Kisah Marcio Amoroso, Penyerang Tajam Liga Italia yang Terlupakan

26 Mei 2021 19:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Marcio Amoroso saat membela Udinese di musim 1996/97. Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Marcio Amoroso saat membela Udinese di musim 1996/97. Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Liga Italia memiliki banyak bomber mengerikan selama periode waktu 1990-an. Kendati demikian, tak semuanya mendapatkan sorotan yang cukup. Salah satunya adalah Marcio Amoroso.
ADVERTISEMENT
Amoroso tumbuh di jalanan Brasilia. Semasa mudanya banyak dihabiskan untuk menunjukkan bakatnya mengolah si kulit bundar dari satu turnamen futsal ke turnamen lain.
Bersemangat, ambisius, dan sangat berbakat, ia kemudian mendapatkan tawaran untuk bergabung dengan akademi Guarani FC saat usianya beranjak 14 tahun. Kala itu 1988.
Marcio Amoroso. Foto: Instagram/@amoroso
Pemuda kelahiran 5 Juli 1974 itu menghabiskan empat tahun di Guarani FC. Amoroso kemudian dipinjamkan ke klub Jepang, Verdy Kawasaki, pada 1 Juli 1992.
Bersama Verdy Kawasaki, Amoroso berhasil mengangkat gelar juara liga dan Piala Kaisar. Torehan tersebut membuat Guarani yakin untuk memanggilnya kembali.
Kembali ke Guarani, Amoroso mengemas 28 gol dalam 39 penampilan. Ia kemudian bergabung dengan raksasa Brasil, yakni Flamengo.
Hanya enam bulan di Flamengo, Amoroso kemudian melancong ke Italia dan bergabung dengan Udinese. Ia menunjukkan keganasan seorang penyerang saat bersama Zebrette.
ADVERTISEMENT
Bersama Udinese, Amoroso memenangi trofi Capocannoniere musim 1998/99. Ia turut andil dalam keberhasilan klub finis di posisi keenam di Liga Italia.
Marcio Amoroso. Foto: Instagram/@amoroso
Meskipun cukup apik, Udinese punya catatan kebobolan yang sangat buruk, yakni 52 gol. Bagusnya, Amoroso tajam di lini depan dengan mencetak 22 gol dan menjadi top skorer musim itu.
Duet Amoroso-Poggi begitu mematikan meski kedua pemain punya karakteristik yang mirip. Mereka sama-sama cepat dan punya olah bola bagus. Namun, pada akhirnya memang Amoroso yang lebih menonjol di antara mereka.
Desas-desus kemudian beredar tentang masa depan Amoroso. Ia dikait-kaitkan dengan semua tim besar di Italia serta Bayern Muenchen, Barcelona, dan Manchester United.
Secara mengejutkan, Amoroso memilih Parma sebagai pelabuhan barunya. Sayangnya, ia harus berada di bawah bayang-bayang Hernan Crespo.
ADVERTISEMENT
Didukung oleh kepergian Crespo ke Lazio, Amoroso menjadi pemain reguler di tim bersama Di Vaio saat Parma bertengger di urutan keempat pada musim 2000/01. Ia mencetak 14 gol.
Marcio Amoroso. Foto: Instagram/@amoroso
Pada Juli 2001, Amoroso kemudian terbang ke Jerman dan bergabung dengan Borussia Dortmund. Ia menghabiskan tiga musim bersama Die Borussen.
Nama Amoroso baru benar-benar besar ketika dirinya sudah angkat kaki dari Italia. Di bawah panji Borussia Dortmund, dia membentuk duet legendaris bersama striker jangkung Republik Ceko, Jan Koller, pada awal 2000-an.
Selama masa baktinya di Dortmund, Amoroso mencetak 43 gol dalam 89 penampilan. Ia sendiri turun di 59 pertandingan Bundesliga dan mengoleksi 28 gol.
Kendati demikian, musim terakhirnya bersama Dortmund tak berjalan dengan baik. Cedera membatasi permainannya, ia kerap dipinggirkan, dan hanya mengoleksi 4 gol.
ADVERTISEMENT
Kariernya kemudian memudar dan Dortmund melepasnya. Ia sempat berstatus tanpa klub hingga akhirnya bergabung dengan Malaga pada Juli 2004 dengan status bebas transfer.
Untuk pemain yang dihargai USD 35 juta (setara Rp 507 miliar dengan kurs saat ini) empat tahun sebelumnya. Kenyataan itu merupakan sebuah penurunan drastis.
Sejak saat itu, performa Amoroso naik-turun. Ia hampir berganti seragam tiap tahunnya dan bahkan sempat menganggur selama enam bulan lagi di periode 2007-2008.
Amoroso juga sempat membela klub dari kampung halamannya, seperti Sao Paulo, Corinthians, Gremia, hingga kembali ke tempat asalnya Guarani. Namun, masa jayanya sudah habis.
Menurut catatan Transfrmrkt, Amoroso terakhir kali membela klub Amerika Serikat, Boca Raton FC, pada Juli 2016 dan gantung sepatu setelah pergantian tahun.
ADVERTISEMENT
Meskipun menjadi semacam ikon yang terlupakan, Amoroso bisa dianggap sebagai salah satu penyerang berbakat, kuat, terampil dan cerdas selama lima tahun antara 1998 sampai 2003.
****