Kisah Gianluigi Lentini: Pecahkan Rekor Pemain Termahal, 'Lenyap' di AC Milan

30 Mei 2021 20:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gianluigi Lentini. Foto: Allsport UK/via Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Gianluigi Lentini. Foto: Allsport UK/via Getty Images
ADVERTISEMENT
Gianluigi Lentini pernah memecahkan rekor transfer kala bergabung dengan AC Milan pada 1992 silam. Kendati demikian, kariernya berakhir dengan antiklimaks.
ADVERTISEMENT
Pada usia 23 tahun, Lentini adalah pemain sayap dengan kelincahan yang memungkinkannya bisa beroperasi di dua sisi. Torino meberinya banderol 13 juta pounds (kini setara dengan Rp 264 miliar) kala itu.
Penjualan Lentini ke AC Milan membuat presiden Torino, Gian Mauro Borsano, menjadi tahanan rumah. Pasalnya, pendukung turun ke jalan untuk memprotes transaksi tersebut.
Gianluigi Lentini (kanan). Foto: ADEK BERRY / AFP
Lentini lahir di akademi Torino, ia dipinjamkan ke Ancona untuk musim 1988/89. Ia berhasil membantu Ancona mempertahankan status juara Serie B. Saat itu, Torino justru terdegradasi dari Serie A.
Musim berikutnya, Lentini membantu Torino untuk kembali ke kasta teratas sepak bola Italia. Ia menjadi bagian penting di bawah kepemimpinan Emiliano Mondonico untuk dua musim berikutnya.
Pada musim 1990/91, Torino berhasil finis di urutan ke-5, termasuk mengalahkan Inter Milan di kandang dan menaklukkan Juventus di derbi Turin.
ADVERTISEMENT
Ketika AC Milan memenangi liga pada musim 1991/92 tanpa kekalahan, Torino terus menunjukkan tajinya dengan finis ketiga dan menembus final Liga Europa usai mengalahkan Real Madrid di semifinal.
Lentini hadir sebagai pusat perhatian dalam dua leg final Liga Europa melawan Ajax Amsterdam. Namun begitu, trofi juara tetap jatuh ke tangan wakil Belanda.
Ketika musim berakhir, Lentini berlabuh ke AC Milan dengan nilai transfer fantastis. Sayangnya, sematan status pemain termahal mungkin terlalu berat baginya.
Hal tersebut ada hubungannya dengan sebuah kecelakaan mobil yang hampir menewaskannya pada Agustus 1993. Insiden tersebut langsung mengubah garis hidupnya.
Musim debutnya di San Siro berjalan dengan cukup apik ketika ia meraih gelar juara liga dan runner up Liga Champions, dunia seolah berada di bawah kaki Lentini.
ADVERTISEMENT
Lentini menunjukkan gilang-gemilangnya di atas lapangan hijau, ia tak jarang membuat lawan-lawannya frustasi. Bisa disebut jika kebesaran akan menjadi miliknya.
Usai kecelakaan, Lentini bukanlah orang yang sama lagi. Ia bisa berhasil kembali dari insiden yang mengerikan tersebut adalah sebuah keajaiban tersendiri.
Namun demikian, ia adalah pemain pengganti yang tidak diturunkan saat AC Milan mengalahkan Barcelona di final Liga Champions yang dihelat di Stadion Olimpiade, Yunani, Mei 1994 silam.
Lentini tetap bersama klub hingga akhir musim 1996, ia tampil secara sporadis dan tak pernah menjadi bagian penting selain opsi kedua, dan tetap mengoleksi medali juara.
Keseimbangan yang menjadi ciri khasnya dan keapikannya dalam menggiring bola telah hilang sebagian dari dirinya. Masalah penglihatan dan ingatan yang kabur telah merampas kekuatannya.
ADVERTISEMENT
Pada 1996 ketika usianya beranjak 27 tahun, Lentini meninggalkan San Siro dan bergabung dengan Atalanta. Sempat tampil mengesankan selama debutnya, ia kembali menjadi pemain semenjana.
Lentini bahkan tidak sampai satu musim dengan Atalanta. Ia kemudian kembali lagi ke rumah awalnya, Torino, yang kala itu sedang terjerembab ke Serie B.
Ia berhasil membantu Torino promosi ke Serie A usai finis kedua di bawah Verona pada musim 1998/99. Kendati demikian, mereka hanya bertahan setahun di Serie A dan terdegradasi kembali musim berikutnya.
Pada Januari 2001, Lentini meninggalkan Torino untuk terakhir kalinya, bergabung dengan tim Serie B, Cosenza. Kendati demikian, performanya terus menurun.
Lentini, yang dipandang sebagai pemain yang akan bersinar nyatanya tak memiliki nasib yang lebih baik. Ia kerap berpindah klub dan bermain di kasta yang lebih rendah hingga akhirnya pensiun pada 2012 lalu ketika usianya menyentuh 43 tahun.
Gianluigi Lentini. Foto: Allsport UK/via Getty Images
Selama empat musim kejayaannya, Lentini menyiksa pertahanan lawan setiap minggunya. Menjadikannya pemain termahal di dunia.
ADVERTISEMENT
Dia adalah salah satu pemain paling brilian namun tidak pernah menjadi pemain terbaik di dunia. Sebuah tabrakan mobil dengan kecepatan tinggi telah mengambil kesempatan darinya untuk membuktikan dirinya bisa menjadi pemain itu.
****