Memang Sudah Waktunya Sancho Bersinar di Timnas Inggris

11 September 2019 13:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jadon Sancho merayakan gol ke gawang Kosovo. Foto: Reuters/David Klein
zoom-in-whitePerbesar
Jadon Sancho merayakan gol ke gawang Kosovo. Foto: Reuters/David Klein
ADVERTISEMENT
Marcus Rashford punya segudang alasan untuk merasa waswas. Hanya dua hari setelah Gareth Southgate memberinya kritik secara terbuka, pemain Manchester United itu dicadangkan dalam pertandingan Kualifikasi Piala Eropa 2020 menghadapi Kosovo.
ADVERTISEMENT
Sebagai negara yang belum satu dekade diakui keberadaannya oleh masyarakat internasional, Kosovo masih jadi anak bawang di kancah persepakbolaan. Kendati begitu, mereka berhasil membuat kejutan di Kualifikasi Piala Eropa 2020.
Sebelum bertemu Inggris di St. Mary's Stadium, Rabu (11/9/2019) dini hari WIB, Kosovo duduk di peringkat dua Grup A tanpa sekalipun menelan kekalahan. Mereka menang dua kali dan bermain imbang dua kali dalam empat laga. Hanya Inggris yang catatannya lebih baik.
Maka, duel melawan Kosovo itu adalah pertandingan besar bagi Inggris. Jika sampai kehilangan angka, Inggris bisa dilewati oleh lawannya itu. Di pertandingan krusial tersebut Southgate memutuskan untuk mencadangkan Rashford.
Pada pertandingan sebelumnya menghadapi Bulgaria, Rashford dipercaya untuk menghuni lini depan Inggris bersama Harry Kane dan Raheem Sterling. Melawan Kosovo, yang ditunjuk jadi pendamping Kane dan Sterling adalah Jadon Sancho.
ADVERTISEMENT
Jadon Sancho mencetak dua gol di pertandingan menghadapi Kosovo. Foto: Reuters/Andrew Boyers
Inggris akhirnya menang 5-3 dalam laga tersebut dan ini semakin memperkuat argumen bahwa Kosovo adalah lawan yang layak diwaspadai betul oleh mereka. Celaka bagi Rashford, kemenangan ini diwarnai oleh kontribusi apik dari Sancho.
Bersama Sterling, Sancho jadi bintang lapangan dalam tersebut. Dia sukses mencetak dua gol pada pengujung babak pertama yang membuat Inggris unggul 5-1. Keunggulan sejauh itu punya arti spesial karena di babak kedua Kosovo sanggup mencetak dua gol balasan lagi.
Bagi Sancho, dua gol yang dicetaknya itu adalah yang pertama di level internasional. Dengan brace tersebut Sancho jadi pemain kelahiran abad ke-21 pertama yang mampu mencetak gol untuk Timnas Inggris. Ini artinya, Sancho sudah resmi memperkenalkan diri ke sepak bola internasional.
ADVERTISEMENT
Apa yang dibuat Sancho itu menuai pujian dari Southgate. Mantan bek Timnas Inggris itu bahkan tak segan menyebut Sancho berada di level yang sama dengan Sterling. Pujian tersebut tak main-main karena Sterling saat ini disebut-sebut sebagai salah satu pemain terbaik Premier League, kalau bukan yang terbaik.
Sancho akhirnya benar-benar bersinar bagi Inggris dan itu bukan hal mengejutkan. Yang mengejutkan justru mengapa dia baru bisa mencetak gol pada laga kedelapannya. Dengan kemampuan yang dimiliki dan prestasi apik di Bundesliga, Sancho semestinya bisa mencetak gol perdana lebih cepat lagi.
Namun, Sancho masih sangat muda. Usianya baru 19 tahun. Dalam perspektif lain, bagi seorang pemain seusia itu, memiliki 8 caps dan 2 gol untuk tim nasional seperti Inggris adalah sebuah capaian luar biasa.
ADVERTISEMENT
Bagi Sancho, segala pencapaian ini adalah wujud dari kerja keras selama bertahun-tahun. Sudah sejak bocah dia harus mengorbankan banyak hal demi bisa menjadi pesepak bola profesional yang hebat. Dari usia 11 tahun dia sudah berpisah dengan orang tuanya untuk menjalani pendidikan di sekolah asrama.
Itu bukan hal mudah bagi Sancho, tetapi dia terus menjalaninya. Semakin bertambah usianya, semakin jauh pula dia merantau. Di usia 17 tahun, Sancho akhirnya memutuskan untuk pindah ke Jerman, bergabung dengan Borussia Dortmund.
Pindah ke Dortmund adalah keputusan pragmatis bagi Sancho. Sebelum itu dia adalah anak didik di akademi milik Manchester City. Sancho sebenarnya sudah dijanjikan bakal mendapat kesempatan di tim utama pada musim 2017/18, tetapi dia tidak yakin itu akan terwujud.
ADVERTISEMENT
Ketidakyakinan Sancho itu amat berdasar. Sebab, City adalah klub bertabur bintang yang senantiasa dituntut memenangi semua pertandingan. Memberi kesempatan pada remaja sepertinya pun tidak masuk dalam agenda besar klub.
Maka, Sancho pindah ke Dortmund yang punya reputasi bertolak belakang. Di sanalah dia menemukan kesempatan yang tidak akan ditemukannya jika tetap bertahan di Inggris. Sampai saat ini Sancho sudah bermain 60 kali untuk Dortmund dan berkontribusi atas terciptanya 44 gol (17 gol dan 27 assist).
Bagaimana Sancho bisa meraih itu bersama Die Borussen adalah gabungan beberapa hal. Pertama, dia adalah pemain berbakat yang punya dedikasi. Kedua, dia bergabung di klub yang tepat. Ketiga, di klub yang tepat itu dia mendapatkan keberuntungan.
ADVERTISEMENT
Cedera yang dialami Christian Pulisic pada musim 2017/18 adalah keberuntungan yang dimaksud. Dengan absennya Pulisic, jalan bagi Sancho pun terbuka lebar. Bahkan, Sancho kemudian berhasil menggusur pemain asal Amerika Serikat itu dari tim inti Dortmund.
Gaya bermain Sancho memang sangat cocok bagi Dortmund yang senantiasa memainkan sepak bola ofensif dengan tempo cepat. Segala kelebihan Sancho, mulai dari teknik olah bola, kecepatan, kecerdasan dalam bergerak, ketenangan, kemampuan mengumpan, hingga kepiawaian mencetak gol, semua terpakai dengan optimal bersama Dortmund.
Musim 2018/19 adalah musim pertama Sancho menjadi pemain inti di Dortmund. Total, dia turun dalam 43 pertandingan di semua ajang dan mampu mencatatkan 13 gol serta 19 assist. Sumbangsih Sancho ini sedikit banyak berpengaruh pada keberhasilan Dortmund finis di peringkat dua Bundesliga.
ADVERTISEMENT
Jadon Sancho (dua dari kiri) merayakan gol untuk Dortmund ke gawang Koeln. Foto: Reuters/Wolfgang Rattay
Catatan gol dan assist Sancho itu sendiri merupakan wujud konkret dari segala kemampuan menyerang yang dia tunjukkan. Menurut catatan WhoScored, musim lalu dia mampu membukukan 1,2 tembakan, 1,9 umpan kunci, dan 3,3 dribel sukses di tiap laganya.
Sebagai seorang winger, catatan demikian menunjukkan bahwa Sancho sudah terbilang matang di usianya yang masih belia. Meski baru berada dalam fase awal kariernya, Sancho sudah memiliki kemampuan komplet. Dia mampu memengaruhi pertandingan lewat dribel serta mengubah hasil lewat assist dan golnya.
Bicara soal assist, Sancho adalah pemain dengan koleksi terbanyak musim lalu di Bundesliga. Sancho mencatatkan 17 assist, unggul atas pemain-pemain yang lebih berpengalaman seperti Joshua Kimmich, Julian Brandt, dan Marco Reus. Wajar kiranya kalau dia 'ngambek' ketika Electronic Arts memberinya rating mengumpan 77 di gim FIFA 20.
ADVERTISEMENT
Musim ini pun Sancho belum berhenti. Dalam tiga pertandingan Bundesliga yang sudah dijalani, pemain yang juga pernah bersekolah di akademi Watford itu mencatatkan 2 gol dan 3 assist. Di setiap laganya dia bisa menorehkan 2 tembakan, 2,3 umpan kunci, dan 3,7 dribel sukses.
Tentu saja sampel yang ada masih terlalu sedikit, tetapi catatan itu adalah indikasi bahwa kemampuan Sancho telah meningkat musim ini. Ditambah lagi, dia sudah mampu mencetak gol bagi Inggris. Dengan progres seperti ini, tinggal tunggu waktu saja sampai akhirnya Sancho benar-benar jadi pesepak bola terbaik di dunia.