news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Lucas Radebe: Pahlawan Leeds & Afrika Selatan yang Pernah Ditembak

23 Maret 2021 13:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lucas Radebe,  eks pemain Leeds United. Foto: Phil Cole /Allsport via Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Lucas Radebe, eks pemain Leeds United. Foto: Phil Cole /Allsport via Getty Images
ADVERTISEMENT
Lucas Radebe adalah salah satu ikon dan role-model bagi Leeds United dan Afrika Selatan dengan segala kontribusi dan pencapaiannya di dalam maupun di luar lapangan. Tak banyak yang tahu, sang pemain ternyata pernah ditembak.
ADVERTISEMENT
Lucas Radebe lahir dan tumbuh besar di era Apartheid di Afrika Selatan. Tinggal di Johannesburg, ia berada tepat di pusat konflik kulit hitam dengan kulit putih.
Sama seperti bocah 'asli' Afrika Selatan lainnya, Lucas Radebe terbawa arus pergerakan protes anti politik Apartheid. Pemandangan mayat menjadi hal biasa buat dirinya, apalagi yang meninggal biasanya merupakan barisan anti-Apartheid.
Lucas Radebe bisa menyelamatkan diri dari rumitnya persoalan politik di negara asalnya lewat sepak bola. Melihat hal ini orang tuanya membawa sang anak pindah ke tempat lain yang lebih aman.
Dari sana, Lucas Radebe bisa mengembangkan bakat dan hobinya bermain sepak bola. Bakat Radebe kemudian tercium oleh salah satu legenda sepakbola Afrika Selatan, Patrick Ntsolengoe. Patrick pun berjasa membuatnya bergabung dengan klub tersukses di Afrika Selatan, Kaizer Chief.
Lucas Radebe, eks pemain Leeds United. Foto: Michael Steele /Allsport via Getty Images
Lucas Radebe menjadi pemain profesional pada saat usianya mencapai 20 tahun, momen yang tepat karena era Apartheid segera berakhir. Afrika Selatan mulai terbuka buat dunia lain, termasuk Timnas Kamerun yang saat itu merajai sepak bola Afrika.
ADVERTISEMENT
Suatu hari, Lucas Radebe dan rekan setimnya di Kaizer Chiefs bertanding melawan Crystal Palace dalam sebuah laga persahabatan. Dari situ, namanya mulai dilirik pemandu bakat tim Eropa.
Namun, saat sorotan tengah tertuju padanya, tragedi menimpa Lucas Radebe. Ia ditembak di tempat.
Kejadian itu bermula ketika ia hendak pergi membeli minuman untuk ibunya. Tiba-tiba terdengar suara tembakan. Diceritakan oleh saksi mata, Lucas Radebe awalnya tidak sadar ada peluru menembus punggungnya.
Darah tiba-tiba mengucur deras membasahi tubuhnya. Ia tersungkur tak berdaya hingga mobil ambulans datang pada saat yang tepat. Lucas Radebe dibawa ke rumah sakit dan langsung menjalani operasi.
Tim dokter yang menangani Lucas Radebe seakan tak percaya. Peluru yang ditembakkan ke tubuhnya masuk melalui punggung, tapi tidak mengenai sedikit pun organ penting dan pembuluh darah vital.
ADVERTISEMENT
Kejadian itu membuat Lucas Radebe batal ke Besiktas. Padahal dalam beberapa hari ke depan, ia tinggal melakukan tanda tangan kontrak saja. Beruntung, pemandu bakat Leeds United, Geoff Sleight tetap percaya pada kualitasnya.
Geoff Sleight bahkan sampai meminta Howard Wilkinson, manajer Leeds, untuk merekrutnya. Tidak cuma Lucas Radebe, tapi rekannya yakni Philemon Masinga juga diajak serta.
Namun, awal karier Radebe di Eropa tak semulus yang dibayangkan. Radebe kesulitan beradaptasi dengan tempat tinggal barunya, di Leeds. Cuaca yang dingin serta makanan yang kurang cocok dengan lidahnya membuat ia rajin pulang ke Johannesburg pada tahun-tahun awal kepindahannya ke Eropa.
Selain itu, Radebe pun sempat bersitegang dengan Howard Wilkinson yang membuat dirinya lebih banyak dicadangkan. Peruntungan Radebe berubah saat Wilkinson digantikan George Graham. Graham yang melihat potensi besar dari Radebe mempercayainya menjadi pemain inti.
ADVERTISEMENT
Uniknya, pada awal kariernya sebagai pesepak bola, Radebe memulai sebagai seorang penjaga gawang. Tapi kemudian ia pindah menjadi seorang gelandang tengah sebelum akhirnya menempati posisi bek tengah.
Berbeda cerita dengan debutnya bersama Leeds United. Manajer Howard Wilkinson saat itu memainkannya sebagai sayap kanan. Pun begitu dengan aksinya sebagai kiper yang tidak bisa dianggap remeh (Anda bisa membuktikannya sendiri dengan menonton laga Leeds versus Man Utd tahun 1996).
Di dalam ruang ganti pemain, tidak ada sosok yang melampaui respek yang diberikan kepada Radebe yang dijuluki The Chief. Julukan yang diberikan oleh pendukung Leeds dari tempat dirinya bermain sebelum Leeds, Kaizer Chiefs, namun pada akhirnya tersemat karena ia memiliki aura kepemimpinan yang luar biasa didalam maupun diluar lapangan.
ADVERTISEMENT
Kehebatan dan kelincahannya di lapangan seketika melambungkan namanya sebagai bek tangguh kelas dunia. Sosoknya pun tak tergantikan sebagai kapten Leeds United sejak 1998 hingga ia memutuskan gantung sepatu pada tahun 2005.
Di bawah kepemimpinannya, Leeds finis di urutan ketiga klasemen Premier League pada musim 1999/00, dan musim berikutnya membawa Leeds hingga ke semifinal Liga Champions, serta meraih gelar FIFA Fair Play Award di musim berikutnya.
Mantan bosnya di Leeds, Howard Wilkinson, mengakui kehebatan dan kepemimpinan Radebe di lapangan. Ia mengakui bahwa keinginannya untuk bermain dengan gaya direct dirasa tidak cocok untuk Radebe. Meski tidak sepaham dengan Wilkinson, Radebe tetap memuji mantan bosnya tersebut karena ia anggap perekrutan dirinya sebagai perjudian besar.
ADVERTISEMENT
Perjudian besar? Kebesaran pengaruh Radebe di Leeds United sebenarnya ironi dengan awal kedatangannya. Radebe datang ke Leeds sebagai pemain paketan. Radebe menjadi bagian dari pembelian Philemon Masinga agar Phil merasa senang. Ia dihargai sebesar 250 ribu Poundsterling saja dari Kaizer Chief saat itu.
Selain untuk level klub, di level internasional pun karirnya terbilang cukup sukses. Ia membuat 61 caps bagi tim Bafana Bafana serta membawa Afrika Selatan menjuarai Piala Afrika 1996. Salah satu momennya yang paling diingat publik adalah ketika ia memimpin pasukan timnas Afrika Selatan di Piala Dunia 2002 Korea-Jepang.
Pada turnamen itu, Radebe mencetak gol bicycle-kick ketika melawan Spanyol. Walaupun harus mengakui keunggulan Spanyol 3-2, namun aksinya di turnamen itu tidak mudah dilupakan khalayak.
ADVERTISEMENT
Suatu hari, ada empat pemuda yang hendak membuat sebuah band mendatangi tempat latihan Leeds United, Thorp Arch. Mereka sangat mengagumi sosok Radebe dan ingin bertemu dengannya untuk meminta izin dalam penggunaan nama klub tempat Radebe bermain sebelumnya. Radebe menyetujuinya. Sekarang band tersebut menjadi salah satu band rock papan atas Inggris bernama Kaiser Chief.
Kecintaan penduduk kota Leeds pun tak hanya itu. Sebuah perusahaan pembuat bir di Leeds bahkan sampai membuat produk yang dinamakan Radebeer sebagai bentuk penghormatan kepada sang legenda.
Pencapaian luar biasa berhasil dibuat oleh Lucas Radebe di dalam dan luar lapangan. Meskipun gagal meraih gelar bersama Leeds, namun usahanya dalam menyuarakan anti-rasisme, perhatiannya terhadap anak-anak di Afrika, hingga kegiatan amal menjadi alasan kuat ia pantas menerima penghargaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Radebe juga menerima gelar Master dan Doktor honoris causa dari Leeds Metropolitan University dan University of Cape Town di negara asalnya, Afrika Selatan.
Sementara itu, Nelson Mandela, sosok yang menjadi simbol 'kemerdekaan' Afrika Selatan pun tanpa ragu menyebut sosok Lucas Radebe sebagai pahlawanku dalam lawatannya ke Inggris.
Radebe sendiri sempat ingin direkrut Manchester United asuhan Sir Alex Ferguson. Namun, ia menolak pindah ke rival abadi Leeds tersebut. Dalam sebuah wawancara di stasiun televisi Afrika Selatan, SuperSport pada Mei 2015 silam, Radebe mengungkapkan: "Only white rose, not red rose. I wouldn't wear red."
Radebe tetap setia dengan Leeds United hingga memutuskan pensiun di tahun 2005. Ia juga yang bersikeras untuk bertahan ketika Leeds terdegradasi dari Premier League musim 2003/04 yang mengakibatkan eksodus pemain-pemain bintangnya. Hanya tiga musim setelah Leeds berhasil mencapai semi final Liga Champions.
ADVERTISEMENT
Cedera lutut dan engkel, serta faktor usia yang tak lagi muda, membuat Radebe menyerah dan memutuskan berhenti di lapangan hijau dan melanjutkan perjuangannya di luar lapangan dengan aktif di dalam berbagai kampanye anti-rasisme dan kegiatan amal.
Pengakuan pelaku sepak bola Inggris akan kebesaran sosok Lucas Radebe diberikan saat penganugerahan gelar PFA Special Merit Award 2010.
Hal ini tentu saja berkaitan dengan kesuksesan karier sepak bola profesionalnya baik bagi klub dan negara, serta berpartisipasi mewujudkan mimpi Afrika Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Menurut catatan Transfermarkt, Lucas Radebe berhasil mencatatkan 238 laga dengan torehan 2 gol selama membela Leeds United. Adapun bersama Timnas Afrika Selatan, ia sukses mencetak 2 gol juga dari 70 caps.
ADVERTISEMENT
****