Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Publik boleh saja antusias bahwa Timnas Indonesia akan diperkuat oleh dua bek kelas Eropa. Belum lagi, ada Shayne Pattynama juga akan menyusul.
Namun, akankah program naturalisasi ini terus-menerus dilakukan?
Naturalisasi dipercaya bisa membuat suatu tim nasional menjadi semakin kuat. Itulah siasat yang dilakukan oleh sejumlah negara Asia Tenggara.
Singapura menjadi contoh negara yang sukses usai melakukan kebijakan naturalisasi pemain. Dengan bantuan pemain naturalisasi, Singapura menjuarai Piala AFF 2004, 2007, dan 2012. Beberapa pemain yang menjadi bintang pada masanya adalah Daniel Bennett, Aleksandar Duric, Qiu Li, Mustafic Fachrudin, Agu Casmir, Ittimi Dickson, Precious Emuejeraye.
Indonesia kemudian mencoba untuk melakukan kebijakan naturalisasi. Sejak 2010, Indonesia menaturalisasi pemain dari Liga Indonesia, semisal Cristian Gonzales, Osas Saha, Beto Goncalves, Raphael Maitimo, Greg Nwokolo, Victor Igbonefo, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Namun, kebijakan ini tidak tepat sasaran. Mereka memang jago di level Liga Indonesia, tetapi sulit membantu Timnas bersaing di level Asia Tenggara dan Asia, bahkan belum mampu memberikan trofi Piala AFF. Mereka juga dinaturalisasi ketika sudah tua, sehingga memang terasa amat jangka pendek.
Bahkan, ada banyak pemain asing Liga Indonesia yang sama sekali belum pernah mencicipi caps Timnas Indonesia. Berikut ini contohnya:
Naturalisasi era sekarang berbeda. Shin Tae-yong memilih pemain yang berkompetisi di Eropa, seperti halnya Jordi Amat, Sandy Walsh, dan Shayne Pattynama untuk membela Timnas Indonesia. Ini diyakini beberapa pihak akan berhasil.
ADVERTISEMENT
Dari segi teknis, naturalisasi pun sekarang berbeda. Karena harus lewat PSSI, bukan klub.
''Dulu itu yang minta klub. Sekarang, kalau klub yang minta saya gak mau. Yang minta harus federasi [PSSI] lewat Ketua Umum,'' jelas Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, Zainudin Amali, pada 10 Februari 2022.
Namun tetap saja, mau sampai kapan naturalisasi terus dilakukan? Terkait hal ini, Mochamad Iriawan selaku Ketua Umum PSSI menegaskan naturalisasi tidak akan menjadi prioritas di tahun-tahun mendatang.
"Memang program kami [PSSI], target tahun-tahun ke depan tidak ada naturalisasi. Untuk [sekarang], pelatih kami [Shin Tae-yong] meminta [naturalisasi] karena [kualitas] lini belakang kita, menurut Shin Tae-yong, kurang kuat kalau tanpa tiga pemain naturalisasi tersebut, yakni Sandy, Jordi dan Shayne Pattynama," kata Iriawan pada 1 September 2019.
ADVERTISEMENT
"Jadi, [program] naturalisasi [untuk] jangka pendek. [Timnas] U-16 kami juara di Asia Tenggara, ini cikal bakal keemasan timnas berikutnya. Badan mereka juga sudah cukup tinggi-tinggi. Pembinaan junior, kami siapkan juga dari level U-14, ada Piala Soeratin dan lain-lain," tambahnya.
Beberapa hari lalu, Menpora kembali menegaskan tentang naturalisasi hanyalah program jangka pendek di hadapan Komisi III DPR RI di Gedung DPR, Jakarta. Ia mengeklaim bahwa pembinaan pemain usia muda untuk Timnas Indonesia sudah dalam jalan yang baik.
"Kami punya keyakinan proses naturalisasi tidak akan seperti sekarang lagi ketika pembinaan kita sudah on the track," kata Menpora di Gedung DPR RI, Rabu (9/11/2022).
Lantas, akankah PSSI benar-benar berani menghentikan program naturalisasi di masa mendatang?
ADVERTISEMENT