Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Kepergian Pep Guardiola meninggalkan goresan tinta emas di Barcelona dan Bayern Muenchen. Namun, kedatangan Guardiola ke Manchester City melahirkan kekhawatiran bagi Joe Hart .
ADVERTISEMENT
Kisah Guardiola di tanah Inggris dimulai pada 2016. Ia bertualang ke Manchester Timur, mendedah dan membedah taktik sampai bagian mikroskopis bersama Manchester City yang berdiri di atas ambisi Sheikh Mansour.
Tidak semua orang menyambut gembira kedatangan Guardiola dan kegeniusannya. Hart yang kala itu berstatus sebagai kiper utama City justru merasa terancam.
Barangkali ia menyadari bahwa Guardiola adalah pelatih yang mengedepankan kiper modern, para penjaga gawang yang terlibat aktif dalam permainan.
"Saya khawatir dengan kedatangannya. Ada banyak orang penting di klub yang meyakinkan saya bahwa segalanya akan baik-baik saja. Namun, kita semua punya perasaan (firasat), bukan?" tutur Hart dalam wawancaranya bersama Donald McRae untuk The Guardian .
"Saya terlambat kembali ke klub setelah Euro 2016. Ia memutuskan dengan lugas bahwa saya harus dilego ke klub lain. Pep memang brilian, ia membuat keputusan-keputusan dan sanggup meyakinkan orang lain," papar Hart.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak membencinya. Kami sama-sama sudah dewasa dan mencintai sepak bola," tegas Hart kepada The Guardian .
Penjaga gawang yang bisa berperan sebagai sweeper-keeper membuat suatu tim memiliki tambahan pemain bertahan. Tim juga mempunyai pemain lain yang turut serta dalam mengalirkan bola alias membangun serangan.
Guardiola juga membutuhkan kiper modern sebagai salah satu alternatif untuk menyusun serangan balik cepat. Salah satu cara untuk melawan tim yang mengandalkan serangan balik, ya, dengan menyusun serangan balik balasan dengan cepat.
Itulah sebabnya, ia membutuhkan kiper yang mampu melepas lemparan jauh efektif. Masalahnya, semusim sebelum dilego, Hart hanya sanggup membukukan akurasi lemparan jauh tak lebih dari 60%. Ditambah lagi, Hart saat itu belum berhasil membuktikan bahwa ia adalah kiper modern yang dibutuhkan Guardiola.
ADVERTISEMENT
Bukan berarti Guardiola mengambil keputusan secara sepihak. Hart menjelaskan bahwa mereka berdialog sebelum mengambil keputusan.
Toh, sebelum kedatangan Guardiola, tepatnya saat City dilatih oleh Manuel Pellegrini, Hart berstatus sebagai kiper utama. Meski demikian, Hart tetap harus meninggalkan City.
"Saya memastikan kami berdialog dulu. Tentu saja saya menguatkan dan membela diri sedapat mungkin saat berbicara. Saya mendengar seluruh kata-katanya. Yang saya tangkap waktu itu lebih dari penilaian bahwa saya bukan kiper yang baik untuknya," tutur Hart.
"Saya menyadari bahwa ia ingin memperlihatkan sepak bola. Ia ingin membentuk tim yang dia banget. Ia tahu harus ke mana dan rasanya, sejak itu dia tidak mengalami kesulitan untuk mewujudkannya, bukan?" jelas Hart kepada The Guardian .
ADVERTISEMENT
Sayangnya, Hart tenggelam setelahnya. Usai dipinjamkan City ke Torino dan West Ham Unit, Hart tak kunjung mendapat kepastian meski sudah berstatus sebagai pemain tetap di Burnley.
Hart tampil penuh di paruh musim pertama. Namun, di akhir tahun 2018, ia digeser oleh Tom Heaton karena performa Burnley melorot.
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona . Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi 1 unit smartTV dan 2 jersi original klub Liga Inggris. Buruan daftar di sini .