Mengenang Duet dan Trio Maut di Liga Indonesia sejak Era ISL

1 April 2020 16:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Greg Nwokolo saat berseragam Persija Jakarta. Foto: Instagram @greg11n
zoom-in-whitePerbesar
Greg Nwokolo saat berseragam Persija Jakarta. Foto: Instagram @greg11n
Pada masa jayanya, nama-nama yang akan kumparanBOLA sebut di bawah adalah para pembeda di Liga Indonesia. Saat mereka bekerja sama ancaman tiba-tiba muncul. Tak sekali dua hal tersebut menjadi penyelamat buat tim masing-masing.
Beberapa berujung gelar juara. Sebagian lagi mampu membawa tim yang dibela sebatas bertengger di papan atas klasemen. Ada pula yang mengamankan timnya dari hantaman zona degradasi. Posisi mereka juga beragam. Perannya pun demikian.
Namun yang jelas, keberadaan sosok-sosok tersebut bakal bikin para pemain lawan bergidik ngeri.
kumparanBOLA mempersembahkan: Trio dan duet maut di Liga Indonesia sejak era Indonesia Super League (ISL) hingga Liga 1.

Alberto 'Beto' Goncalves-Boaz Solossa-Ernest Jeremiah (Persipura)

Belum pernah lagi ada klub Indonesia yang memiliki trio sekaliber Alberto 'Beto' Goncalves, Boaz Solossa, dan Ernest Jeremiah. Ketiganya adalah tumpuan Persipura Jayapura pada ISL 2008-09 sekaligus trio tertajam di musim itu.
Beto yang beroperasi sebagai penyerang tengah mencetak 23 gol. Sisi kiri penyerangan dipegang Boaz yang berhasil menjadi topskorer dengan 28 gol. Adapun, Jeremiah yang di biasa bermain di tepi kanan mencetak 17 gol.
Ketajaman mereka pada akhirnya berperan penting terhadap raihan Persipura di akhir musim. Mereka berhasil finis sebagai jawara dengan 80 poin, unggul 14 angka dari Persiwa Wamena di urutan kedua.

Aliyudin-Bambang Pamungkas-Greg Nwokolo (Persija)

Greg Nwokolo saat berseragam Persija Jakarta. Foto: Instagram @greg11n
Jika Beto-Boaz-Jeremiah adalah trio tertajam, sosok Aliyudin, Bambang Pamungkas, dan Greg Nwokolo adalah trio ikonik. Pamornya barangkali sebelas-dua belas dengan trio Persik 2006: Budi Sudarsono, Danilo Fernando, dan Cristian Gonzales.
Julukannya trio 'ABG', sesuatu yang gampang diingat sehingga pamor mereka kian meninggi. Makin tinggi lagi lantaran performa mereka di Persija Jakarta ciamik. Greg bertugas mengacak-acak pertahanan, sedangkan Bepe dan Aliyudin menyelesaikannya.
Salah satu penampilan terbaik trio 'ABG' adalah saat melawan Persib Bandung di Gelora Bung Karno pada ISL 2010-11. Waktu itu, Persija menang 3-0 yang gol-golnya masing-masing dicetak oleh Aliyudin, Bepe, dan Greg.
Satu-satunya yang mesti disesali adalah tak ada gelar yang mereka persembahkan buat Persija.

Aldo Baretto-Kenji Adachihara (Bontang FC)

Sinar Aldo Baretto dan Kenji Adachihara begitu terang di tengah keterpurukan Bontang FC. Sebagai duet penyerang, keduanya menjadi tumpuan utama tim sekaligus kerap jadi penyelamat setidaknya dalam dua musim.
Pada ISL 2009-10, yang jadi musim perdana mereka bekerja sama, Aldo dan Kenji membawa Bontang finis di papan tengah, meski sempat terpuruk di zona degradasi. Aldo mencetak 19 gol kala itu, sedangkan Kenji 15 gol.
Musim berikutnya ketajaman mereka tak tergerus. Lagi-lagi duet ini mampu menyelamatkan Bontang dari degradasi dengan finis di posisi ke-15. Bontang sendiri mencetak total 33 gol. Nah, 31 di antaranya berasal dari Aldo (16) dan Kenji (15).

Noh Alam Shah, Muhammad Ridhuan, Roman Chmelo (Arema Indonesia)

Noh Alam Shah. Foto: Instagram @nohalamshah31
Arema Indonesia mengejutkan publik pada ISL 2009-10 lalu. Diperkuat banyak pemain muda, mereka berhasil finis sebagai juara lewat raihan 73 poin. Arema unggul enam angka dari Persipura di bawahnya.
Tentu peran para pemain muda tadi tak bisa dikucilkan. Salah satunya, yakni Kurnia Meiga, bahkan jadi pemain terbaik. Namun, tak adil pula jika keberadaan Noh 'Along' Alam Shah, Muhammad Ridhuan, dan Roman Chmelo tak disorot lebih jauh.
Di musim itu, merekalah yang sejatinya jadi kunci permainan Arema. Chmelo mengontrol lini tengah sekaligus menjadi kreator utama tim, Ridhuan menyisir sisi sayap kanan, sedangkan Along menciptakan gol demi gol.

Firman Utina, Muhammad Ridwan, Supardi (Sriwijaya FC, Persib)

Firman Utina, Muhammad Ridwan, dan Supardi ibarat satu paket utuh. Ketiganya mulai berada di tim yang sama saat membela Sriwijaya FC pada ISL 2010-11. Namun, baru pada musim berikutnya gelar juara dipersembahkan.
Firman, Ridwan, dan Supardi kembali berhasil meraih juara ISL pada 2014. Bedanya, kali ini mereka mencapainya sebagai penggawa Persib Bandung usai menang atas Persipura di final lewat adu penalti.
Saat dua gelar juara tersebut diraih, secara statistik ketiga sosok tersebut sebetulnya tak tampak menonjol. Akan tetapi, keberadaan mereka terasa begitu penting, terutama ketika ketiganya saling bekerja sama.
Firman yang bertugas sebagai jenderal di lini tengah cukup sering mengalirkan bola ke sisi kanan. Sisi itu biasa ditempati Ridwan sebagai gelandang sayap dan Supardi yang beroperasi tepat di belakangnya.

Ezechiel N'Douassel-Jonathan Bauman (Persib)

Jonathan Bauman melindungi bola dari kejaran Jaimerson Xavier pada laga Persib vs Persija. Foto: Novrian Arbi/Antara
Tak butuh waktu lama buat Ezechiel N'Douassel dan Jonathan Bauman saling memahami. Pada Liga 1 2018 alias musim perdana mereka bekerja sama di Persib Bandung, keduanya tampil ibarat sudah lama bermain bareng.
Suatu kali Bauman mengobrak-abrik pertahanan lawan guna menciptakan peluang, sedangkan Ezechiel bergerak mencari ruang lalu mencetak gol. Kali lain gambaran sebaliknya yang justru terlihat.
Lewat kombinasi tersebut, total 29 gol yang berhasil mereka ciptakan untuk Persib. 12 gol oleh Bauman, sisanya dicatatkan Ezechiel. Tak cuma itu. Mereka juga mampu membawa Persib yang skuatnya secara keseluruhan biasa saja finis di urutan keempat.
Honorable mentions: Boakay Eddie Foday-Erick Weeks Lewis (Persiwa), Bio Paulin-Victor Igbonefo (Persipura), Keith Kayamba Gumbs-Hilton Morreira (Sriwijaya FC), Emmanuel Pacho Kenmogne-Greg Nwokolo (Persebaya), Ilija Spasojevic-Paulo Sergio (Bhayangkara FC, Bali United)