Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Bagi Andrew Robertson , Juergen Klopp mempunyai keunggulan yang belum pernah dilihatnya pada pelatih lain: Pengaruh Klopp sebagai manajer sama baiknya dengan pengaruhnya sebagai ayah.
ADVERTISEMENT
Klopp tidak datang ke Liverpool dengan sambutan ekstravaganza pada awal 2015/16. Ia bahkan melabeli diri sebagai The Normal One. Lewat julukan itu Klopp ingin berkata bahwa dia bukan Tuhan yang bisa mengubah segalanya dalam waktu kelewat singkat.
Klopp tidak sedang merendah. Ia mesti menunggu selama tiga musim supaya 'sah' memelesetkan salah satu lagu milik Salt-N-Pepa menjadi 'Let's Talk About Six' ketika diwawancara seorang jurnalis.
Guyonan itu hanya bisa dilakukan Klopp jika berhasil membawa Liverpool menyegel gelar juara Liga Champions keenam.
Itulah yang terjadi. Liverpool menjadi kampiun Liga Champions 2018/19. Setelahnya, Klopp mengantar Liverpool menjuarai Piala Super UEFA dan Piala Dunia Antarklub 2019.
Tiga musim tanpa gelar bukan tahun-tahun yang terbuang. Robertson menyebut bahwa yang dilakukan Klopp pertama kali adalah membangun kedekatan dalam tim.
ADVERTISEMENT
Ia ingin menyatukan tim. Ia mesti memastikan agenda pribadi setiap personel tidak mengganggu target tim.
Komitmennya untuk mengurus hal yang terkesan remeh itulah yang membuat para pemain Liverpool tidak hanya memandang Klopp sebagai pelatih, tetapi juga sebagai seorang ayah.
"Klopp adalah figur ayah di markas latihan. Ia selalu menjadi ayah bagi kami, baik di dalam atau luar lapangan," ujar Robertson, dilansir Sky Sports.
"Saya tahu apa yang ia lakukan adalah bagian dari pekerjaannya. Dia adalah manajer saya. Namun, saya juga percaya bahwa kami lebih dari sekadar rekan kerja. Semua orang di tim adalah keluarga. Itulah yang membuat kami sukses sebagai tim," tutur Robertson.
Robertson diangkut dari Hull City dan sampai ke Anfield jelang musim 2017/18. Ia tidak langsung menjadi pilihan utama Klopp hanya karena melakoni laga debut pada Agustus 2017 melawan Crystal Palace.
ADVERTISEMENT
Terhitung dari Agustus hingga November 2017, Robertson hanya bermain dua laga di Premier League. Wajar saja mengingat Alberto Moreno lagi oke-okenya di kurun itu.
Robertson tidak menganggap Klopp sebagai pelatih yang pilih kasih. Klopp mesti memastikan bahwa pemain yang diturunkannya cocok dengan sistem permainannya. Saat itu, Moreno adalah pemain yang sesuai untuk taktik Klopp.
Sejak Moreno cedera pada Desember 2017, Klopp tak punya pilihan. Begitu menyadari bahwa Robertson adalah pemain yang tepat, ya sudah, Klopp mengerjakan bagiannya.
Ia membentuk Robertson menjadi salah satu bek kiri yang paling ditakuti. Klopp mengasah Robertson menjadi pemain penting, tetapi tidak terpenting. Maksudnya, jika sewaktu-waktu performa Robertson menurun, Klopp tidak akan segan mencari pengganti.
ADVERTISEMENT
"Klopp adalah pribadi dan manajer yang fantastis. Buat saya dia seperti orang Skotlandia. Ya, ya, ya, jangan-jangan dia memang orang Skotlandia. Toh, dia sangat dekat dengan Kenny Dalglish," tutur Robertson.
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona . Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!