Kisah Dario Conca, Redup Usai Gajinya Nyaris Samai Ronaldo & Messi

31 Mei 2021 14:51 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesepak bola asal Argentina, Dario Leonardo Conca saat membela China's Shanghai SIPG (24/5/2016). Foto: AFP/STR
zoom-in-whitePerbesar
Pesepak bola asal Argentina, Dario Leonardo Conca saat membela China's Shanghai SIPG (24/5/2016). Foto: AFP/STR
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dario Leonardo Conca bukan pesepak bola asal Argentina sekelas Mario Kempes, Diego Maradona, Hernan Crespo, Lionel Messi, atau Sergio Aguero. Namun, ia pernah memiliki bayaran yang hanya kalah dari Messi dan Cristiano Ronaldo.
ADVERTISEMENT
Conca merupakan gelandang serang kelahiran General Pacheco, 11 Mei 1983. Ia memulai karier profesional di Primera B Nacional Argentina bersama Tigre pada usia 15 tahun.
River Plate membawanya hanya setahun kemudian dan Conca terus naik ke tim utama. Pada 23 November 2003, di bawah asuhan Manuel Pellegrini, Conca membuat debut tim senior melawan Chacarita Juniors.
Gagal bersaing di River, Conca dipinjamkan ke klub Chile, Universidad Catolica pada 2004. Dua tahun berselang, River meminjamkannya lagi. Kali ini ke Rosario Central. Di sana, dia tampil mengesankan untuk selanjutnya pindah ke Vasco da Gama pada 5 Januari 2007 dengan status pinjaman.
Conca kemudian membuat debut di Vasco dan mencetak gol dalam kemenangan 4-0 pada duel persahabatan atas Villa Rio pada 14 Januari 2007. Di Vasco, ia mencetak 6 gol dalam 30 pertandingan liga.
ADVERTISEMENT
Performa bagus di Vasco membuat Conca pindah ke Fluminense pada 2008 dengan status pinjaman. Di bawah asuhan Renato Gaucho, Conca memainkan peran penting dalam kampanye Copa Libertadores 2008. Saat itu, dia bermain bersama Thiago Neves, Thiago Silva, Washington, hingga Cicero.
Pada 2009, Conca menandatangani kontrak 3 tahun dengan Fluminense. Dia terpilih sebagai pemain terbaik di Brasil dalam jajak pendapat yang diselenggarakan setiap tahun oleh O Globo dan dinobatkan sebagai Pemain Terbaik ke-15 di Amerika Latin dan Pemain Terbaik di Brasil oleh surat kabar Uruguay, El Pais.
Performanya yang semakin mentereng lalu sukses membawa Fluminense menjuarai Campeonato Brasileiro Série A pada tahun 2010. Gelar itu merupakan yang pertama bagi Fluminense sejak tahun 1984.
ADVERTISEMENT
Fluminense, dengan nama Conca saat itu benar-benar menjadi tim terbaik di Brasil. Mereka menampilkan permainan spektakuler dan sangat layak mendapat julukan sebagai The Dream Team. Ia menjadi bintang dengan namanya mulai tersiar ke seantero Eropa.
Dengan torehan sembilan gol dan 18 assist dalam 38 penampilan ketika itu, Conca dinobatkan sebagai pemain terbaik di musim tersebut.
Conca yang sekali lagi menjadi nama paling populer pun sempat dikabarkan bakal dinaturalisasi oleh timnas Brasil.
Namun begitu, hubungan Conca dan Brasil seketika kandas, setelah dirinya secara mengejutkan memilih untuk meneruskan karier di Liga Super China. Padahal ada beberapa klub Eropa yang juga tertarik pada jasanya.
Tepat pada 2 Juli 2011, klub asal Cina, Guangzhou Evergrande sukses merampungkan proses transfer sebesar 10 juta euro untuk Conca dari Fluminense.
ADVERTISEMENT
Di kontrak barunya itu, gelandang asal Argentina ini dilaporkan menerima sebesar 25 juta Dolar AS (setara Rp 357 miliar) dalam kurun waktu 2,5 tahun.
Jumlah itu, pada 2011, masuk kategori fantastis! Pasalnya, Conca mengalahkan bayaran Wayne Rooney, Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Luis Suarez, Diego Forlan, hingga Samuel Eto'o sebelum hijrah ke Anzhi Makhachkala. Conca pun diberi nomor punggung 15 di Guangzhou.
Lalu, pesepak bola mana yang bayarannya lebih tinggi dari Conca pada saat itu? Mereka adalah Ronaldo yang menerima 26 juta Dolar AS dari Real Madrid (setara Rp 371 miliar) dan Messi yang mendapatkan 30 juta dolar AS (setara Rp 428 miliar) dari Barcelona.
Messi dan Ronaldo di laga El Clasico. Foto: REUTERS/Sergio Perez
Tentu saja hal itu membuat dunia persepakbolaan gempar. Pasalnya, Conca bukan siapa-siapa. Dia tidak pernah bermain di tim nasional Argentina pada level senior.
ADVERTISEMENT
Conca juga belum pernah bermain di Eropa. Ballon d'Or juga belum pernah didapatkan pesepak bola dengan postur 168 cm yang mengidolakan Maradona itu.
Dengan bayaran selangit, penampilan Conca sejatinya tidak mengecewakan untuk ukuran sepak bola Asia. Dia berhasil mencetak 9 gol dari 15 laga pada musim debut. Di akhir musim, Conca membawa Guangzhou meraih gelar Liga Super China untuk pertama kalinya sepanjang sejarah. Gelar itu dilanjutkan pada 2012 dan 2013
Kontribusi Conca tidak berhenti di situ. Dia turut membawa Guangzhou meraih Piala FA China dan Piala Super China 2012. Conca juga tampil spartan selama Liga Champions Asia (LCA). Salah satunya ketika membawa Guangzhou menjuarai LCA 2013 setelah mengalahkan FC Seoul di final.
ADVERTISEMENT
Pada musim tersebut, Conca menjadi runner-up pencetak gol terbanyak dengan 8 gol. Dia tertinggal 5 gol dari peraih sepatu emas, Muriqui, yang merupakan rekan setimnya di Guangzhou.
Conca menyebut penampilan bersama Guangzhou menjadi yang terbaik selama berkarier di sepak bolanya. Bertindak sebagai gelandang serang, ia sanggup menceploskan 33 gol dari 65 laga.
Namun, itu semua berubah saat Conca bergabung dengan Shanghai SIPG pada 2015-2018. Dia hanya memproduksi 13 gol dari 46 pertandingan.
Secara perlahan, karier Conca pun mulai meredup. Dia gagal persembahkan gelar dan tak lagi menjadi pemain vital di tim yang dibelanya.
Dari situ, seperti kebanyakan pemain yang sudah merasa tak dibutuhkan lagi, Conca akhirnya kembali ke Brasil. Setelah sebelumnya sempat pulang ke Fluminense, pada tahun 2017, ia membelot ke tim rival, Flamengo, sebagai pemain pinjaman.
ADVERTISEMENT
Kepulangannya ke Brasil untuk kali kedua pun tak luput dari masalah cedera parah yang sempat menimpanya. Di Flamengo, Conca hanya diberi kontrak murah dan cuma tampil dalam dua penampilan saja.
Hingga setelah usianya menginjak 36 tahun, Conca resmi putuskan berhenti dari dunia sepak bola. Klub terakhir yang dibelanya adalah Austin Bold FC asal Amerika. Di sana, ia hanya bermain tiga kali.
Setelah pensiun, Conca menetap di Rio de Janeiro serta bergabung dengan agensi pemain, ASJ Consultoria, sebagai talent scout. Itu adalah agensi milik Allan Jesus yang salah satunya menaungi Alexandre Pato.
Menurut catatan Transfermarkt, Conca telah mencetak 113 gol dan 120 assist dari 400 pertandingan saat masih aktif bermain. Adapun ia hanya membela Timnas Argentina di level U-20 dan mengemas 1 gol dari 9 caps.
ADVERTISEMENT
****