Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Ketika Ronaldo Membuat Seisi Old Trafford Menangis
23 Oktober 2018 16:44 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Datang sebagai bocah, pergi sebagai lelaki. Begitulah kisah hidup Cristiano Ronaldo bersama Manchester United.
ADVERTISEMENT
Ronaldo adalah simbol dari sebuah era bagi Manchester United. Dia datang tak lama setelah David Beckham -- baik secara konotatif maupun denotatif -- ditendang Sir Alex Ferguson dari Old Trafford. Kala itu, tahun 2003, Ronaldo masih belum jadi siapa-siapa. Cuma remaja biasa dengan kriwil aneh di rambutnya. Kelak, dalam perjalanannya, dia berhasil jadi salah satu legenda.
Enam musim dihabiskan Ronaldo bersama Manchester United. Dalam kurun waktu tersebut, dia berhasil memenangi segalanya, mulai dari Premier League sampai Piala Dunia Antarklub. Dari Piala FA sampai Liga Champions. Bahkan, gelar pemain terbaik dunia pun sukses dia rengkuh kala berseragam merah-putih. Lantas, Ronaldo pun akhirnya pergi dari Manchester sebagai pemain termahal sejagat.
Real Madrid adalah klub yang beruntung mendapatkan jasa Ronaldo. Sembilan tahun lamanya pria asal Portugal itu berkiprah di ibu kota Spanyol. Catatan prestasinya pun akhirnya bisa melampaui segala yang pernah dia torehkan bersama United. Di Real Madrid, Ronaldo menahbiskan diri sebagai salah satu pesepak bola terhebat dalam sejarah.
ADVERTISEMENT
Masa kebersamaan Ronaldo dengan Real Madrid berakhir musim panas lalu. Di usia yang telah menginjak angka 33, sosok kelahiran Madeira itu hijrah menuju Turin. Kini, dia adalah tumpuan Juventus untuk menggapai mimpi menjadi juara Liga Champions. Sudah 22 tahun mereka absen angkat trofi di turnamen tersebut dan untuk itu, Ronaldo diberi mandat untuk membawa 'Si Kuping Besar' kembali ke pelukan 'Si Nyonya Tua'.
Misi Ronaldo bersama Juventus berawal dengan sebuah bencana. Menghadapi Valencia di Mestalla, dia diusir wasit karena dianggap melakukan pemukulan terhadap Jeison Murillo. Padahal, Ronaldo belum sempat berbuat banyak di laga itu dan kemudian harus absen pada pertandingan berikutnya menghadapi wakil Swiss, Young Boys.
Ronaldo beruntung karena kartu merahnya tersebut tidak berbuah hukuman larangan bermain tiga laga seperti yang awalnya ditakutkan. Sebab, apabila hal itu terjadi, maka dirinya dipastikan akan absen manakala Juventus melawat ke Old Trafford pada matchday ketiga Liga Champions musim ini.
ADVERTISEMENT
Kartu merah Ronaldo di laga melawan Valencia tadi sebenarnya memang cukup berlebihan. Sebab, di tayangan ulang yang terlihat hanyalah bagaimana dia menyentuh rambut Murillo. Itulah mengapa, hukuman larangan bermain untuk pemain berjuluk CR7 itu diperingan. Ronaldo pun, pada Rabu (24/10/2018) dini hari WIB, dipastikan akan kembali merumput di stadion yang dulu pernah dia sebut sebagai rumah.
Masa-masa bermain untuk Manchester United adalah masa krusial bagi pembentukan Ronaldo menjadi seorang bintang sepak bola. Awalnya, dia adalah seorang pemain sayap berbakat dengan kecepatan dan trik-trik nyeleneh sebagai andalan. Namun, perlahan-lahan permainannya jadi semakin efektif. Hasilnya, Ronaldo pun jadi sosok yang begitu mematikan di depan gawang lawan.
Perkembangan Ronaldo sebagai pesepak bola itu rupanya begitu membekas dalam hati para suporter Manchester United. Oleh mereka, sebuah lagu secara khusus diciptakan untuk memuja sang bintang. 'Viva Ronaldo', demikian lagu itu diberi judul. Setiap kali Ronaldo menggiring bola, nyanyian itu selalu dikumandangkan para serdadu merah.
ADVERTISEMENT
Kepergian Ronaldo dari United tak kemudian membuat para suporter membencinya. Ronaldo pernah dicintai dan selalu akan dicintai. Bahkan, selama sembilan tahun terakhir para pendukung 'Iblis Merah' selalu percaya bahwa Ronaldo akan kembali karena si pemain cuma menjalani masa peminjaman di Real Madrid. Rasa cinta para suporter itulah yang akan menyambut Ronaldo nanti.
Sebenarnya, ini bukan kali pertama Ronaldo kembali ke Old Trafford sebagai lawan. Lima tahun silam, dalam balutan seragam hijau tua milik Real Madrid, Ronaldo sudah pernah pulang ke Teater Mimpi. Ketika itu, sambutan meriah tetap diberikan para pendukung United meskipun Ronaldo jadi salah satu aktor yang membuat mereka patah hati.
Liga Champions pulalah yang kala itu mempertemukan Ronaldo dengan para pemujanya. Ketika itu, turnamen baru saja memasuki fase gugur tetapi United dan Real sudah dipertemukan di babak 16 besar. Pada laga pertama di Santiago Bernabeu, kedua tim hanya mampu bermain imbang 1-1. Danny Welbeck membawa United unggul, tetapi Ronaldo menyamakan skor.
ADVERTISEMENT
Hasil imbang 1-1 itu membuat United begitu bersemangat menyambut leg kedua. Pasalnya, keuntungan kala itu ada di pihak mereka berkat aturan agresivitas gol tandang. United pun terus menggempur, menggempur, dan menggempur, sampai akhirnya bisa mencetak gol melalui bantuan Sergio Ramos yang memasukkan bola ke gawang sendiri.
Sampai pada titik itu, United ada di atas angin. Salah satu sebabnya adalah karena Ronaldo sendiri tampil buruk. Berulang kali jebolan akademi Sporting CP itu melakukan salah umpan dan rupanya, itu terjadi karena dia memang melangkah masuk lapangan Old Trafford dalam keadaan gugup.
"Suporter [United] membuatku agak malu sampai-sampai aku tidak bermain seperti biasanya. Untuk pertama kalinya dalam karierku, aku dikalahkan oleh atmosfer lapangan. Aku merasa tidak nyaman. Terlalu banyak yang aku rasakan, sejak aplaus sepak mula," tutur Ronaldo kala itu.
ADVERTISEMENT
Faktanya adalah laga itu memang spesial baginya. Selain karena sambutan suporter, hari itu dia kembali bertemu dengan orang-orang yang pernah bahu membahu bersamanya, mulai dari Wayne Rooney, Patrice Evra, sampai Rio Ferdinand, Nemanja Vidic, serta Ryan Giggs. Belum lagi dia harus bersua kembali dengan sang mentor, Sir Alex Ferguson.
Gol bunuh diri Ramos tadi akhirnya membuat United kian terpacu. Pertahanan Real mereka bombardir, terutama dari kedua sisi sayap. Akan tetapi, justru dari situ petaka kemudian menghampiri tuan rumah. Kegagalannya mengontrol semangat membuat Nani diusir oleh wasit Cuneyt Cakir. Mantan calon suksesor Ronaldo itu mengangkat kakinya terlalu tinggi sehingga membentur dada Alvaro Arbeloa.
Kartu merah Nani itu akhirnya jadi titik balik pertandingan. Menit ke-66, atau sepuluh menit setelah Nani dikartu merah, Luka Modric mencetak gol lewat sepakan jarak jauh. Tiga menit berselang, giliran Ronaldo yang membobol gawang David de Gea. United pun tersingkir dari Liga Champions pada musim terakhir Sir Alex sebagai manajer. Ironisnya, itu semua terjadi karena Ronaldo.
ADVERTISEMENT
Gol yang dicetak Ronaldo itu sebetulnya pantas sekali dirayakan karena jadi penentu kelolosan. Namun, memang mustahil baginya untuk melakukan selebrasi. Usai mencetak gol, Ronaldo cuma mengatupkan tangannya seraya meminta maaf kepada seisi stadion. "Aku tidak merayakan gol karena respek; respek untuk cinta yang diberikan padaku selama beberapa tahun di sini. Perasaan itu takkan bisa kulupakan," ujar Ronaldo selepas pertandingan.
Sekarang, situasinya tidak akan sama dengan lima musim lalu. Memang benar bahwa rasa hormat dan cinta yang ada di antara Ronaldo dan suporter United masih tersisa. Namun, di kubu United saat ini tidak ada lagi pemain yang pernah bermain bersamanya. Jika ada wajah familiar, paling-paling hanya Jose Mourinho yang kebetulan merupakan pelatih Real Madrid pada pertandingan tadi.
ADVERTISEMENT
Juventus tentunya berharap Ronaldo bisa kembali melukai Manchester United. Namun, United tentu tak mau jadi keledai dengan jatuh dua kali di lubang yang sama, bukan?