Karena Claudio Marchisio Begitu Berharga

7 Februari 2018 13:42 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Marchisio masih dibutuhkan Juventus. (Foto: AFP/Filippo Monteforte)
zoom-in-whitePerbesar
Marchisio masih dibutuhkan Juventus. (Foto: AFP/Filippo Monteforte)
ADVERTISEMENT
Ini sungguh merupakan sebuah penghinaan. Bagaimana mungkin ada orang yang meragukan kesetiaan seorang Claudio Marchisio kepada Juventus?
ADVERTISEMENT
Terlepas dari istrinya, Roberta Sinopoli, yang lahir dari keluarga suporter Torino, Marchisio adalah seorang Juventino yang kaffah. Potonglah nadinya dan niscaya, darah yang mengucur dari sana takkan berwarna merah, melainkan hitam dan putih. Berlebihan? Mungkin. Akan tetapi, cinta Marchisio kepada 'Si Nyonya Tua' memang sedalam itu.
Maka dari itu, ketika ada orang yang dengan lancang mengaitkannya dengan Milan, Marchisio pun langsung merespons dengan tegas. Lewat akun Instagram-nya, Marchisio mengunggah sebuah foto dirinya sedang menepuk emblem Juventus di dada kiri. Di situ dia menulis, "Terkadang, kata-kata memang tak diperlukan."
Ya, Marchisio memang tak butuh kata-kata untuk membuktikan betapa cintanya dia kepada Juventus. Sebagai putra asli Turin, dia punya kedekatan khusus dengan para suporter Juventus. Pasalnya, sebelum menjadi pemain, Marchisio sudah lebih dulu menjadi suporter dan itulah mengapa, para suporter kini senantiasa menganggap dirinya sebagai 'salah satu dari mereka'.
ADVERTISEMENT
Meski spekulasi kepindahannya ke Milan telah diredam, spekulasi akan kepindahan dirinya kembali merebak belakangan ini. Lagi-lagi, Marchisio harus mengeluarkan respons tegas untuk mengenyahkannya.
"Satu-satunya hal yang akan saya katakan untuk masa depan saya adalah bahwa saya baik-baik saja sekarang dan saya ingin membantu rekan-rekan satu tim. Itu saja yang saya pikirkan," ujar Marchisio kepada Sky Sports Italia.
"Saya masih memiliki kontrak panjang dengan Juventus, tapi saya selalu mengatakan bahwa Anda tidak pernah tahu sesuatu di sepak bola. Namun, kalaupun sesuatu terjadi, saya tidak akan pernah memakai kaus lain di Serie A."
"Saya ulangi, saya punya kontrak panjang dan saya senang di sini. Saya berlatih setiap hari dengan tekad tinggi, meski memiliki masalah cedera yang tidak mudah diatasi, karena saya sangat termotivasi dan selalu ingin menang," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Begitulah. Soal kesetiaan dan rasa cinta, tak ada yang perlu diragukan dari Marchisio. Akan tetapi, apa sebenarnya yang masih bisa ditawarkan Il Principino kepada Sang Nyonya?
Masalahnya begini, Marchisio sudah tidak muda lagi. Selain itu, sejak musim 2015/16 dia juga sudah jarang sekali turun sebagai pemain utama. Sejak itu sampai detik ini, menurut catatan Transfermarkt, dia baru bermain sebanyak 71 kali. Artinya, dalam tiga musim terakhir Marchisio hanya bermain di 24 pertandingan tiap musimnya. Itu pun tidak selalu penuh.
Gelandang Juventus, Claudio Marchisio. (Foto: MARCO BERTORELLO / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Gelandang Juventus, Claudio Marchisio. (Foto: MARCO BERTORELLO / AFP)
Makin lama, menit bermain Marchisio pun makin sedikit. Pada musim ini, misalnya, Marchisio baru bermain 13 kali (9 di Serie A, 1 di Liga Champions, dan 2 di Coppa Italia). Namun, di situ dia hanya menjadi starter sebanyak 5 kali (3 di Serie A, 2 di Coppa Italia). Menit bermainnya pun mentok di angka 525. Dengan kata lain, tidak salah rasanya untuk mengatakan bahwa Marchisio telah terpental dari skuat utama Juventus.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Massimiliano Allegri punya formasi favorit baru, 4-3-3. Dengan formasi ini, eks pelatih Cagliari itu bisa memainkan tiga gelandang terbaiknya sekaligus, Miralem Pjanic, Sami Khedira, dan Blaise Matuidi.
Terbukti sejak mengganti formasi Juventus asuhan Allegri menjadi lebih solid. Terhitung sejak menahan imbang Barcelona tanpa gol, Juventus sudah tak terkalahkan dalam 15 pertandingan di semua ajang. Selain itu, mereka juga hanya kemasukan satu gol saat menghadapi Verona.
Situasi demikian, ditambah cedera lutut kambuhan yang telah dideritanya sejak April 2016, membuat Marchisio makin kesulitan saja menembus tim utama Juventus. Terlebih, ketika dimainkan pun pemain bertinggi 180 cm ini belum mampu menunjukkan kemampuannya yang dulu. Musim ini, Marchisio hanya mampu mengemas satu assist.
ADVERTISEMENT
Lalu, apakah dengan begini Juventus sebaiknya melepas Marchisio saja?
Marchisio dengan trofi scudetto. (Foto: Reuters/Giorgio Perottino)
zoom-in-whitePerbesar
Marchisio dengan trofi scudetto. (Foto: Reuters/Giorgio Perottino)
Well, tentu tidak, dan untuk itu ada beberapa alasan.
Pertama, form is temporary but class is permanent. Marchisio, harus diakui, sebenarnya memiliki kelas sebagai salah satu gelandang papan atas Eropa. Kemampuannya begitu komplet baik dari segi ofensif maupun defensif. Selain punya kemampuan mengumpan yang baik, Marchisio juga merupakan ahli dalam melakukan merebut bola. Musim ini saja, dengan kesempatan yang minim, Marchisio mampu mencatatkan rata-rata 1 tekel per laga.
Ketika dia masih ada dalam masa jayanya dulu, pemain yang pernah 'disekolahkan' ke Empoli ini pernah diincar klub-klub raksasa Eropa lain seperti Manchester United. Tanpa kemampuan mumpuni, hal ini tentu mustahil. Satu hal yang dibutuhkan Marchisio kini adalah mengembalikan kondisi fisiknya seperti dulu kala. Apabila kondisi fisik prima sudah dicapai, versi terbaik 'Si Pangeran Kecil' pun bakal keluar.
ADVERTISEMENT
Kedua, Marchisio adalah sosok berpengaruh di ruang ganti Juventus. Saat ini, statusnya adalah kapten ketiga di bawah Gianluigi Buffon dan Giorgio Chiellini. Dalam sebuah tim sepak bola, suasana ruang ganti adalah hal penting yang tidak bisa diganggu gugat. Sudah banyak contoh tim yang menemui kegagalan akibat suasana ruang ganti yang tak kondusif, seperti Bayern Muenchen kala masih ditangani Carlo Ancelotti.
Marchisio memang tidak sevokal Buffon atau Chiellini di ruang ganti Juventus. Akan tetapi, dia punya legitimasi yang tidak bisa dibantah siapa pun. Dengan pengalaman panjangnya berkostum Bianconeri yang mencakup masa-masa sulit pasca-Calciopoli, Marchisio menjadi sosok yang begitu dihormati.
Marchisio (kanan) bersama Arturo Vidal. (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Marchisio (kanan) bersama Arturo Vidal. (Foto: Reuters)
Ketiga, Juventus akan kehabisan stok pemain tengah apabila Marchisio dilego. Untuk melapis trio Pjanic-Khedira-Matuidi, Juventus hanya punya Marchisio, Stefano Sturaro, dan Rodrigo Bentancur. Dari ketiga pelapis itu, hanya Marchisio-lah yang sudah terbukti kemampuan serta konsistensinya di level tertinggi.
ADVERTISEMENT
Sturaro saat ini lebih dikenal sebagai pemain yang lebih layak berada di era lelucon Juventus pasca-Calciopoli. Meski bisa dimainkan di beberapa peran dan posisi seperti bek kanan, Sturaro dianggap tidak punya kemampuan teknikal yang cukup untuk menjadi pemain Juventus.
Sementara itu, Bentancur memang punya prospek cerah. Akan tetapi, pemain Uruguay ini masih terlalu hijau. Untuk bisa mencapai level tertinggi, eks pemain Boca Juniors ini masih butuh waktu. Nah, selain untuk menjadi pelapis yang tak berbeda jauh kualitasnya dengan trio gelandang utama, Marchisio juga seharusnya bisa didapuk untuk menjadi pembimbing bagi Bentancur, mengingat kesamaan posisi dan peran yang diemban dua pemain ini.
Terakhir, Marchisio adalah ikon klub. Jika tak ada sesuatu yang luar biasa, rasanya Juventus pun tidak seharusnya punya alasan untuk melepas Marchisio ke mana pun. Status sebagai ikon ini memang masuk ranah non-teknis. Akan tetapi, sepak bola, toh, tidak pernah berkutat pada hal-hal teknis belaka, bukan?
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, kesimpulan yang bisa ditarik di sini adalah sesungguhnya, Claudio Marchisio masih bisa memberikan banyak hal bagi Juventus. Mungkin, kontribusinya di atas lapangan akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Namun, sebagai aktor balik layar, Marchisio akan memberikan dorongan hebat bagi mereka yang bertungkus lumus di atas lapangan.