dilatih oleh Alejandro Menendez menjadi tim Thailand pertama yang meraih quadruple. Saat itu, Buriram meraih Kor Royal Cup, Thai League, Thai FA Cup, dan Thai League Cup.
****
Selain merger ada juga cara klub dengan jalan pintas meraih kesuksesannya. Salah satunya ialah dengan cara akuisisi. Cara ini cukup sering terjadi di sepak bola Indonesia pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Yang paling gampang bisa diambil contoh adalah Sriwijaya FC. Awal mula lahirnya Sriwijaya FC bermula pada 2004. Ketika itu, pemerintah provinsi Sumatera Selatan berambisi untuk memiliki tim sepak bola. Apalagi, saat itu Palembang baru saja memiliki stadion megah pasca Pekan Olahraga Nasional (PON) 2004.
Atas dasar itu, Pemprov Sumsel mengambil alih Persijatim Jakarta Timur yang nasibnya luntang-lantung tidak jelas. Awalnya, Persijatim yang berdiri pada tahun 1976 ini berbasis di Jakarta Timur, tetapi dengan alasan finansial, mereka pindah ke Solo pada 2002 dengan mengusung nama Persijatim Solo FC.
Kendati demikian, nasib Persijatim setali tiga uang ketika pindah ke Solo: tetap sulit. Maka dari itu, tepatnya pada 23 Oktober 2004, Sriwijaya FC terbentuk setelah Pemprov Sumsel mengambil alih Persijatim. Sriwijaya FC lalu menjelma menjadi tim yang kuat di sepak bola Indonesia.
ADVERTISEMENT
Raihan gelar juara liga pada musim 2007/08 serta musim 2011/12 dilengkapi dengan torehan gelar Piala Indonesia yang didapatkan secara berturut pada musim 2008, 2009, dan 2010.
Sriwijaya FC saat berlaga melawan Bali United. (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/hp/18)
zoom-in-whitePerbesar
Sriwijaya FC saat berlaga melawan Bali United. (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/hp/18)
Kemudian, ada juga PS TNI yang mengambil alih Persiram Raja Ampat pada 2016. Proses akuisisi PS TNI terhadap Persiram dilakukan melalui PT AGM (Arka Gega Magna). Total biaya yang dikeluarkan untuk mengambil alih Persiram diperkirakan sebesar Rp 17 miliar.
Nama PS TNI baru mencuat setelah tampil di turnamen Piala Jenderal Sudirman. Penampilannya menarik perhatian karena pemainnya diisi oleh sejumlah anggota TNI dan eks Timnas Indonesia yang sedang mengikuti pendidikan tentara.
****
Lantas apakah merger dan akuisisi ini perbuatan yang dibolehkan dalam sepak bola? Lalu bagaimana dengan lisensi klub-klub yang sudah merger ini?
ADVERTISEMENT
AFC dan FIFA memang sangat mengatur soal lisensi klub-klub di bawah naungannya. Lisensi tersebut dibutuhkan untuk bisa mengikuti kompetisi klub di bawah AFC maupun FIFA. Bisa dibilang adanya lisensi membuat klub lebih legal dan dapat diakui secara resmi.
Selain legalitas, klub juga harus mempunyai aspek lain yang menjadi kriteria sebuah klub profesional antara lain infrastruktur, finansial, sporting (pembinaan), dan manajemen. Satu saja aspek di atas tak terpenuhi maka klub itu seharusnya tidak layak tampil di kompetisi sekelas Liga 1.
Logo FIFA (Foto: AFP/Michael Bulhozer)
zoom-in-whitePerbesar
Logo FIFA (Foto: AFP/Michael Bulhozer)
Lantas, apakah lisensi ini boleh dijualbelikan oleh klub? FIFA menjawabnya dalam statuta di pasal 4 ayat 4.
"Untuk alasan apa pun lisensi (pemegang) menjadi bangkrut dan memasuki masa likuidasi (pembubaran), seperti yang ditentukan oleh peraturan nasional (di mana lisensi menjadi bangkrut dan masuk tahapan administrasi ketika musim berjalan). Lisensi tidak boleh di tarik selama musim kompetisi berlangsung, atau jika masih memiliki peluang untuk menyelamatkan klub serta bisnisnya," bunyi pasal itu.
ADVERTISEMENT
Lisensi ini sejatinya mungkin saja berpindah tangan asal memiliki syarat yang sesuai dengan aturan. Bisa saja lisensi itu dijual bila klub mengalami kebangkrutan atau dalam masa pembubaran. Namun, klub tak boleh menjual lisensi bila tengah berlaga di sebuah kompetisi resmi.
COO PT Liga Indonesia, Tigorshalom Boboy, pernah menyatakan tidak ada aturan yang melarang perpindahan sebuah klub dari lama ke yang baru. Lebih lanjut, Tigor mengatakan adanya persetujuan antara kedua belah pihak mengenai pergantian nama dalam sebuah tim juga tidak menjadi sebuah masalah.
Kini, kabar terbaru menyeruak yang menyebutkan bahwa akan terjadinya merger antara PS Tira dengan Persikabo Bogor. Kedua tim akan melebur dengan mengusung nama TR Persikabo untuk terjun di Liga 1 2019.
ADVERTISEMENT
Akankah merger itu terwujud? Menarik dinantikan.