Kisah Peter Withe, Eks Pelatih Timnas Indonesia yang Miliki Klub di Thailand

12 April 2021 12:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peter Withe. Foto: Twitter/@peter_withe
zoom-in-whitePerbesar
Peter Withe. Foto: Twitter/@peter_withe
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lama tak terdengar, ada kabar terbaru soal mantan pelatih Timnas Indonesia, Peter Withe. Ia adalah pelatih asal Inggris yang sempat menghadirkan perubahan signifikan bagi skuad Garuda.
ADVERTISEMENT
Saat masih aktif menjadi pesepak bola, Withe termasuk striker jempolan yang membela sejumlah klub di Inggris pada 1971-1990. Pria kelahiran Liverpool, 30 Agustus 1951, itu membantu Nottingham Forest memenangi Anglo-Scottish Cup serta Football League Division Two (Championship Division) 1976/77.
Ketika bermain di Football League Division One (Premier League), Withe membuat Nottingham semakin berjaya. Pada 1977/78, dia membantu mempersembahkan gelar juara plus Piala Liga. Ada pula Charity Shield tahun 1978.
Selain The Forest, Withe juga berhasil mempersembahkan beberapa piala ketika membela Aston Villa. Contohnya, Football League Division One (1980/1981), Piala Champions (1981/82), serta Piala Super Eropa 1982. Hingga kini, prestasi di Eropa pada 1981/82 belum pernah disamai para pemain Villa.
Keberhasilan membawa klub berjaya membuat Withe mendapatkan panggilan tim nasional Inggris. Meski tidak sehebat Wayne Rooney atau Harry Kane, Withe ikut menjadi anggota The Three Lions ketika berjibaku di Piala Dunia 1982. Selama bermain untuk Inggris, dia mempunyai 13 caps dan 1 gol.
Peter Withe saat membela Aston Villa. Foto: Getty Images
Setelah puas berkarier sebagai pemain, Withe pensiun pada 1991 sebagai pemain Villa. Lalu, dia mengambil lisensi pelatih sebelum akhirnya ditunjuk sebagai pelatih junior Villa. Withe kemudian diminta menjadi nakhoda Wimbledon pada 1991 saat Ray Harford mengundurkan diri.
ADVERTISEMENT
Karier Withe bersama The Dons ternyata tidak terlalu bagus. Dia hanya bertahan 105 hari sebelum digantikan Joe Kinnear. Akibatnya, Withe memutuskan pergi ke Asia Tenggara untuk menukangi Timnas Thailand.
Bersama Thailand, keberuntungan menaungi Withe. Tangan dinginnya sukses menjadikan tim Gajah Putih raja di Asia Tenggara. Dia melahirkan banyak pemain hebat yang menjadi legenda di kemudian hari.
Sebut saja Kiatisuk Senamuang, Worrawoot Srimaka, Sakda Joemdee, Pipat Thonkanya, Tawan Sripan, Sutee Suksomkit, hingga Therdsak Chaiman.
Generasi millenium baru itu lantas berhasil membawa Thailand tampil di Piala Asia 2000 serta menjuarai Piala Tiger (Piala AFF) 2000 dan 2002.
Peter Withe Foto: Justin Jin/REUTERS
Dua gelar yang diraih Thailand semuanya didapat setelah menundukkan Indonesia di partai pamungkas. Entah di Bangkok atau Jakarta, Withe sukses membuat para pemain Thailand memiliki mental baja.
ADVERTISEMENT
Pada 2000, Thailand mencukur Indonesia 4-1 lewat 3 gol Worrawoot dan 1 gol Tanongsak Prajakkata di Rajamangala Stadium, Bangkok. Gol hiburan skuad Garuda diukir Uston Nawawi.
Dua tahun berselang, skuad Garuda kembali dipaksa menyerah lewat laga dramatis di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Setelah imbang 2-2 dalam waktu normal plus dua kali perpanjangan waktu, pertarungan harus dilanjutkan lewat adu penalti. Dewi fortuna belum berpihak ke Indonesia setelah kalah 2-4.
Kekalahan dari Thailand pada dua final Piala Tiger membuat PSSI penasaran dengan sentuhan dingin Withe. Setelah kontrak kerja di Thailand berakhir tanpa opsi perpanjangan, Withe dipekerjakan Indonesia. Tugas pertama Withe ada di Piala AFF 2004.
Seperti saat di Thailand, Withe juga memulai pekerjaan beratnya dengan mencari pemain-pemain terbaik dari seluruh pelosok negeri. Dia datang ke banyak stadion di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Maluku, hingga Papua.
Peter Withe, Pelatih Timnas Piala AFF 2004 Foto: Twitter/@Peter-Withe
Withe akhirnya berhasil meracik skuad yang tangguh. Dia memanggil Hendro Kartiko, Kurniawan Dwi Yulianto, Ortizan Solossa, Ilham Jaya Kesuma, Ponaryo Astaman, Eli Aiboy, Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean, Charis Yulianto, hingga Ismed Sofyan.
ADVERTISEMENT
Satu pemain yang ketika itu menjadi perbincangan adalah Boaz Solossa, yang baru berusia 18 tahun. Ketika itu, Boaz menjadi bintang pada Piala Tiger 2004. Kemampuan teknik, kecepatan lari, dan eksekusi jempolan membuat legenda Persipura Jayapura itu menjadi perhatian khusus banyak media dan pemandu bakat di Asia.
Sayang, lagi-lagi Indonesia harus puas dengan status runner-up. Withe gagal memenuhi harapan setelah tim Merah Putih dipermalukan legiun naturalisasi Singapura di partai puncak berformat home and away.
Kegagalan terasa menyakitkan. Tapi, PSSI masih percaya pada sentuhan Withe di lain waktu. Dia tetap bekerja untuk tim Garuda yang sedang diproyeksikan ke Piala Asia 2007.
Sayangnya, kegagalan lolos dari fase grup Piala AFF 2007 membuat Withe harus angkat kaki. Dia dipecat pada Januari 2007 dan Indonesia menunjuk Ivan Kolev untuk Piala Asia, beberapa bulan kemudian.
Peter Withe, Pelatih Timnas Piala AFF 2004 Foto: Twitter/@Peter-Withe
Ternyata, pemecatan yang didapatkan dari PSSI tidak membuat Withe jera melatih di Asia Tenggara. Dia kembali ke Thailand pada 2013 setelah lama menghilang. Withe melatih PTT Rayong sebelum bergabung dengan Nakhon Pathom United pada 2014-2016.
ADVERTISEMENT
Kini, Withe tidak lagi berkecimpung di sepak bola. Dia sudah pulang ke kampung halamannya di Inggris untuk menikmati hari tuanya. Sesekali Withe menjadi komentator pertandingan. Hari-harinya juga dihabiskan untuk berjualan buku. Itu bukan buku biasa, melainkan autobiografi Withe berjudul "All for The Love of The Game" (semuanya untuk kecintaan pada permainan).
Dalam buku tersebut, Withe menjabarkan pengalaman selama bertahun-tahun menjadi pemain maupun pelatih sepakbola. Dia menceritakan banyak hal yang selama ini jarang diketahui penggemar tentang dirinya.
Selain itu, pria berusia 69 tahun itu baru saja mengakuisisi salah satu klub Thailand bersama sang anak, Jason Withe. Mereka membeli klub divisi tiga Liga Thailand, Deffo FC.
Peter Whithe melakukan hal itu karena klub tersebut sedang mengalami permasalahan finansial yang cukup serius. Klub tersebut dikabarkan tak mampu membayar gaji para pemainnya.
ADVERTISEMENT
Peter pun kini menjadi orang asing pertama yang menjadi pemilik klub di Thailand.
****