Madura United Sepakat dengan Keputusan PSSI Menetapkan Besaran Gaji
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hanya saja, keputusan tersebut melahirkan pro dan kontra. Pertentangan datang dari APPI (Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia) sebagai perwakilan pemain.
Presiden 'Laskar Sape Kerrab', Achsanul Qosasi, menilai apa yang dilakukan federasi sudah benar. Ia menjelaskan dasar asumsinya dengan sebuah analogi.
ADVERTISEMENT
“Ibaratnya, jika OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan BI (Bank Indonesia) sudah memutuskan, bank tinggal melaksanakan, tak perlu minta pendapat debitur. Semua dilakukan karena situasi sedang tidak normal.”
“Sepak bola kita juga demikian. Yang dilakukan PSSI saat ini adalah kebijaksanaan walaupun membebani klub dengan 25% gaji tanpa pencapaian apa pun dari pemain. Hak pemain tetap diberikan, tapi tidak normal. Kenapa? Karena situasinya memang tidak normal. Jika regulator sudah memutuskan, tidak perlu berembuk dengan pemain,” tutur Achsanul.
Lebih lanjut, Achsanul menegaskan bahwa SK PSSI tak perlu diperdebatkan. Pemain Madura United sudah memahami kondisi saat ini.
Makanya, penggawa 'Laskar Sape Kerrab' tidak keberatan untuk menandatangani persetujuan darurat.
“Untuk kita renungkan, ketika APPI protes, pemain justru mengerti dan memahami kondisi yang tidak lagi normal ini. Pemain Madura United tidak ada yang keberatan terhadap keputusan PSSI. Semua sudah menandatangani persetujuan darurat dengan mengevaluasi sementara gajinya sesuai keputusan PSSI.”
ADVERTISEMENT
“Pemain Madura United harus ikut berempati terhadap situasi ini. Mereka sudah menerima DP (uang muka) cukup dengan gaji penuh selama dua bulan. Pada April ini mereka mula menerima 25% hingga tiga bulan ke depan. Perjanjian klub dan pemain bukan perjanjian dagang. Ini perjanjian antara pemberi kerja dan pekerja yang tunduk kepada regulator (PSSI dan PT LIB),” kata Achsanul.
---
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!