Kisah Tony Bloom: Pejudi Andal yang Bikin Brighton Sukses Musim Ini

27 September 2021 16:02 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi pemain Brighton & Hove Albion usai mencetak gol ke gawang Liverpool pada pertandingan lanjutan Premier League di Anfield, Liverpool, Inggris. Foto: Phil Noble/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi pemain Brighton & Hove Albion usai mencetak gol ke gawang Liverpool pada pertandingan lanjutan Premier League di Anfield, Liverpool, Inggris. Foto: Phil Noble/REUTERS
ADVERTISEMENT
Performa Brighton di Liga Inggris musim ini memang patut diacungi jempol. Bukannya tanpa alasan, tim berjuluk 'The Seagulls' ini sukses mengemas 4 kemenangan dalam 5 pertandingan, sehingga berpotensi besar untuk menggeser Liverpool dari puncak klasemen.
ADVERTISEMENT
Sekarang ini, Brighton mengisi posisi enam klasemen sementara dengan torehan 12 poin dari lima pertandingan. Mereka punya tabungan satu laga dan kalau menang bisa meluncur ke posisi pertama.
Mulusnya performa Brighton tidak hanya berkat staf dan pemain yang terlibat dalam pertandingan, kecerdasan sang owner, Tony Bloom, juga memiliki peran vital. Dilansir SussexLive, Tony Bloom merupakan seorang pejudi andal yang sekaligus memiliki saham mayoritas di Brighton sejak tahun 2009.
Pria asal Inggris ini memiliki strategi yang cukup mumpuni untuk membuat Brighton bisa meroket hingga berkompetisi di kasta tertinggi Premier League. Sama seperti kebanyakan pejudi yang terjun di dalam bisnis sepak bola, Bloom menggunakan taktik moneyball dalam menggaet pemain.
Pemilik Brighton, Tony Bloom. Foto: situs resmi Brighton.
Secara garis besar, moneyball merupakan sebuah strategi dalam merekrut pemain dengan menggunakan data-data statistik. Diwartakan We Are brighton, Bloom memanfaatkan perusahaan judi bola buatannya, Star Lizard, untuk melihat siapa saja pemain yang berpotensi untuk direkrut Brighton.
ADVERTISEMENT
Mantan pemain poker profesional ini merekrut 1000 analis untuk mengkaji para pemain sepak bola di seluruh Eropa melalui Star Lizard. Pada analis ditugaskan untuk mengumpulkan data unik setiap pertandingan sehingga statistik tiap pemain bisa diteliti secara lebih lanjut.
Setelah mendapatkan data-data tersebut, Bloom langsung menjualnya ke para kliennya yang menggunakan jasa judi bola Star Lizard. Berangkat dari hal tersebut, Bloom digadang-gadang sebagai salah satu pelopor sindikat perjudian bola terbesar di Eropa melalui perusahannya.
Selebrasi pemain Brighton & Hove Albion Leandro Trossard usai mencetak gol ke gawang Manchester City pada pertandingan lanjutan Premier League di Stadion Komunitas American Express, Brighton, Inggris. Foto: Mike Hewitt/Pool/REUTERS
Kejeniusan Bloom tidak berhenti di situ saja. Ia menggunakan sebagian besar data-data yang telah diperoleh untuk urusan perekruten pemain di Brighton. Hal itu dilakukan agar ia tidak salah mendatangkan pemain yang benar-benar memiliki performa apik daripada hanya bermodal keberuntungan sesaat.
ADVERTISEMENT
Alhasil, Bloom sukses mendatangkan para pemain kurang terkenal namun memiliki statistik yang cukup oke dengan harga rendah seperti Yves Bissouma, Joel Veltman, masih banyak lagi. Di samping itu, Brighton juga lebih diuntungkan secara finansial karena mereka memiliki perusahaan data sendiri.
Dikutip dari We Are Brighton, hampir semua klub yang berlaga di Liga Inggris menyewa perusahaan-perusahaan data untuk membantu mereka dalam mendatangkan pemain. Beberapa perusahaan yang paling banyak digunakan jasanya oleh tim Premier League yakni Opta dan Prozone.
'Seagulls' juga memiliki kondisi finansial cukup oke karena banyak menjual pemain yang dibeli dengan harga murah dan dijual dengan nilai tinggi. Salah satu nama penjualan top Brighton adalah Ben White yang dibeli Arsenal dengan mahar 58,5 juta euro atau sekitar Rp. 975,2 miliar.
ADVERTISEMENT
Pemain Arsenal Ben White berusaha melewati pemain Brentford Bryan Mbeumo pada pertandingan Premier League di Stadion Brentford Community, London, Inggris. Foto: David Klein/REUTERS
Semenjak dimiliki Tony Bloom, Brighton hanya membutuhkan kurang lebih 9 tahun untuk merangkak naik dari League One ke Premier League pada 2017. Kini, tim asuhan Graham Potter itu sukses bersaing dengan tim-tim top Liga Inggris di papan atas klasemen.
Jika pada pertandingan nanti Brighton bisa mengungguli Crystal Palace, maka klub yang bermarkas di Stadion Falmer ini akan merebut posisi puncak klasemen sementara Liga Inggris pada pekan keenam.
Penulis: Hamas Nurhan R T