Marselino Ferdinan & Peran Krusial Keluarga pada Perkembangan Mental Pemain

28 Mei 2024 16:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi Witan Sulaeman, Marselino Ferdinan & Justin Hubner saat laga Timnas U-23 Indonesia vs Yordania U-23 dalam matchday ketiga Grup A Piala Asia U-23 2024 di Abdullah bin Khalifa Stadium, Doha, Qatar, pada Minggu (21/4/2024) malam WIB. Foto: AFP/Karim Jaafar
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Witan Sulaeman, Marselino Ferdinan & Justin Hubner saat laga Timnas U-23 Indonesia vs Yordania U-23 dalam matchday ketiga Grup A Piala Asia U-23 2024 di Abdullah bin Khalifa Stadium, Doha, Qatar, pada Minggu (21/4/2024) malam WIB. Foto: AFP/Karim Jaafar
ADVERTISEMENT
Marselino Ferdinan beberapa waktu lalu mendapat hujatan karena dianggap bermain terlalu individualis di Timnas U-23 yang berlaga di Piala Asia U-23. Namun, sang kakak, Oktafianus Fernando, menjelaskan bahwa pemain KMSK Deinze itu baik-baik saja karena sejak kecil telah ditempa mentalnya oleh keluarga.
ADVERTISEMENT
Afif Kurniawan selaku psikolog yang kini bekerja untuk Timnas U-16, serta pernah menangani Timnas U-17 di Piala Dunia dan Timnas U-22 di SEA Games 2023, menanggapi hal tersebut. Menurutnya, benar bahwa faktor keluarga memengaruhi perkembangan mental pesepak bola.
"Tentu iya. Karena gini, keluarga adalah sistem yang paling dekat dengan pemain. Dan keluarga itu ada dua. Ada keluarga yang mendukung tanpa syarat, ada juga keluarga yang masih perlu belajar bagaimana cara memberi dukungan kepada anaknya sebagai pemain," terang Afif kepada kumparan, Senin (27/5).
"Harapannya juga, ketika pemain masih berusia 16 dan 17 tahun, orang-orang dewasa di sekitarnya bertindak sebagai keluarga yang memberi dukungan. Jadi, tidak mudah menjustifikasi atau menjatuhkan karena prinsipnya 16-17 tahun itu masih berproses," tambahnya.
Psikolog yang kini bertugas dengan Timnas U-16, Afif Kurniawan. Foto: Instagram/@afif.knwn
Afif menerangkan, prinsipnya mental health adalah kesadaran pribadi yang harus didukung oleh lingkungan. Ia juga sekalian meluruskan anggapan tentang pemain keturunan memiliki mental yang lebih baik dari pemain lokal.
ADVERTISEMENT
"Sangat tidak fair kalau misalkan kita membandingkan kapasitas mental pemain keturunan dengan pemain lokal. Bahkan saya tidak perlu membedakan antara pemain keturunan dengan lokal yang mereka tetap pemain Timnas Indonesia. Jadi, pemain keturunan itu pada prinsipnya kapasitas mentalnya sama dengan pemain lokal," jelasnya.
"Tapi, yang membedakan adalah sistem yang ada di sekitarnya. Sistem dan kultur budaya orang asing memberi kesempatan pada anak-anaknya mandiri dan bertumbuh, mendukung secara fair, memberi kesempatan mengenali kebutuhan, tujuan, dan juga menyelesaikan masalah. Nah itu yang perlu kita kejar," lanjut Afif.
Afif menekankan, masalahnya bukan di pembandingan antara pemain lokal dan keturunan. Yang perlu disorot adalah perbedaan kultur pemain lokal dengan kultur pemain keturunan, apakah sehat atau tidak dalam mendampingi kapasitas mental pemain.
ADVERTISEMENT
Pesepak bola Timnas Indonesia Welber Jardim (tengah) menggiring bola saat melawan Timnas Maroko dalam pertandingan penyisihan Grup A Piala Dunia U-17 2023 di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Jawa Timur, Kamis (16/11/2023). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
"Yang membedakan antara pemain keturunan dengan pemain lokal itu adalah pada support system yang ada di sekelilingnya itu membuat mereka lebih matang," jelas Afif.
Sepanjang berbakti untuk Timnas level usia muda, Afif menyatakan bahwa banyak pemain yang memiliki mental bagus, tidak hanya Marselino. Ia berharap jumlahnya semakin bertambah.
"Jumlahnya saat ini semakin banyak. Karena semuanya bekerja secara sinergis. Tim medis, tim psikologi, bersama pelatih satu visi terkait dengan kesehatan. Tidak hanya kesehatan fisik, tapi juga kesehatan psikologi," tandasnya.