Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Remuk redam. Diksi yang tampaknya tepat untuk menggambarkan kondisi wasit di sepak bola nasional saat ini. Bagaimana tidak, hantaman masalah seakan tak pernah berhenti mengarah kepada sang pengadil lapangan hijau ini.
ADVERTISEMENT
Kecurigaan akan adanya jaringan mafia wasit kini berubah menjadi realita. Celakanya, hal itu tak hanya dilakukan wasit di lapangan, melainkan juga menyentuh para pengurus Komite Wasit PSSI.
Ya, Satgas Anti Mafia Bola telah menetapkan wasit Nurul Safarid sebagai tersangka karena terbukti menerima aliran dana untuk memenangkan Persibara Banjarnegara dalam suatu pertandingan di Liga 3 musim lalu. Sementara, satu tersangka lainnya datang dari staff Komite Wasit PSSI Mansyur Lestaluhu.
Tak berhenti sampai di situ, tubuh Komite Wasit PSSI semakin tercabik karena dua anggotanya diduga terlibat jaringan mafia bola. Narsul Koto dan Yesayas Leihitu disebut terlibat dalam pusaran praktik kotor tersebut. Nama keduanya muncul dalam dakwaan jaksa di sidang perdana enam tersangka mafia bola di PN Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (6/5) lalu.
ADVERTISEMENT
Lantas, sebegitu bobrokkah wasit Indonesia?
Tentu saja, tak elok rasanya memukul rata bahwa seluruh wasit nasional memiliki perangai buruk. Jika di lapangan hijau saat ini terselip nama Thoriq Alkatiri--yang terpilih sebagai wasit elite AFC, di Komite Wasit PSSI terdapat nama Purwanto.
Awalnya, Purwanto sempat dicurigai terlibat jaringan mafia bola. Itu setelah polisi menangkap pria berinisial 'P' yang berhubungan dengan wasit. Akan tetapi, lambat laun, tuduhan itu terbantahkan menyusul identitas yang diungkapkan polisi bahwa 'P' ialah Priyanto yang merupakan mantan anggota Komite Wasit PSSI.
Jadilah, Purwanto kini tinggal seorang diri sebagai anggota Komite Wasit PSSI yang namanya tak pernah disebut baik oleh polisi maupun dalam persidangan. Sementara, dua anggota lainnya, Nasrul dan Yesayas, diduga terlibat jaringan mafia bola.
ADVERTISEMENT
Bersihnya nama Purwanto dari jaringan mafia bola sejatinya sejalan dengan sepak terjangnya kala masih aktif menjadi wasit pada medio 2000-an. Selama kiprahnya, Purwanto dikenal sebagai wasit dengan karakter yang kalem nan tenang tetapi tegas ketika mengambil keputusan di atas lapangan. Purwanto pun sampai mendapat julukan Mr. Clean, yang mengacu kepada sosoknya yang 'bersih'.
Jam terbangnya dalam memimpin laga juga terbilang tinggi. Beberapa laga final di Indonesia pernah ia pimpin, seperti final Liga Indonesia 2002, final Liga Indonesia 2005, dan final Copa Indonesia 2008/09.
Apiknya lagi, hampir semua laga final yang ia pimpin berlangsung lancar (kecuali Copa Indonesia 2008/09 ketika ada protes keras dari pemain Persipura). Alhasil, sederet prestasi pun sukses didapat Purwanto, mulai dari Wasit Terbaik PSSI tahun 2002, serta wasit terbaik versi ANTV (2003) dan Jawa Pos (2007). Lisensi FIFA pun sukses ia genggam, bersama rekannya Jimmy Napitupulu.
ADVERTISEMENT
Tak salah memang memilih Purwanto duduk di Komite Wasit PSSI. Beberapa kali, ia tampak tak segan mengomentari performa wasit yang tak prima. Purwanto juga tak pernah membela anak-anak asuhnya itu. Ketika mengambil keputusan keliru, hukuman pun sudah menanti.
Menurutnya, di samping kualitas dalam memimpin, satu hal terpenting yang harus dimiliki wasit adalah integritas. Apalagi, dengan kondisi persepak bolaan nasional yang tengah limbung akibat kasus mafia bola ini, integritas wasit memegang peranan begitu penting.
"Kami dari Komite Wasit sudah melakukan beberapa penyesuaian, seperti soal stamina (harus kuat), terus mengerti soal Laws of the Game, dan integritas juga. Yang nomor satu 'kan sekarang yang utama itu integritas," ujar Purwanto ketika berbincang dengan kumparanBOLA, Rabu (8/5/2019).
ADVERTISEMENT
"Intinya, wasit itu harus tegas, jujur, berani menegakkan keadilan di dalam pertandingan. Tegas risiko, enggak tegas itu risiko juga, wasit memang penuh dengan risiko. Kalo enggak mau risiko, ya enggak usah jadi wasit. Tapi, dalam arti, kita harus berpedoman sama aturan permainan gitu loh, jangan menyimpang," tambahnya.
Dalam usahanya menjaga integritas tersebut, Purwanto memiliki cara-cara tersendiri yang sudah ia terapkan saat masih aktif menjadi wasit. Saling respek, menurut Purwanto, adalah cara ampuh yang bisa diterapkan untuk menjaga integritas.
"Kalau saya 'kan semua teman. Pemain teman, saya akan dengar semuanya. Semua saya anggap teman loh. Jadi kami bermain itu teman semuanya. Pemain sebagai teman. Pelatih juga sama. Kalau ada kekurangan, diberi masukan dan diingatkan sama pemain atau pelatih, harus terima," ujar sosok yang berstatus PNS di Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Kediri sejak 2002 ini.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita salah diingatkan, kita harus respek juga, tetapi, dalam arti dengan cara yang baik dan sopan, dan kita harus lebih sopan lagi. Kalau diingatkan jangan gak mau, ga boleh. Kalau diingatkan harus respek juga, karena wasit juga kan kadang khilaf," lanjutnya.
Soal saling respek ini, Purwanto memberikan sebuah contoh saat ia masih aktif sebagai wasit. Ketika itu, ia memimpin laga antara Persija lawan Persebaya. Ia sampai membatalkan keputusan yang ia telurkan, karena mendengarkan saran dari pemain. Pemain itu mengingatkan bahwa keputusannya salah.
Setelah ia lihat di tayangan ulang setelah laga, memang keputusan yang ia ambil salah. Saling respek inilah yang membikin Purwanto jadi wasit yang disegani oleh pemain.
ADVERTISEMENT
"Karena pemain respek sama saya, saya lebih respek sama pemain, sama-sama selamat semuanya. Kalau ada yang emosi, tendang, malah jadi ramai. Kalau respek 'kan semua sama," ujar pria yang juga pernah jadi takmir masjid ini.
"Iya 'kan gitu loh, respek, diingatkan oke, tapi dalam arti yang tulus dan jujur gitu. Simpel sebenarnya. Kita enggak usah mengada-ngada, yang penting kita harus niat yang baik. Ya, intinya kita harus jujur, taat peraturan, respek sama siapapun," pungkasnya.
Integritas. Prinsip yang tampaknya membuat Purwanto mampu mempertahankan julukannya sebagai Mr. Clean hingga kini. Ya, bersih di dalam dan luar lapangan.