Kekalahan dari Burnley sebagai Alfa Kesuksesan Liverpool

31 Agustus 2019 16:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses terciptanya gol pertama Burnley ke gawang Liverpool. Foto: Action Images via Reuters/Jason Cairnduff
zoom-in-whitePerbesar
Proses terciptanya gol pertama Burnley ke gawang Liverpool. Foto: Action Images via Reuters/Jason Cairnduff
ADVERTISEMENT
Turf Moor, kandang Burnley sejak 1883 itu, merupakan tempat yang selalu dikenang Juergen Klopp. Karena di situlah dia memulai musim penuh bersama Liverpool pada Premier League 2016/17.
ADVERTISEMENT
Di laga pekan kedua itu, Liverpool datang dengan seragam hijau bertemakan Toxic Thunder. Memang, Turf Moor bak diterpa petir bertubi-tubi. The Reds yang menguasai 80 persen permainan mampu melepaskan 26 tembakan ke gawang tim tuan rumah.
Sayangnya, penyelesaian akhir Liverpool sama sekali tak mematikan. Tak satu pun tembakan terkonversi menjadi gol. Malah, gawang Simon Mignolet bergetar dua kali via Sam Vokes dan Andre Gray.
Tak pelak, lawatan pertama ke Turf Moor menyisakan memori pahit untuk Klopp. Semakin kesal Klopp karena para jurnalis membombardir sesi jumpa pers dengan kritik. Gara-garanya, Liverpool dianggap kurang gereget di pasar transfer.
Pelatih Liverpool, Juergen Klopp. Foto: REUTERS/Andrew Yates
Klopp lalu merespons, "Jika keputusan berubah hanya karena satu pertandingan, saya benar-benar idiot. Saya melihat banyak hal positif, kok. Semua belum berakhir."
ADVERTISEMENT
Benar kata Klopp. Komposisi Liverpool di laga tersebut adalah fondasi untuk kesuksesan ke depannya. Masih ada empat pemain yang tersisa di skuat saat ini: James Milner, Georginio Wijnaldum, Jordan Henderson and, Roberto Firmino. Perlu digarisbawahi pula bahwa Klopp memodifikasi posisi empat pemain tersebut.
Milner beroperasi sebagai full-back kiri seiring kepercayaan Klopp terhadap Alberto Moreno yang mulai meluntur. Ya, seperti ketika Milner menggantikan Andrew Robertson dalam laga semifinal kedua Liga Champions menghadapi Barcelona musim lalu.
Kemudian, Wijnaldum didaulat sebagai gelandang ortodoks untuk menopang taktik gegenpressing. Sementara, Henderson mulai mengemban lakon deep-lying playmaker serta Firmino sebagai false nine.
Itu belum termasuk Sadio Mane yang menjadi pembelian termahal The Reds pada musim panas ketika itu. Mane yang absen menghadapi Burnley, kemudian menjadi kunci dari serangan kilat serta sumber gol.
Firmino merayakan gol ke gawang Porto. Foto: Reuters/Carl Recine
Bermodalkan nama-nama itulah, Liverpool bangkit dengan membukukan 15 laga tanpa kalah di lintas ajang. Hingga akhirnya, mereka finis di posisi keempat Premier League dan kembali mentas di Liga Champions.
ADVERTISEMENT
Liverpool melakukan pembenahan besar-besaran setelah itu. Mohamed Salah, Virgil van Dijk, Andrew Robertson, serta Alisson Becker datang. Mereka mengubah titik-titik kelemahan menjadi keunggulan Liverpool.
Puncaknya adalah musim 2018/19. Liverpool menutup musim di posisi kedua Premier League dengan berjarak satu poin saja dari Manchester City serta menjuarai Liga Champions.
Andai saja Klopp tak memegang teguh pendiriannya seusai kekalahan di Turf Moor, kita mungkin tak bisa melihat Liverpool sedemikian sukses. Tak ada Roberto Firmino yang meredam ego demi menyervis Mane-Salah, Wijnaldum-Henderson yang intens melakukan pressing, serta Milner yang begitu berfungsi karena fleksibilitas menempati berbagai posisi.
Tak heran jika Klopp mengenang Turf Moor sebagai tempat spesial. Klopp mengaku ingat betul apa yang terjadi dalam lawatan pertamanya saat berbicara di sesi jumpa pers Jumat (30/8). Sesi ini merupakan rangkaian menjelang duel Burnley vs Liverpool pada pekan keempat Premier League 2019/20, Sabtu (31/8/2019) malam WIB.
ADVERTISEMENT
Liverpool bakal kembali dengan situasi sungguh berbeda dibandingkan tiga tahun silam. Kali ini mereka datang dengan predikat unggulan juara Premier League dan juara bertahan Liga Champions.
Perayaan gol Roberto Firmino ke gawang Burnley. Foto: Action Images via Reuters/Jason Cairnduff
Oh iya, Liverpool tak pernah lagi kalah di kandang Burnley dalam dua lawatan terakhir. Keduanya bahkan berakhir dengan kemenangan.
Kendati demikian, pandangan Klopp terhadap Burnley dan Turf Moor tak berubah. Dia tetap melihat Burnley sebagai tim yang berpotensi menjadi sandungan laiknya tiga tahun silam.
"Turf Moor adalah medan sulit. Dulu, laga pertama saya di sana merupakan salah satu hari terpanas yang penah saya alami. Kami merasakan angin, hujan, dan segalanya," ucap Klopp.
"Saya juga tak bisa mengingat kapan terakhir kali tim lawan mampu meraih kemenangan mudah di sana. Manchester City saja menang dengan kesulitan musim lalu. Itulah yang mesti kami siapkan," ucapnya.
ADVERTISEMENT