news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Memutar Kembali Momen Provokatif Media Inggris terhadap Sterling

10 Desember 2018 16:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sterling di laga melawan Feyenoord. (Foto: AFP/Paul Ellis)
zoom-in-whitePerbesar
Sterling di laga melawan Feyenoord. (Foto: AFP/Paul Ellis)
ADVERTISEMENT
Tidak ada pemberitaan aneh-aneh. Namun, Raheem Sterling melayangkan kritik untuk media-media Inggris. Kenapa?
ADVERTISEMENT
Kasus teraktual memang bukan kontroversi Sterling yang dibesar-besarkan oleh para jurnalis Inggris. Penyerang Manchester City ini disorot karena sebuah insiden dalam laga Premier League melawan Chelsea di Stadion Stamford Bridge, Minggu (9/12/2018) dini hari WIB.
Ketika Sterling hendak mengambil bola di luar lapangan, tiga orang suporter tuan rumah berteriak ke arah telinganya. Belum diketahui kata-kata apa yang dilontarkan, tetapi diduga mengandung pesan rasial. Oleh karenanya, Metropolitan Police dan manajemen Chelsea menindaklanjutinya dengan investigasi.
Sterling mengindikasikan bahwa benar adanya aksi rasial suporter Chelsea. Namun, melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, pemain 24 tahun ini tidak menyalahkan suporter, melainkan media-media Inggris.
Aksi Sterling dalam laga Chelsea vs City. (Foto: Reuters/John Sibley)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Sterling dalam laga Chelsea vs City. (Foto: Reuters/John Sibley)
Dijelaskan oleh Sterling bahwa budaya rasialis tumbuh subur di Inggris tak lepas dari kebijakan pemberitaan media-medianya. Dia menunjuk Daily Mail sebagai contoh. Media yang bermarkas di London ini sering mendeskripsikan pemain sepak bola berdasarkan warna kulitnya dan mereka yang berkulit hitam mendapatkan citra negatif.
ADVERTISEMENT
Wajarlah sikap Sterling begitu karena hubungannya dengan sejumlah media Inggris memang tak harmonis. Berkali-kali dirinya diserang lewat pemberitaan kontroversial, bahkan menyeret orang-orang terdekatnya.
Nah, kumparanBOLA coba memutar kembali momen-momen tersebut. Silakan.
Rumah Mewah untuk sang Ibu
Sterling tengah berada di posisi tak menguntungkan. Bersama Timnas Inggris, dia baru saja tersingkir dari babak perempat final Piala Eropa 2016 setelah kalah dari Islandia. Di situ, Sterling dianggap sebagai biang kegagalan akibat performa minornya.
Serangan terhadap Sterling tak cuma sebatas performa di lapangan, tetapi juga kehidupan pribadinya. Itulah yang ditunjukkan Daily Mail melalui artikelnya yang rilis pada 30 Juni 2016.
Sterling dideskripsikan lewat segala kehidupan glamornya. Mulai dari mendarat di Inggris dengan jet pribadi, melanjutkan perjalanan dengan mobil mewah, sampai tiba di rumah mewah yang baru saja dia beli untuk ibunya. Semua diambil lewat video yang diunggah Sterling di Snapchat.
ADVERTISEMENT
Yang menjadi masalah adalah bagaimana Daily Mail menyajikannya. "Pemain bergaji 180.000 poundsterling per pekan memamerkan rumah yang dibeli untuk ibunya --lengkap dengan kamar mandi berhiaskan permata-- beberapa jam setelah kegagalannya di Piala Eropa 2016," demikian tertulis di artikel karya Stephanie Linning.
Padahal, apa yang dilakukan Sterling sekadar menjadi balas jasa terhadap pengorbanan sang ibu. Ya, masa kecil Sterling tidaklah mudah. Ibunya bekerja sebagai pembersih di beberapa hotel guna mendapatkan uang tambahan. Sterling turut membantunya sebelum sekolah.
Dari masa sulit tersebut, Sterling terus berjuang di masa remajanya untuk menerima kontrak profesional dari klub Inggris. Semuanya terbayar saat pemain berpostur 170 sentimeter ini diikat oleh Liverpool pada 2012, kemudian direkrut City lewat rekor transfer klub tiga tahun berselang.
ADVERTISEMENT
Berbagai kemewahan yang dirasakannya sebagai pemain di klub besar, wajarlah Sterling berbagi kepada ibunya. "Pada hari ketika saya membelikan ibu saya sebuah rumah, itu mungkin yang paling bahagia yang pernah saya alami," katanya kepada Players' Tribune.
Tato Pistol di Kaki Kanan
Masa kecil Sterling dilalui tanpa sosok ayah. Dia lahir di Kingston, Jamaika, kemudian pindah ke London, Inggris, hanya ditemani oleh ibunya.
Tak begitu sering kisah ayahnya diekspos. Sampai pada suatu momen ketika Sterling membukanya sendiri melalui unggahan di Instagram Stories pada 29 Mei 2018 lalu.
"Ketika usia saya dua tahun, ayah saya ditembak mati. Saya lantas berjanji untuk tidak menyentuh senjata api seumur hidup saya. Saya sendiri menembak dengan kaki kanan saya, jadi ini semua punya arti yang teramat dalam --dan ini semua belum selesai," tulis Sterling.
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa sebab Sterling bersuara. Kalimat tersebut merupakan respons terhadap pemberitaan The Sun yang menyudutkan Sterling lewat tato pistol di kaki kanannya.
Media yang dimusuhi oleh Liverpool tersebut mewawancarai Lucy Cope, pendiri Mothers Against Guns. Cope menyuarakan ketidaksepakatan karena Sterling seolah mendukung penggunaan senjata api dan meminta sang pemain dicoret dari Timnas Inggris.
Sikap Cope tidak salah karena memorinya tentang senjata api memang kelam. Putranya, Damian, meninggal karena menjadi korban penembakan di kelab malam pada 2002. Yang menjadi masalah adalah kebijakan The Sun yang tidak proporsional dan mengabaikan sudut pandang Sterling.
Melamar Kekasih
Ayah dan ibu Sterling sudah terseret dalam serangan yang dilancarkan media Inggris. Ada pula momen ketika kekasihnya, Thrilled Paige, menjadi objek pemberitaan miring.
ADVERTISEMENT
Tepatnya pada 18 Maret 2018 lalu, Sterling mengajukan lamaran kepada Paige. The Sun malah mengedepankan ketimpangan antara keduanya. Sterling dideskripsikan sebagai pemain bergaji 200.000 pounds per pekan dan bermodalkan cincin permata, sementara Paige cuma bekas penjaga toko.
Lebih miris lagi karena The Sun menyelipkan predikat tikus pemburu cinta untuk Sterling. Dan, Paige dianggap telah lama menderita akibat hubungannya dengan Sterling.
Kemudian di bagian artikel memuat bagaimana kisah keduanya bisa bertemu. Namun, lagi-lagi ada tambahan fakta miring menyoal Sterling yang menikmati jasa pekerja seks ketika klubnya menjalani persiapan pramusim di Los Angeles, Amerika Serikat.
Orang Kaya yang Pelit
Judul tersebut merupakan cara media-media Inggris melihat Sterling yang diganjar gaji berlimpah oleh Manchester City. Mereka lebih sering mengangkat kisah sang pemain menikmati jasa atau membeli barang dengan harga murah.
ADVERTISEMENT
Ambil contoh pada Maret 2018, ketika Sterling serta Paige tertangkap kamera berbelanja di sebuah toko barang ekonomis bernama Primark. Mereka menggembar-gemborkan bagaimana Sterling yang bergaji 180.000 pounds per pekan, tetapi cuma membeli T-Shirt seharga 2 pounds, hoodie 14 pounds, dan celana 16 pounds.
Tak berbeda melihat kelakuan Daily Mail. Pada 24 Oktober 2016 lalu, jurnalis David Kent turut memberitakan tentang Sterling yang memilih penerbangan ekonomi sepulangnya dari liburan. Disebutkan pula bahwa tiket sekali jalan ke Inggris cuma 80 pounds.