Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Si Nyonya Tua masih ada di puncak klasemen dengan 57 poin. Namun, Lazio merangsek ke posisi runner up dengan mengemas 56 poin.
Selisih satu poin adalah penanda bahwa Lazio pun layak diperhitungkan sebagai kandidat kampiun Serie A. Terlebih, Lazio menunjukkan performa impresif. Sejak pekan keenam sampai 24, Lazio belum sekalipun disentuh kekalahan di Serie A.
Sergej Milinkovic-Savic tadinya tidak mau berpikir muluk-muluk. Baginya, yang terpenting Lazio bisa finis empat di akhir musim. Slot Liga Champions jadi sasaran.
Namun, usai menutup laga pekan 24 dengan kemenangan 2-1 atas Inter Milan, merengkuh scudetto agaknya tidak lagi menjadi target muluk-muluk bagi Lazio.
"Target wajib kami di musim ini adalah empat besar, Liga Champions. Namun, jika kami tampil seperti ini sampai akhir musim, bukannya tidak mungkin kami bisa meraih scudetto," jelas Milinkovic-Savic.
Musim 1999/2000 menjadi periode spesial bagi Biancocelesti. Lazio merengkuh scudetto kedua tepat di tahun ke-100 mereka hidup sebagai klub sepak bola. Tak cuma scudetto. Lazio juga mengamankan gelar juara Coppa Italia dan Piala Super Eropa di musim tersebut.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari performa Lazio di musim ini, bukan tak mungkin torehan tersebut bisa segera diulang. Toh, Serie A 2019/20 masih menyisakan 14 laga.
Jika Lazio bisa meraih scudetto 2019/20, itu akan menjadi yang ketiga di sepanjang sejarah mereka. Scudetto pertama Lazio disegel pada 1973/74.
"Saya memang mencetak gol, tetapi yang terpenting tim mendapatkan kemenangan mereka. Kemenangan ini membuktikan apa yang kami ucapkan beberapa hari lalu: Kami bertanding sebagai keluarga dan kami ingin mempertahankan performa seperti ini," jelas Milinkovic-Savic.