Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Bergabung dengan Arsenal sejak remaja, menjuarai FA Youth Cup, dan menembus tim utama pada 1990 saat berusia 20 tahun. David Hillier bisa dibilang adalah buah yang ranum dari akademi tim asal London Utara tersebut.
ADVERTISEMENT
Hillier sedang menapaki tangga kesuksesannya ketika ia memenangi liga bersama Arsenal di musim 1990/91 dan membuat satu penampilan untuk Timnas Inggris U-21.
Sinarnya tak bertahan lama, kariernya dirusak oleh cedera yang memaksanya tersingkir dari final Piala Liga Inggris dan Piala FA pada 1993 dan kemenangan di Piala Winners atas Parma di tahun berikutnya.
Perjalanannya bersama The Gunners tak lama. Bruce Rioch yang sebelumnya melatih Bolton Wanderers datang ke Stadion Highburry. Hillier kemudian tidak menjadi pilihan pelatih kelahiran Inggris itu.
Tempatnya di Arsenal makin terancam setelah sebuah insiden memalukan terjadi di Bandara Gatwick, 1996 silam. Hillier kedapatan mencuri uang seorang penumpang.
Hillier kemudian merumput bersama Portsmouth dan Bristol Rovers sebelum mengakhiri karirnya di Barnet dengan hanya enam penampilan pada tahun 2003.
ADVERTISEMENT
Setelah pensiun, Hillier bertahan hidup dari sisa tabungannya. Kelamaan, ia menyadari kalau harus melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan.
Hillier kemudian banting setir. Bukan sebagai pundit atau pelatih, profesi yang biasa dijalani pensiunan lapangan hijau kebanyakan, melainkan menjadi seorang pemadam kebakaran.
Suatu hari, ia dan istrinya sedang berkendara dan kebetulan melewati sebuah markas pemadam kebakaran. Adalah istri Hillier yang kemudian menyarankan dirinya untuk menjadi penakluk api.
"Dia berkata, 'Kamu tahu, ini seperti klub sepak bola: kamu menghabiskan banyak waktu bersama, bekerja sebagai tim'. Saya hanya berpikir mengapa tidak?" ungkap Hillier dikutip dari The Guardian.
Hillier kemudian bergabung dengan satuan Avon Fire & Rescue di Bristol.
Karena sebelumnya berkarier di sepak bola, usianya cukup tua untuk menjadi rekrutan pemadam kebakaran baru. Hillier merasa semua orang tampak lebih mudah darinya.
ADVERTISEMENT
"Tapi saya tidak pernah punya masalah dengan itu. Saya sadar apa yang perlu saya lakukan untuk maju," ucap Hillier dikutip dari The Sun.
Hillier tak memiliki kesulitan menjadi pemadam kebakaran karena baginya, satuan itu mirip sebuah tim sepak bola.
"Saya berada di dua stasiun pompa atau lebih yang berarti 8-12 dari kami terlibat dan kami menghabiskan dua hari dan dua malam lagi, yang seperti tim sepak bola yang tinggal di hotel sebelum pertandingan," tuturnya.
Apa yang membedakan menjadi seorang pemadam api dan pemain sepak bola adalah adrenalin. Baginya, melawan api lebih menakutkan daripada merumput.
"Bagaimana rasanya tidak dapat melihat apa pun dan tidak bisa bernapas, itu sangat membuat sesak," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Saat anda menghadapi api besar, itu juga menjadi sangat panas. Saya pernah berada di ruangan dengan suhu sampai 1000 derajat. Ini masalah yang cukup serius," sambung Hillier.
Namun, menjadi petugas pemadam kebakaran tak melulu berurusan dengan api. Selama pengalamannya bertugas, Hillier pernah menyelamatkan sapi yang terjebak di lumpur bahkan kucing yang tersangkut di jendela.
"Kemudian pada satu kebakaran, seorang petugas membawa anjing. Dia pikir itu seorang anak. Ketika dia melihat itu hanya seekor anjing, dia melemparkannya dan berlari kembali ke dalam rumah," cerita Hillier kepada The Guardian.
Setelah 15 tahun lebih bertugas sebagai penakluk api, Hillier sepertinya tak pernah melupakan bagaimana rasanya menapakkan kaki di rumput hijau dan menggiring bola.
ADVERTISEMENT
"Aneh, tetapi jika menyangkut pesepakbola atau pemadam kebakaran, saya selalu menganggap diri saya sebagai pesepakbola," akunya.
****