Kisah Dario Hubner: Bintang yang Telat Bersinar, Menggebrak Liga Italia

27 Mei 2021 20:07 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dario Hubner menjadi one season wonder bersama Piacenza pada musim 2001/02. Foto: These Football Times
zoom-in-whitePerbesar
Dario Hubner menjadi one season wonder bersama Piacenza pada musim 2001/02. Foto: These Football Times
ADVERTISEMENT
Dario Hubner adalah salah satu bintang yang terlambat bersinar. Namanya baru menemukan pijarnya di Liga Italia kala usianya sudah menginjak kepala tiga.
ADVERTISEMENT
Hubner tidak banyak belajar di sekolah. Sehari setelah menyelesaikan kelas delapan, ia mulai bekerja di pabrik alumunium dengan status karyawan magang.
Bahkan ia tidak benar-benar ambisius sebagai seorang remaja dan dengan cepat menerima keadaan bahwa dirinya harus mencari nafkah dengan melakukan pekerjaan berat.
Dario Hubner. Foto: Instagram/@dariohubner1967
Hubner puas dengan hidupnya. Bekerja sepuluh jam setiap harinya dan kemudian pergi bertemu teman-temannya untuk menyesap grappa (minuman alkohol khas Italia) dan bermain bola.
Pada akhir pekan, Hubner bermain untuk tim amatir di Magia sebelum pindah ke rival lokalnya, yakni Pievigina.
Meskipun penampilannya kikuk dan tak jarang jadi bahan ejekan, Hubner memiliki kualitas bermain yang membuat teman-temannya menelepon pelatih klub Pergocrema.
Pelatih klub tersebut kemudian datang untuk melihat permainan Hubner. Di akhir laga, ia memintanya untuk menjalani masa percobaan di Crema.
ADVERTISEMENT
Pada Juli 1988, Hubner berhenti dari pekerjaannya di pabrik dan menandatangani kontrak pertamanya dengan Pergocrema. Setahun kemudian, ia berlabuh ke Fano.
Dario Hubner. Foto: Instagram/@dariohubner1967
Main di Divisi 4 Liga Italia, Hubner menjadi pencetak gol terbanyak liga dan bantuannya berhasil mendorong Fano untuk mendapatkan promosi.
Hubner memiliki kebiasaan yang agak mengherankan yakni kecanduannya dengan rokok. Bahkan, ia kerap terlihat membakar sebatang rokok saat di bangku cadangan. Seorang pemain sepak bola dan rokok tentu bukan kombinasi yang tepat.
Setelah tiga tahun di Fano, klub Serie B, Cesena, mendapatkan tanda tangan Hubner untuk kontrak lima tahun. Di klub itulah ia mendapat julukan 'Tatanka'.
Tatankan adalah nama yang diberikan penduduk asli Amerika kepada seekor bison dengan tubuh fisik tertentu yang gesit namun berat dan dibalut dengan rambut hitam tebal.
ADVERTISEMENT
Selama lima tahun membela Cesena, Hubner selalu mencetak dua digit gol. Pada musim 1995/96, ia menjadi top skorer Serie B dengan torehan 22 gol.
Dario Hubner. Foto: Instagram/@dariohubner1967
Pada Juli 1997, Hubner bergabung dengan Brescia. Ia akhirnya bermain di level teratas sepak bola Italia ketika sudah menginjak 30 tahun.
Hubner menjalani debutnya bersama Brescia dengan menghadapi Inter Milan. Kala itu, namanya tak lebih mentereng dari Ronaldo yang baru saja datang dari Barcelona.
Pertandingan berlangsung sengit di mana tidak ada gol tercipta sampai turun minum. Pada babak kedua, Hubner mencetak gol cantik usai meneruskan umpan Andrea Pirlo.
Gol tersebut berhasil membuat Giuseppe Meazza terdiam. Kendati demikian, Brescia tetap menelan kekalahan di akhir laga usai Alvaro Recoba mencetak dua gol.
ADVERTISEMENT
Hubner terus menunjukkan kebolehannya selama musim debutnya di Serie A. Namun, catatan 16 golnya tak mampu membuat Brescia bertahan di kasta teratas dan harus terdegradasi.
Dario Hubner. Foto: Instagram/@dariohubner1967
Selama dua tahun berikutnya di Serie B, Hubner selalu bermain untuk Brescia dan mencetak 42 gol serta membawa klubnya kembali ke Serie A untuk musim 2000/01.
Pada musim itu, Hubner mendapatkan tandem baru. Seorang penyerang legendaris Italia bernama Roberto Bagio. Keduanya tentu menjadi kekuatan menakutkan di lini depan.
Duet Hubner dan Bagio, yang dibantu oleh Pirlo sebagai gelandang, berhasil mengemas 27 gol. Mereka membawa Brescia finis di urutan ketujuh dan bahkan lolos ke Piala Intertoto.
Namun, itu adalah satu-satunya musim di mana Hubner bisa bermain satu tim dengan Bagio. Pasalnya, pria yang kini berumur 54 tahun itu hijrah ke Piacenza, yang kala itu berstatus sebagai tim promosi di Serie A, pada 2001.
Dario Hubner. Foto: Instagram/@dariohubner1967
Di musim perdananya, Hubner langsung membuat sensasi. Usia Huebner ketika itu sudah 34 tahun.
ADVERTISEMENT
Bermain di 33 pertandingan, dia mampu mencetak 24 gol. Capaian itu membuat dirinya dinobatkan jadi capocannoniere alias top skorer musim 2001/02 bersama striker Juventus, David Trezeguet.
Pada musim berikutnya, Hubner masih cukup tajam dengan mencetak 14 gol dari 27 pertandingan. Akan tetapi, memasuki musim 2003/04, Huebner mulai kehabisan bensin.
Setelah Piacenza, dia pergi ke Ancona, yang segera menyatakan bangkrut. Setelah itu, Hubner berlabuh di Perugia, Mantova hingga memperkuat sejumlah klub amatir.
Menurut catatan Transfermarkt, Hubner terakhir kali membela klub Cavenago sebelum akhirnya menggantung sepatu. Hubner memutuskan untuk pensiun ketika usianya menginjak 44 tahun.