Kisah Gareth Southgate, Disuruh Pensiun Dini untuk Jadi Agen Travel

6 Juli 2021 15:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi pelatih Inggris Gareth Southgate saat melawan Jerman pada pertandingan babak 16 besar Euro 2020 di Stadion Wembley, London, Inggris. Foto: Catherine Ivill/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi pelatih Inggris Gareth Southgate saat melawan Jerman pada pertandingan babak 16 besar Euro 2020 di Stadion Wembley, London, Inggris. Foto: Catherine Ivill/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gareth Southgate sedang dipuji karena sukses membawa Inggris ke semifinal Euro 2020 tanpa pernah kalah dan kebobolan. Siapa sangka, dia dulu hampir meninggalkan sepak bola untuk menjadi agen travel.
ADVERTISEMENT
Southgate adalah pemain sebelum menjadi pelatih seperti sekarang. Pria kelahiran 3 September 1970 ini memulai karier sepak bola di akademi Crystal Palace.
Mantan pelatih tim muda Crystal Palace, Alan Smith, bercerita bahwa dia dulu pernah menyuruh Southgate untuk memilih antara tetap menjadi pesepak bola atau menjadi agen travel. Itu dipicu dari sebuah kekalahan timnya.
"Kami memiliki satu pertandingan tertentu, yang kami kalah, dan saya berkata, 'Southgate, saya pikir Anda terlalu pintar untuk melakukan pekerjaan ini. Saya pikir Anda harus membuat pilihan. Jika itu pilihan saya, saya pikir Anda harus menjadi agen travel,” kisahnya, dikutip dari Daily Star.
Gareth Southgate. Foto: Lee Smith/Reuters
Namun, Gareth Southgate tidak menyerah pada mimpinya. Pria kelahiran Watford itu menapaki karier yang panjang sebagai pesepak bola.
ADVERTISEMENT
Southgate dikenal sebagai pemain yang bisa berposisi sebagai bek atau gelandang. Ia membela tim senior Crystal Palace (1988–1995), Aston Villa (1995–2001), dan Middlesbrough (2001–2006). Ia mengoleksi 57 caps dan 2 gol di Timnas Inggris (1995–2004).
Southgate lalu pensiun dan melatih Middlesbrough selama 2006-2009. Dia dinilai gagal membawa bekas klubnya itu berjaya, tetapi berhasil menemukan titik balik kariernya kala melatih Inggris U-21 (2013–2016).
Southgate membawa Inggris menjuarai kompetisi bernama Toulon Tournament pada 2016. Ia membesut skuad senior Inggris sejak September tahun yang sama, ketika Sam Allardyce mengundurkan diri karena skandal.
Ekspresi pelatih Inggris Gareth Southgate saat melawan Jerman pada pertandingan babak 16 besar Euro 2020 di Stadion Wembley, London, Inggris. Foto: Catherine Ivill/Reuters
Penunjukan Gareth Southgate menimbulkan pro dan kontra. Bahkan sampai sekarang, tak sedikit fans Inggris yang masih meragukannya.
Mantan pelatih Inggris, Sven-Goran Eriksson, mengenang kepribadian Southgate yang juga pernah jadi anak buahnya di skuad The Three Lions. Pelatih asal Swedia itu bilang bahwa Southgate adalah sosok yang kalem.
ADVERTISEMENT
“Dia ingin menyelesaikan masalah dengan pembicaraan, daripada dengan berteriak. Sangat mudah untuk berbicara dengannya, dia tidak pernah marah atau kesal, dia selalu sangat sopan," jelas pelatih yang menakhodai Inggris selama 2001-2006 itu.
Kini, Southgate sedang dalam momentum bagus untuk mengantar Inggris menjadi juara Euro 2020. Jika itu terealisasi, reputasinya akan meningkat dan boleh jadi para tukang kritik akan terbungkam.
***