Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Leonardo Bonucci: Sosok Kunci yang Dibenci Sekaligus Dicari
17 Juli 2017 14:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB

ADVERTISEMENT
Ada hal menarik saat Juventus meraih gelar Serie A edisi terakhir yang juga merupakan Scudetto keenam mereka secara beruntun. Waktu itu, mereka menggasak Crotone tiga gol tanpa balas di Juve Stadium di pekan ke-37.
ADVERTISEMENT
Di tengah ingar-bingar kebahagiaan para penggawa "Si Nyonya Tua", terlihat sosok pemain yang memberikan medali kemenangan kepada anaknya yang baru saja menjalani operasi hernia di musim panas lalu. Anak itu bernama Matteo Bonucci.
Mudah ditebak, dia adalah putra Leonardo Bonucci, pemain yang akhir-akhir ini mendapat sebutan “pengkhianat” setelah menyeberang ke AC Milan.
Setidaknya, aksinya tersebut menggambarkan tingginya takaran kepedulian yang dia miliki. Jadi, sampai di sini singkirkan dulu cap judas yang kini tersemat. Toh, Bonucci diduga kuat memiliki alasan untuk hengkang, yakni perselesihannya dengan Massimilliano Allegri.
Menurut beberapa media Italia, hubungan Bonucci dengan Allegri sudah renggang sejak musim lalu. Allegri dikabarkan gerah karena Bonucci kerap mengkritik taktiknya dan permainan rekan setim sendiri.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, peminat Bonucci bukan cuma Milan sendiri. Ada Chelsea juga, yang kebetulan kini ditangani mantan bosnya, Antonio Conte. Namun, kondisi kesehatan dari Matteo membuatnya enggan meninggalkan Italia.
Dan begitulah. Tanpa banyak basa-basi, Bonucci kini melanjutkan perjalanan kariernya ke Milan.
---
Lebih dari sedekade lalu, Bonucci memulai kariernya di Inter Milan setelah lebih dulu datang sebagai pemain pinjaman Viterbese. Seperti beberapa kasus sebelumnya —di mana pemain tak bakal tampil maksimal saat berseragam Nerazzurri— Bonucci cuma numpang lewat di sana. Kali ini alasannya cukup logis, karena tim asuhan Roberto Mancini itu masih memiliki Marco Materazzi, Walter Samuel, Sinisa Mihajlovic, dan Ivan Cordoba.
Pemain kelahiran Viterbo itu juga sempat disewakan ke Treviso dan Pisa. Hingga akhirnya dilego ke Genoa sebagai alat tukar untuk tambahan mendatangkan Thiago Motta dan Diego Milito. Nasibnya bersama klub yang bermarkas di Stadio Luigi Ferraris tak lebih baik, bahkan Bonucci langsung dijual ke Bari pada musim 2009/2010.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi justru di Bari-lah nama Bonucci mencuat. Giampiero Ventura yang gemar menurunkan pemain muda jadi berkah tersendiri bagi dirinya. Di samping itu, pelatih yang kini menangani Tim Nasional Italia tersebut juga pernah membesutnya saat masih bersama Pisa.
Bonucci yang baru menginjak usia 22 tahun sudah dipercaya tampil penuh membela i Galletti di ajang Serie A. Penampilannnya terbukti impresif. Bersama Andrea Ranocchia, Bonucci membantu Bari hanya kebobolan 49 gol di musim itu —lebih baik dari Juventus yang telah kemasukan 56 kali.
Bisa saja, hal itu jugalah yang mendasari keputusan La Vecchia Signora untuk memboyongnya. Pasalnya, saat itu kondisi Juve belum semapan sekarang. Lini belakang mereka masih dihuni Fabio Cannavaro, Fabio Grosso serta Nicola Legrottaglie yang tak lagi muda. Atau, para pemain tanggung macam Martín Caceres, Jonathan Zebina serta Zdeněk Grygera.
ADVERTISEMENT
Komposisi pemain yang klise kemudian membuat Juve mendatangkan 20 pemain anyar di periode 2010/2011 di mana Bonucci adalah salah satunya. Tapi permainannya tak langsung menuai pujian. Dirinya masih kalah konsisten ketimbang Andrea Barzagli dan Giorgio Chiellini yang lebih berpengalaman.
Bonucci baru bermetamorfosis setelah kedatangan Antonio Conte semusim berselang. Conte yang menerapkan format tiga bek memberikan tugas spesial kepada Bonucci, yakni sebagai pengatur serangan. Dari segi bertahan, Barzagli dan Chiellini memang lebih baik, tapi Bonucci lebih unggul dari segi teknik mengolah bola.
Keunggulan fisik plus pengalaman membuat Barzagli dan Chiellini lebih tenang. Bahkan, Ventura sendiri pernah mengatakan jika Bonucci tak lebih baik dari Ranocchia saat melakukan aksi bertahan di Bari dulu.
ADVERTISEMENT
Atas dasar itu Bonucci kemudian diplot sebagai pengalir bola ke depan. Belum, Bonucci belum bisa dikatakan ball-playing defender saat itu. Dirinya sekadar diberikan amanat untuk melakukan long ball ke depan. Di musim 2011/2012, Bonucci menempati posisi kedua di bawah Andrea Pirlo sebagai pemain yang paling kerap melepaskan umpan jauh dengan rataan 5,6 per laga.
Apalagi saat itu Conte mengandalkan skema direct yang makin memperkokoh peran Bonucci. Chiellini pun mesti digeser ke pos bek kiri karena pelatih kelahiran Lecce itu lebih memilih Bonucci sebagai bek tengah.

Sejatinya untuk mengemban tugas sebagai pembangun serangan, Juve masih memiliki Claudio Marchisio. Namun, cedera yang Marchisio membuat Conte mesti memutar otak untuk mengakalinya dan pilihannya jatuh kepada Bonucci.
ADVERTISEMENT
Dengan kelihaiannya merancang serangan dari belakang, tentu saja menjadi keuntungan tersendiri bagi Juve. Para gelandang mereka tak perlu repot-repot turun ke dalam, dan efektivitas serangan pun relatif terjaga.
Siapa sangka jika tugas Bonucci semakin vital setelah kepergian Pirlo yang notabene tak bermain di posisi yang sama dengannya. Pasalnya, Allegri, yang menggantikan posisi Conte, lebih mengagungkan penguasaan bola.
Alhasil, Bonucci menjadi pemain yang paling kerap melepaskan umpan di tiap laga dalam dua musim terakhir. Gamblangnya, suami dari Martina Maccari itu menjelma menjadi Pirlo yang beroperasi di jantung pertahanan Juve.
Sampai di sini terlihat bahwa Bonucci bukan bek yang tangguh dalam bertahan jika dibandingkan Chiellini atau Barzagli. Meskipun demikian, sebagai ball-playing defender, Bonucci tetap menjadi komoditas yang banyak dibutuhkan oleh kesebelasan-kesebelasan besar di sepak bola modern.
ADVERTISEMENT