Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Ah, lagi-lagi Riko Simanjuntak ! Apa tidak bosan?
Amat bisa dipahami bila kau berucap demikian saat membahas peran Riko di Persija Jakarta. Rasanya memang sudah terlalu sering. Tapi, bagaimana lagi, memang sekrusial itu peran eks pemain Semen Padang tersebut.
ADVERTISEMENT
Bergabung sejak 2018, Riko selalu menjadi kunci Persija. 9 assist-nya berhasil membawa 'Macan Kemayoran' menjuarai Liga 1 2018. Musim berikutnya, dia mencatatkan 7 assist yang membantu Persija lolos dari jerat degradasi.
Kali ini, di musim ketiga, narasinya tak berbeda. Riko masih menjadi tempat Persija bersandar. Yang membedakan adalah bagaimana dia bermain. Terkait hal itu, peran yang diberikan pelatih Sergio Farias jadi faktor utamanya.
Pelatih asal Brasil tersebut sejatinya adalah sosok yang fleksibel. Yang dia tunjukkan selama pramusim menjadi bukti. Waktu itu, tak kurang dari tiga skema dasar yang dia terapkan di Persija: 4-3-3, 4-2-3-1, hingga 4-3-1-2.
Satu hal yang pasti dari tiap skema tersebut: Farias menjadikan Riko sebagai poros serangan tim.
ADVERTISEMENT
Familier? Ya, peran itu memang pernah dicoba oleh Julio Banuelos, pelatih Persija yang dipecat pada pertengahan 2019. Bedanya, pelatih asal Spanyol ini kala itu benar-benar menempatkan Riko sebagai gelandang serang sejak awal.
Banuelos mengaku puas, tetapi lakon demikian tak membuat Riko nyaman. Nah, Farias memberinya perlakuan yang berbeda. Dalam skemanya, terutama 4-3-3 dan 4-2-3-1, Riko masih ditempatkan sebagai penyerang sayap kanan.
Peran yang juga dia emban di bawah Stefano Cugurra, sih. Pembedanya, Riko diberi kebebasan. Bahasa sepak bolanya free role. Dia diperkenankan untuk mengacak-acak pertahanan lawan dengan cara dan posisi apa pun. Hasilnya ciamik.
Laga perdana Liga 1 2020 kontra Borneo FC yang skor akhirnya 3-2 jadi bukti. Di laga itu, Riko yang ditempatkan sebagai sayap kanan dalam skema 4-2-3-1, berperan terhadap semua gol yang Persija ciptakan.
ADVERTISEMENT
Pada gol pertama, Riko berada di tengah lapangan. Dari situ dia melepaskan umpan panjang menuju pergerakan Marco Motta di sisi kanan. Nama yang disebut terakhir meneruskannya lewat umpan tarik dan dituntaskan Osvaldo Haay.
Pada gol kedua, Riko memanfaatkan kecepatannya di sisi sayap. Dia melepaskan umpan ke arah Marko Simic setelah menerima sodoran Motta. Sementara, di gol kedua Riko memberi terobosan menuju Evan Dimas dalam situasi serangan balik.
Yup, proses Riko saat menunjukkan perannya terhadap gol-gol Persija tersebut berasal dari situasi dan posisi yang berbeda-beda. Hal ini kian membuktikan efektivitas lakon baru yang dia emban di bawah Farias.
Terlebih, Riko sendiri memang punya atribut bagus untuk menjalankannya dengan baik. Selain kecepatan yang memang jadi kelebihan utamanya, Riko juga punya visi bermain dan akurasi operan tingkat satu.
ADVERTISEMENT
Walau demikian, masih ada alpa dari peran tersebut. Salah satunya terkait Riko sendiri. Jika lawan sudah berhasil membatasi pergerakannya, rusak sudah rencana Persija. Inilah yang dilakukan Bhayangkara FC saat bersua mereka.
Paul Munster selaku pelatih Bhayangkara di laga itu menugaskan Adam Alis, yang sebetulnya gelandang serang, untuk menutup dan me-marking Riko. Hasilnya tokcer. Riko, juga Motta, nyaris tak berkutik kala itu.
Kalau sudah begini, yang perlu dilakukan Farias adalah mencari alternatif. Tentu bukan hal yang berat untuk karena eks juru taktik Pohang Steelers tersebut adalah tipikal pelatih adaptif.