Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Karena Higuain Selalu Berhasil Mengalahkan Keraguan
2 Agustus 2018 14:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Jika ada satu pemain yang tak pernah berhenti diragukan, Gonzalo Higuain mungkin jadi nama yang terdepan. Masih segar di ingatan, saat Juventus mendatangkannya dengan banderol 90 juta euro di awal musim 2016/2017.Bukan apresiasi yang didapatkan, justru kritik yang datang kepadanya saat itu.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, saat itu usia Higuain tak muda-muda amat, 28 tahun. Suara miring makin berdengung saja jelang akhir musim --dan makin menjadi saat Higuain terlihat lebih gemuk saat latihan.
Maklum, gelontoran dana yang dikeluarkan Juve saat itu menjadi biaya transfer terbesar di Serie A. Sebagai perbandingan, pada musim 2015/2016 saja rekrutan termahal mereka cuma Paulo Dybala yang berharga tak sampai setengah dari mahar Higuain.
Namun, tingginya angka timbangan Higuain tak mengurangi hasratnya untuk mencetak gol. Pemain kelahiran Prancis itu langsung membungkam haters lewat golnya ke gawang Fiorentina di laga debutnya. Hebatnya, Higuain saat itu masuk sebagai pemain pengganti. Hebatnya lagi, golnya jadi penentu kemenangan Juve atas La Viola.
ADVERTISEMENT
"Akan lebih baik jika kalian terus mengatakan saya gendut, (karena) saya akan terus mencetak gol," ujar Higuain setelah laga sebagaimana dilansir Tuttosport
Ucapan Higuain tak sekadar omong kosong. Total 24 gol dibuatnya sepanjang Serie A 2016/2017. Ia juga menjadi penggawa Juve pertama yang sukses melewati 20 gol di musim pertama, setelah John Charles dan Omar Sivori di edisi 1957/1958.
Semusim berselang, peran Higuain mulai begeser karena tak lagi menjadi goal getter dalam skema Massimiliano Allegri. Adalah Dybala yang diutus untuk aktif dalam memproduksi gol untuk Bianconeri.
Di satu sisi, kebijakan tersebut tak membuat Higuain tumpul. Memang ia hanya mengukir 16 gol di pentas Serie A, 6 gol lebih sedikit dari Dybala. Namun, dari segi efektivitas Higuain lebih unggul karena memiliki rata-rata tembakan per laga lebih sedikit, 2,9; bandingkan dengan Dybala yang menyentuh angka 3,5.
ADVERTISEMENT
Juve tak sembarangan untuk urusan pengeluaran, dan kebijakan menggaet Higuain dengan harga selangit bukan tanpa dasar yang kuat. Apalagi jika bukan lantaran embel-embel Capocannoniere yang disabetnya bersama Napoli di musim 2015/2016.
Tak tanggung-tanggung, Higuain nangkring sebagai topskorer dengan 36 gol. Sebuah torehan absolut di saat itu, mengingat raihan gol Dybala yang berada di urutan kedua hanya menyentuh angka 19. Lebih dari itu, kuantitas gol mantan pemain River Plate itu juga menyamai torehan legendaris Gino Rossetti di musim 1928/1929.
Sejatinya Higuain juga tak disambut dengan kepercayaan tinggi saat mendarat di Sao Paolo 2013 silam. Ia dicap sebagai pemain buangan seiring Real Madrid mendatangkan Gareth Bale dan Isco.
ADVERTISEMENT
Padahal, sekali lagi, Higuain tak bisa dibilang mandul kala masih berseragam El Real. Pada edisi 2008/2009 ia berhasil mengakhiri musim dengan 22 gol di semua kompeitsi, setara dengan nama-nama beken macam Thierry Henry, David Villa, dan Diego Forlan.
Eksistensi Higuain sebagai mesin gol nyatanya tertuang di Napoli. Di musim pertamanya, ia menjadi penyumbang gol terbanyak Napoli dengan 24 gol di lintas ajang. Musim perdananya berakhir indah, titel Coppa Italia dan Super Coppa Italia sukses diraih. Jumlah gol Higuain kemudian makin bertambah di periode selanjutnya, setelah 29 kali menjebol gawang lawan dalam berbagai kompetisi.
Secara keseluruhan, karier Higuain di Serie A tak mengecewakan. Rata-rata 23,6 gol dipersembahkannya untuk Napoli selama tiga musim. Sedangkan untuk Juve, ia berhasil mengemas 20 gol, jika dirata-rata dalam dua musim.
ADVERTISEMENT
Higuain merupakan bagian dari kesepakatan 'tukar guling' Milan dan Juve untuk Leonardo Bonucci. Ia akan dikontrak dengan status pinjaman selama setahun dan opsi pembelian pada musim panas tahun depan seharga 36 juta euro.
Jika melihat catatan Higuain , sudah seharusnya Rossoneri membuang jauh-jauh keraguan dan berani menumpuk ekspektasi tinggi. Mungkin itu jauh lebih baik ketimbang memuja rekrutan besar-besaran gagal mereka di awal musim lalu.