Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Perkara masa depan Daniel Sturridge, bahkan Juergen Klopp sendiri tidak bisa memberikan jaminan.
ADVERTISEMENT
Kita tahu Daniel Sturridge seperti apa di Liverpool. Bukan, bukan… Ini bukan soal joget meliuk-liuknya tiap kali dia bikin gol —atau soal ketika ia berjoget terlalu cepat di final Liga Europa musim lalu, sebelum garis nasib memutuskan Sevilla keluar sebagai pemenang. Ini soal bagaimana dulunya dia adalah striker yang bisa bikin jeri lawan.
Sturridge punya kecepatan. Dribel-nya oke. Sudah begitu, ia juga licin. Seringkali ketika melihat ada kesempatan di dalam kotak penalti, ia akan menjatuhkan diri di dalam kotak penalti (hey, ayolah, pemain hebat seperti Maradona saja pernah mencetak gol dengan tangan dan kita merayakannya sebagai salah satu momen terbaik di sepak bola).
Ketajaman Sturridge di Liverpool terlihat betul di masa-masa awalnya bernaung di klub asal Merseyside tersebut. Bergabung pada pertengahan musim 2012/2013, Sturridge langsung nyetel. Dalam 14 pertandingan pertamanya berkostum The Reds, ia mampu mencetak 10 gol —atau 11 gol dalam 16 laga di semua kompetisi. Sebuah rasio yang tidak buruk.
ADVERTISEMENT
Musim berikutnya, ia menggila. Berduet dengan Luis Suarez di lini depan, keduanya benar-benar menjadi momok menjadi barisan pertahanan manapun di Premier League. Pada musim di mana Liverpool nyaris menjadi juara kalau saja tidak terpeleset itu, Sturridge mencetak 21 gol dalam 29 pertandingan. Ia hanya kalah dari Suarez (mencetak 31 gol) dan menjadi pemain asli Inggris paling subur di Premier League musim itu.
Hanya saja, Sturridge ringkih. Keluar-masuk ruang perawatan adalah achilles heel-nya. Pada 2015, The Telegraph mengunggah sebuah data di mana Sturridge sudah absen sebanyak 564 kali sejak bergabung pada awal tahun 2013. Dia lebih sering berada dalam kondisi tak bugar ketimbang bisa dimainkan.
Setelah musim 2013/2014, musim di mana ia mencetak 21 gol itu, Sturridge hanya mampu bermain sebanyak 40 kali di Premier League dalam rentang waktu sekitar tiga musim —mengingat musim ini belum rampung. Artinya, dalam rentang waktu itu, ia hanya bisa bermain sekitar 13 pertandingan per musimnya.
ADVERTISEMENT
Terbatasnya penampilan Sturridge musim ini membuatnya nyaris menjadi tidak berguna untuk Liverpool. Bahkan, eks-bek Liverpool, Jamie Carragher, pada Januari silam menyebut bahwa ketika Liverpool memainkan Sturridge, mereka tak ubahnya sebuah tim yang hanya bermain dengan 10 pemain.
“Satu-satunya alasan dia ada di dalam tim adalah karena kemampuannya menyelesaikan peluang. Tanpa itu, dia tidak punya apa-apa lagi,” ujar Carragher di Telegraph.
Ouch.
Musim ini, Sturridge sudah bermain 14 kali di Premier League, di mana 9 di antaranya sebagai pemain pengganti dan 5 lainnya sebagai starter. Namun, 5 kali bermain sebagai starter pun ia tak pernah bermain penuh selama 90 menit. Akurasi tembakannya buruk: dari total 16 shot on target, hanya 2 gol yang ia hasilkan.
ADVERTISEMENT
Melihat kritik Carragher dan akurasi tembakannya yang buruk itu, rasa-rasanya jika ada rumor bahwa ia akan dilego pada bursa transfer panas mendatang, itu bukan hanya karena seringnya ia dibekap cedera. Bahkan Klopp kini sudah sulit untuk memberikan pembelaan padanya.
“Saya tidak tahu apa yang akan terjadi di musim panas nanti. Bukan cuma buat Daniel saja, tetapi juga banyak pemain lainnya,” ujar Klopp seperti dilansir Soccerway.
“Daniel sudah tidak berlatih selama delapan atau sembilan hari karena infeksi virus. Kami harus mengembalikannya ke performa terbaik dan mengakhiri musim ini dengan pencapaian sebaik mungkin.”
“Baru setelahnya kami akan membuat keputusan soal Daniel dan pemain-pemain lainnya tentang bagaimana nasib mereka di musim berikutnya,” kata Klopp.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, salah satu analisis dari media lokal Liverpool, Liverpool Echo , menyebutkan juga bahwa seringnya Sturridge —dan beberapa pemain lainnya— cedera juga diperparah dengan intensitas permainan Klopp yang tak kenal lelah menerapkan pressing dan gaya latihan mereka.
Pada satu titik di musim ini, Liverpool pernah menjadi tim dengan jelajah lapangan paling luas dibandingkan tim-tim Premier League lainnya. Ini menunjukkan bahwa pemain-pemain Liverpool memang diwajibkan untuk berlari ke seluruh penjuru lapangan sepanjang laga.
Coba bayangkan sendiri bagaimana capek-nya jadi pemain Liverpool.