Luke Shaw: Terbentur, Terbentur, Terbentur, Terbentuk

16 Januari 2018 20:07 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Luke Shaw dalam laga menghadapi CSKA Moskow. (Foto: Oli Scarff/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Luke Shaw dalam laga menghadapi CSKA Moskow. (Foto: Oli Scarff/AFP)
ADVERTISEMENT
Bagi Luke Shaw, hidup adalah soal berusaha. Ia menolak untuk banyak mengira-ngira, apalagi berharap.
ADVERTISEMENT
Shaw lahir dari pasangan bernama Paul dan Joanna, yang tinggal di kawasan Kingston upon Thames. Tak ada hal lain yang berkesan bagi Shaw kecil, kecuali, bersama Paul, menyaksikan Chelsea bertanding.
Menyaksikan Chelsea adalah sebuah kebahagiaan untuk Shaw. Tak ada hal lain yang lebih menyenangkan dari itu, kecuali bermain sepak bola mengenakan seragam Chelsea. Shaw termasuk beruntung, ia mendapatkan kesempatan untuk itu.
Masalahnya, kadang hidup tak menyenangkan. Pada usia delapan tahun, Shaw mendapati kenyataan bahwa ia tak diberi kesempatan untuk bermain di akademi Chelsea. Melihat itu, Paul meyakinkan anaknya untuk mencoba mendaftar di akademi Southampton.
Shaw menuruti permintaan ayahnya. Dan, benar. Pilihan Paul tak salah. Bakat Shaw dianggap istimewa. Ia diterima dan mendapatkan kesempatan untuk menjadi pemain akademi Southampton.
ADVERTISEMENT
Tahun demi tahun dilewati oleh Shaw dengan menyenangkan. Bersama James Ward-Prowse, Calum Chambers, Harrison Reed, Matt Targett, Sam McQueen, Jordan Turnbull, dan Sam Gallagher, mereka membuat tim junior Southampton dikenal se-Inggris.
Penampilan apik Shaw rupanya memikat perhatian manajer tim senior, Nigel Adkins. Pada beberapa kesempatan, Adkins memberinya kesempatan untuk berlatih bersama tim senior. Hingga tiba saatnya ia bermain untuk Southampton.
Di usia 16 tahun, Shaw melakukan debut untuk Southampton. Pada laga menghadapi Millwall di babak ketiga Piala FA, untuk pertama kalinya ia bermain untuk tim senior. Laga itu sendiri tak berakhir dengan keinginan Shaw, di mana mereka hanya bermain imbang 1-1.
Pergantian manajer dari Adkins ke Mauricio Pochettino tidak menghambat bakat Shaw. Justru di tangan Pochettino, Shaw makin banyak mendapatkan kesempatan bermain. Pada musim 2013/14, ia pun menyegel status sebagai bek kiri utama Southampton.
ADVERTISEMENT
27 Februari 2014, Shaw datang ke tempat latihan Southampton dengan pakaian seadanya. Ia mengenakan down jacket berwarna abu-abu, kaus berwarna putih, dan celana jeans ketat. Di tengah perjalanan masuk, muncul telepon dari seseorang yang tak ia perkirakan.
Shaw berbincang tak lama. Usai dimatikan, ia menelepon orang lain. Menurut jurnalis Daily Mail, Gerard Brand, orang kedua yang ditelepon Shaw adalah Joanna. Pada pembicaraan yang kedua, Shaw menangis.
Orang pertama yang menelepon Shaw adalah Roy Hodgson. Dalam telepon tersebut, ia mengatakan bahwa Shaw masuk ke daftar 30 pemain yang disiapkan oleh Hodgson untuk memperkuat Tim Nasional (Timnas) Inggris pada partai uji tanding menghadapi Denmark.
“Saya pikir sekarang adalah momen yang tepat (bagi Shaw untuk memperkuat Timnas Inggris). Dia adalah pemain yang, menurut saya, bisa bersaing dengan (Leighton) Baines dan (Ashley) Cole untuk ke Brasil,” kata Hodgson kepada Daily Mail.
ADVERTISEMENT
Cerita indah dalam hidup Shaw tak berhenti sampai di sana. Pada 24 Juni 2014, ia resmi bergabung dengan Manchester United. Untuk mendapatkan jasa Shaw, United harus membayar mahar 30 juta poundsterling dan membuatnya menjadi pemuda termahal di dunia, saat itu.
“Bergabung dengan United adalah hal yang luar biasa. Saya tidak berpikir dua kali ketika tahu mereka menginginkan saya. Ketika saya tahu itu, saya kemudian berbicara dengan agen saya dan beruntungnya, Southampton tak mempersulit jalan saya untuk pindah,” kata Shaw kepada NBC Sports.
Semua hal di United berjalan menyenangkan bagi Shaw hingga musim 2015/16. Pelanggaran Hector Moreno kepadanya dalam partai perdana Liga Champions musim itu, membuat kariernya diprediksi kiamat.
ADVERTISEMENT
Pelanggaran Moreno begitu keras. Untuk bernapas saja, Shaw bahkan harus dibantu oleh oksigen tambahan yang dibawa oleh tim medis. Usai menjalani pemeriksaan kilat, tim medis mengatakan bahwa kaki kanan Shaw patah. Ia terkejut mendapati keadaannya saat itu.
“Tak ada yang bisa saya lakukan kecuali meminta pertolongan. Namun, ketika semua mendekat, mereka kemudian pergi. Mereka takut melihat kaki saya yang berada di posisi yang tak semestinya,” kata Shaw mengomentari cederanya kala itu.
Tak ada yang bisa dilakukan oleh Shaw, kecuali bertahan dan bangkit di tengah keterpurukan. Sadar dengan keadaannya, ia memilih menjauh dari si kulit bulat dan mengikuti terapi penyembuhan cedera yang membosankan.
April 2016, Shaw kembali ke tempat latihan. Meski demikian, hingga berakhirnya musim 2015/16 tak lagi tampil. Harapannya untuk bermain pun ia simpan untuk musim berikutnya.
ADVERTISEMENT
Kedatangan Jose Mourinho pada musim 2016/17 menarik perhatian Shaw. Di tangan manajer baru, ia ingin membuktikan diri. Apa yang diinginkannya ternyata lagi-lagi tak terkabul. Pada 30 Oktober 2016, ia kembali mengalami cedera dan diharuskan absen hingga Januari 2017.
Momen tersebut menjadi pelajaran Shaw. Namun, cedera lagi-lagi memaksanya hilang dari peredaran. Dari April hingga Agustus 2017, ia kembali harus berada di ruang perawatan karena cederanya tak kunjung sembuh dan malah bertambah parah.
Cedera demi cedera seakan tak menghantuinya. Shaw pun mencoba bangkit dari riwayat cedera yang seakan memberangus kariernya. Minimnya kesempatan bermain membuat ia berlatih lebih keras ketimbang sebelumnya.
Ujian kemudian datang dari Mourinho. Apiknya penampilan Ashley Young ketika dipercaya tampil sebagai bek kiri hingga keberadaan Matteo Darmian dan Daley Blind, mengharuskannya bermain lebih baik ketika diberi kepercayaan.
ADVERTISEMENT
Usaha Shaw terbayarkan. Penampilannya ketika diberi kepercayaan oleh Mourinho tak mengecewakan. Dari empat laga terakhir di Premier League yang ia mainkan, ia mampu memberi bukti.
Shaw tak hanya apik ketika bertahan, tapi juga menyerang. Dari jumlah tersebut, ia membukukan tiga tekel sukses, 13 kemenangan duel, dan 16 sapuan. Di luar itu, ia menciptakan enam umpan kunci dan tiga percobaan tepat sasaran.
Melihat pencapaian ini, Mourinho bisa jadi terkesan. Di tengah penampilan Young yang mulai menurun dan inkonsistensi yang ditunjukkan oleh Darmian dan Blind, Shaw bisa jadi jawaban yang dicari olehnya.
Empat pertandingan baru menjadi awalan. Shaw perlu banyak partai untuk membuktikan kapasitasnya. Jika ini mampu ia lakukan dengan konsisten, bukan tidak mungkin, harapan untuk bermain secara reguler di United akan tercapai.
ADVERTISEMENT