Kisah Robbie Savage, Alumni MU yang Jadi Pemain Terkasar di Liga Inggris

22 Februari 2021 13:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Robbie Savage. Foto: Instagram @robbiesavage8
zoom-in-whitePerbesar
Robbie Savage. Foto: Instagram @robbiesavage8
ADVERTISEMENT
Pada masanya, nama Robbie Savage merupakan salah satu pemain muda binaan Manchester United (MU). Selama aktif menjadi pemain, ia pernah terpuruk, berhasil bangkit, dan diselimuti kontroversial.
ADVERTISEMENT
Saat berusia 19 tahun Savage berada dalam jalur kesuksesan. Dia berada di tempat yang menjanjikan untuk kesuksesan masa depannya: akademi Manchester United.
Dia berkembang bersama anak-anak muda MU yang hingga kini namanya terus bersinar, seperti David Beckham, Ryan Giggs, Gary Neville, Paul Scholes, dan Nicky Butt. Namun, dua kali operasi hernia membuatnya kehilangan kesempatan bermain di musim pertamanya sebagai pemain profesional di MU.
Savage adalah seorang penyerang di masa itu. Ia memainkan peran dalam keberhasilan United meraih gelar FA Youth Cup pada 1992 bersama pemain-pemain Class of 92 lainnya. Ia pemain penting lini depan tim muda The Red Devils.
Satu waktu, ia dipanggil oleh Sir Alex Ferguson untuk membicarakan masa depannya di United. Pertemuan itu menjadi awal dari hari yang mengubah hidupnya.
Robbie Savage. Foto: Instagram @robbiesavage8
Ferguson kala itu berkata, “Sayangnya Robbie, kami harus melepaskanmu karena aku merasa memiliki striker yang lebih baik daripada kamu di klub ini.”
ADVERTISEMENT
Mendengar perkataan itu Savage merasa terpukul. “Aku benar-benar hancur. Aku dilepas oleh klub terbesar di dunia dan aku merasa aku bukan pesepak bola yang baik. Aku berpikir apakah masih bisa menjadi seorang pesepak bola. Namun, aku selalu percaya pada diriku sendiri dan aku akan bangkit kembali.”
Kebangkitan itu mulai muncul ketika ia dirawat di rumah sakit karena kecelakaan mobil setelah dilepas United. Salah satu klub divisi tiga Liga Inggris meneleponnya.
Manajer Crewe Alexandra, Dario Gradi, menawarinya untuk bergabung. Tanpa berpikir panjang, dia pun menandatangani kontrak dua tahun dan kembali memulai karier untuk masa depannya.
“Aku merasa berada di jalur yang tepat kali ini dengan memilih Crewe Alexandra di mana klub ini memaksimalkan para pemain muda,” tutur Savage.
ADVERTISEMENT
Savage berhasil membawa Crewe Alexandra promosi ke divisi dua Liga Inggris pada saat itu dan memancing pelatih Leicester City, Martin O’Neill, untuk mendatangkannya. Ia pun menjadi pemain andalan di Leicester.
Kariernya terus berlanjut. Birmingham City, Blackburn Rovers, Brighton & Hove Albion, hingga Derby County adalah kesebelasan-kesebelasan yang ia bela. Secara total, Savage memainkan 536 pertandingan untuk klub dan negaranya, Wales.
Meski harus mengalami hal pahit ketika dilepas oleh Ferguson hingga mengalami kecelakaan, Savage masih dikenang hingga sekarang karena karakter permainannya.
Karakter cepat dan keras langsung menjadi citra tersendiri jika berbicara gambaran umum yang bisa diambil dari Liga Inggris. Kontak fisik dan tekel-tekel keras mewarnai setiap pertandingan dari liga yang diklaim sebagai kompetisi sepak bola paling dinamis di dunia.
ADVERTISEMENT
Julukan bad boys tidak bisa dilepas dari para pemain yang kerap melakukan pelanggaran. Itulah yang terkenal dari sosok Robbie Savage.
Savage mendapat predikat dari Daily Mail sebagai pemain terkasar sepanjang sejarah Premier League karena jumlah kartu kuning yang didapatkan selama berkarier mencapai 88 kartu kuning. Tapi uniknya, meskipun jumlah kartu kuning yang ia dapat termasuk yang terbanyak, ia hanya mendapatkan satu kartu merah.
Rio Ferdinand pernah berkata mengenai sosok Savage. “Dia mengoleksi begitu banyak kartu kuning sepanjang kariernya, tapi ia hanya mendapatkan satu kartu merah. Itu adalah bakat! Dia sangat cerdas!”
Para pelatih yang pernah bersamanya juga sangat menyukai sosok Savage. Martin O’Neill yang membawanya dari Crewe Alexandra sehingga bisa kembali membawa Savage bermain di Liga Primer pernah mengatakan bahwa ia beruntung pernah mendatangkan sang pemain ke Leicester.
ADVERTISEMENT
“Leicester beruntung bisa mendatangkan Robbie Savage dengan harga 400 ribu euro. Dia adalah pemain tepat dan hadiah terbaik baik kami,” imbuh Martin O’Neill. Bersama Leicester, ia berhasil meraih gelar juara Piala Liga pada tahun 2000.
Mark Hughes yang pernah mendatangkannya ke Blackburn pada tahun 2005 sangat menyukai sosok Savage.
“Dia telah melewati banyak hal dan ia mampu melalui semuanya itu dengan luar biasa. Dia memiliki kepribadian yang sangat besar di dalam dan di luar lapangan. Dia selalu antusias terhadap pertandingan dan menyeret para pemain lain untuk sama antusiasnya ketika bertanding,” ungkap Hughes.
Selain cukup disukai oleh beberapa pelatih, Savage juga terkenal dari beberapa kontroversi yang ia buat. Salah satu kontroversinya adalah ketika ia menggunakan toilet wasit sebelum pertandingan yang membuatnya terkena denda 10.000 euro.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ketika pertandingan yang cukup panas antara Leicester dan Derby Country bertemu, Savage berhasil memberikan penalti untuk Leicester di menit akhir. Ia berlari menuju penonton Derby Country dan mengepalkan tangannya. Semenjak itu ia selalu menjadi sasaran para penonton Derby ketika bertemu Leicester.
Beberapa tahun kemudian ternyata ia harus bermain untuk Derby, dan itu menjadi dilema bagi para suporter Derby. Perlakuan campur aduk didapatkannya dari para suporter.
Kini Savage telah menjadi seorang pundit di salah satu stasiun televisi di Britania Raya. Kita bisa belajar dari Savage bahwa dirinya bisa bangkit dari keterpurukan. Meski telah pensiun, ia tetap dikenang menjadi salah satu pemain pesepak bola terbaik di sepakbola Inggris.
****