Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
ADVERTISEMENT
"Aku ini pendukung United," kata Timothy dengan mantap. "Kalau mereka main, aku dapat banyak pelanggan."
ADVERTISEMENT
Timothy, atau Tim, sebenarnya bukan penggila bola. Ketika ditanyai siapa pemain Manchester United favoritnya, dia tak bisa menjawab. Kecintaannya kepada United, ya, sebatas itu tadi. Sebatas poundsterling yang masuk ke kantongnya.
kumparanBOLA berbincang dengan Tim saat hari sudah mulai beranjak siang di Manchester, Inggris. Tim adalah sopir taksi yang membawa kami dari Hotel Mercure Piccadilly menuju Old Trafford. Dia berasal dari Rwanda tetapi sudah tinggal di Manchester selama 20 tahun. Perbincangan dengan Tim adalah salah satu interaksi pertama kami dengan kota tempat Revolusi Industri meletus ini.
Bekerja sama dengan YOU.C1000 Isotonic Drink, kumparanBOLA berkesempatan untuk datang langsung ke Manchester, ke kota yang anginnya sangat tidak bersahabat ini. Agenda utama kami di sini adalah menyaksikan langsung pertandingan derbi antara Manchester United dan Manchester City di Old Trafford, Rabu (24/4/2019) malam waktu Inggris. Namun, sebelum itu, pada Selasa (23/4), setibanya di Manchester, kami sudah memulai aktivitas dengan melakukan tur stadion Old Trafford.
ADVERTISEMENT
Tim mengantar rombongan kumparanBOLA untuk mengikuti tur tersebut. Olehnya, kami diturunkan persis di depan sebuah bar tenar bernama Bishop Blaize. Bar ini merupakan tempat suporter garis keras Manchester United menonton pertandingan. Mereka menolak masuk ke Old Trafford sebagai bagian dari protes terhadap rezim Keluarga Glazer.
Hanya satu blok memisahkan Bishop Blaize dengan Sir Matt Busby Way yang merupakan tempat Old Trafford berada. Saat berjalan menuju stadion, kami melewati beberapa rumah yang sebagian darinya disulap menjadi tempat usaha, entah itu toko maupun rumah makan. Namun, tidak ada dari mereka yang buka saat kami lewati.
Kami tiba di Old Trafford tengah hari. Untuk stadion berkapasitas 75 ribu penonton, kompleks Old Trafford sama sekali tidak besar. Old Trafford memang hanya dikhususkan untuk menggelar pertandingan sepak bola dan maka dari itu fungsinya pun sangat minimalis. Dari Sir Matt Busby Way yang tidak luas itu, pelataran Old Trafford langsung terlihat.
ADVERTISEMENT
Di pelataran utama itu ada tiga monumen utama yang menggambarkan momen penting sejarah Manchester United. Yakni, monumen peringatan Tragedi Muenchen, patung United Trinity (George Best, Denis Law, dan Sir Bobby Charlton), serta patung Sir Matt Busby yang berdiri gagah persis di atas Manchester United Megastore.
Pelataran utama itulah yang menjadi tempat aktivitas utama para turis yang datang. Berfoto adalah kegiatan wajib yang tidak boleh absen dilakukan. Meski begitu, Old Trafford tentunya tidak sampai di situ saja. kumparanBOLA pun beruntung bisa mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi lebih jauh stadion yang awalnya dirancang Archibald Leitch ini.
Untuk mengikuti tur stadion, pengunjung harus berjalan ke depan Sir Alex Ferguson Stand yang ditandai dengan keberadaan patung perunggu Fergie. Dalam tur tersebut para peserta didampingi oleh dua guide yang menceritakan segala seluk beluk stadion, mulai dari sejarah tribune sampai di mana penonton bisa memasang taruhan.
ADVERTISEMENT
Tur stadion ini dimulai dari Sir Alex Ferguson Stand. Tribune ini sendiri merupakan tribune timur yang letaknya berseberangan dengan terowongan dan bangku cadangan. Setelah itu rombongan diajak berkeliling area tribune lainnya. Mulai dari Scoreboard Stand yang merupakan tribune suporter tandang sampai ke Sir Bobby Charlton Stand. Hanya Stretford End, tribune tempat suporter fanatik United menyuarakan dukungan, yang tak kami sambangi.
Setelah area tribune selesai dieksplorasi, kami diajak untuk masuk ke ruang konferensi pers. Yang menarik dari ruang konferensi pers di Old Trafford ini adalah ukurannya. Hanya ada 63 kursi yang tersedia untuk wartawan, dan wartawan yang bisa masuk ke sana hanyalah wartawan surat kabar. Pasalnya, untuk wartawan televisi, Old Trafford punya tempat lain, yakni di terowongan tempat para pemain masuk.
ADVERTISEMENT
Ruang konferensi pers itu sendiri saat ini fungsinya sangat terbatas, yaitu untuk jumpa pers pertandingan. Sementara, untuk mengenalkan pemain dan segala macamnya, ruang media di Carrington --tempat latihan United yang terletak 6 mil dari stadion-- yang menjadi pilihan karena lebih luas.
Kemudian, bicara soal terowongan pemain, Old Trafford ini memiliki dua terowongan. Pertama, terowongan yang biasa dilihat di televisi tempat para pemain masuk ke lapangan. Terowongan itu baru digunakan mulai 1993. Selain untuk jalan masuk pemain dan tempat wawancara televisi, terowongan itu juga dipakai untuk jalur evakuasi medis dan keperluan darurat lainnya.
Semua tempat dan ruangan di Old Trafford itu dihubungkan oleh koridor-koridor kecil yang bisa dengan mudah memunculkan klaustrophobia. Untuk menghilangkan kesan mencekam itu, tembok-tembok yang menghimpit itu kemudian dihias dengan gambar dan warna-warna yang bisa menghangatkan. Dari koridor-koridor itu pulalah kami akhirnya tiba di ruang ganti pemain.
ADVERTISEMENT
Ruang ganti pemain Manchester United itu begitu lengang dan nyaman. Pada dasarnya, ruang ganti itu terbagi atas dua bagian. Pertama, ruang loker. Kedua, kamar mandi.
Di ruang loker yang berbentuk bundar itu, selain terdapat tempat penyimpanan seragam, juga terdapat kulkas berisi minuman segar dan papan tulis tempat para pelatih memberi instruksi. Sulit sekali membayangkan bahwa ruangan tersebut merupakan saksi bisu meledaknya amarah para pelatih yang kecewa lantaran pemain-pemain United tampil memble.
Ruang ganti itu merupakan bagian terakhir dari tur yang berlangsung selama kurang lebih satu jam tersebut. Setelah itu, kumparanBOLA dan rombongan YOU.C1000 Isotonic Drink diantarkan menuju Red Cafe. Di sanalah kami bersantap sebelum menutup tur dengan mengunjungi Megastore dan kembali berfoto di halaman Old Trafford.
ADVERTISEMENT