Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kisah Al-Saadi Gaddafi: 'Diktator' Sepak Bola, Maradona Jadi 'Pegawainya'
25 Mei 2021 16:01 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Al Saadi Kadhafi (Al-Saadi Gaddafi) coba mengambil jalan hidup berbeda dari ayahnya, Moamer Kadhafi (Muammar Gaddafi) , yang tokoh militer dan politik sekaligus eks penguasa Libya . Gaddafi junior memilih jadi pemain sepak bola .
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, Al-Saadi Gaddafi adalah putra ketiga Muammar. Ia memulai karier sepak bola profesionalnya di klub Al-Ahly Tripoli dan bermain untuk mereka selama 2000-2001. Ia juga sempat membela klub lain, Al-Ittihad Tripoli, selama 2001-2003.
Pengaruh sang ayah tampaknya cukup kental mempengaruhi sepak bola di Libya. Misalnya, dengan adanya Gaddafi, Al Ahly Tripoli berkembang dengan kekuatan finansial yang memungkinkan untuk membeli pemain terbaik dan menyuap wasit.
Salah satu bukti yang jelas terjadi dalam suatu laga sepak bola di Libya pada musim panas 2000, kisahnya tertuang di The Guardian. Ketika itu, Al-Ahly Tripoli menghadapi Al Ahly Benghazi.
Jadi ceritanya, Al Ahly Benghazi sempat memimpin 1-0 di babak pertama. Kemudian, wasit mulai memainkan perannya pada babak kedua. Wasit dengan memberikan dua penalti kepada Tripoli plus satu gol offside.
ADVERTISEMENT
Para pemain Al Ahly Benghazi jelas protes. Mereka mundur dari pertandingan sebagai protes, tetapi penjaga Al-Saadi Gaddafi memerintahkan mereka kembali ke lapangan. Laga berlanjut dan berakhir dengan kemenangan 3-1 untuk Tripoli.
Al-Saadi Gaddafi nyatanya tak puas hanya bermain di Libya. Pada tahun 2000, BBC melaporkan bahwa ia pernah mencoba untuk bergabung dengan klub juara Liga Malta, Birkirkara FC, demi bisa bermain di Liga Champions.
Pada akhirnya, kesempatan itu gagal terwujud. Akan tetapi, ambisi pria kelahiran 25 Mei 1973 itu ke Eropa tak sirna. Pada 2003, Gaddafi didatangkan klub Serie A, Perugia.
Al-Saadi Gaddafi tampaknya berambisi untuk sukses di Liga Italia . Saking kayanya, ia sempat mempekerjakan Diego Maradona sebagai konsultan teknis dan sprinter Kanada, Ben Johnson, sebagai pelatih pribadinya.
ADVERTISEMENT
Kenapa Gaddafi gagal di Perugia? Faktanya, menurut kisah di laman web Al Arabiya, dia diskors usai gagal dalam tes obat. Dalam tubuhnya ditemukan zat Nandrolone. Insiden itu membuatnya mendapat reputasi pemain terburuk sejarah Serie A.
Walau begitu, Gaddafi bukan berarti masuk daftar hitam semua klub Liga Italia. Ia sempat dikontrak Udinese selama 2005–2006 dan memainkan satu laga di Serie A.
ADVERTISEMENT
Gaddafi disebut bergabung bersama Sampdoria selama 2006-2007. Garrone sendiri adalah pengusaha minyak dan berharap bisa menjalankan bisnis dengan Libya.
Untuk kehidupan di luar sepak bola, Gaddafi nyatanya juga tak jauh berbeda dari sang ayah. Pada 2011, ia pensiun dari sepak bola dan menjadi komandan Pasukan Khusus Libya dan memimpin tentara dalam Perang Saudara Libya.
Pada 5 Maret 2014, Gaddafi ditangkap di Niger dan diekstradisi ke Libya, di mana dia menghadapi dakwaan pembunuhan dan dibebaskan pada 2018. Pada Agustus 2015, sebuah video muncul yang diduga menunjukkan Gaddafi sedang disiksa.
***
Live Update
Mantan Menteri Perdagangan RI Tom Lembong menjalani sidang putusan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (26/11). Gugatan praperadilan ini merupakan bentuk perlawanan Tom Lembong usai ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejagung.
Updated 26 November 2024, 10:01 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini