Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Muenchen-Riem dan Kisah Heroik Harry Gregg
7 Februari 2017 14:35 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT

Pria itu sudah berumur. Rambutnya memutih dan kulit yang membalut tulang tengkoraknya sudah tak lagi kencang. Membawa sebuah koran Manchester Evening News terbitan puluhan tahun yang lalu, pria yang bernama Harry Gregg itu menceritakan bagaimana 6 Februari 1958 atau yang dikenal dengan nama Tragedi Muenchen mengubah hidupnya.
ADVERTISEMENT
“(Tragedi) Muenchen mengubah tujuan hidupku,” kata Gregg. “Orang mengingatku atas apa yang aku lakukan di Muenchen. Ya, aku bangga karena itu.”
Kepada The Telegraph, Gregg bercerita apa yang terjadi pada saat itu. Bukan cuma jatuhnya pesawat carteran tipe F-609 yang membawa 44 orang, termasuk pemain-pemain Manchester United, suporter, dan jurnalis, tetapi juga darah, luka, hingga kisah heroik.
***
Nama Gregg dalam sepak bola terdengar sejak dia masih anak-anak. Klub yang dia perkuat saat itu, Linfield Swifts di Belfast, memang dikenal melahirkan banyak bakat luar biasa dalam sejarah sepak bola Irlandia Utara. Namanya semakin besar ketika Gregg, yang bermain sebagai penjaga gawang, memilih pindah ke Coleraine, klub sepak bola profesional yang bermarkas di sisi lain Belfast.
ADVERTISEMENT
Karena berasal dari klub amatir, Coleraine tak perlu mengeluarkan sepeser pun uang dari kantongnya demi mendatangkan Gregg. Mereka pun hanya perlu membayar gaji tahunan Gregg yang berada di kisaran 80 poundsterling.
Pertandingan demi pertandingan dijalani oleh Gregg di Coleraine. Usai hanya memainkan 19 laga, Coleraine tak kuasa untuk menahan Gregg setelah ada tawaran besar dari klub Inggris, Doncaster Rovers. Tawaran ini langsung diberikan oleh pelatih Doncaster yang sekaligus pemain legendaris Manchester City, Peter Doherty.
Banyak pihak menjelaskan bahwa Gregg merupakan jawaban untuk Doncaster atas krisis di lini pertahanan yang mereka alami saat itu. Selain itu, Doherty juga memilih Gregg karena anak ini berasal dari desa yang sama dengannya, Derry.
ADVERTISEMENT
Bagi Gregg, yang notabene berasal dari klub antah berantah, sepak bola Inggris bukanlah suatu tantangan besar. Selang dua minggu, Gregg mendapatkan posisi kiper utama di Doncaster dan langsung menjalani debut ketika berhadapan dengan Celtic.

Tiga hari berikutnya, Gregg kembali dipercaya mengawal gawang Doncaster. Sial baginya, dia harus mengakhiri laga iu lebih cepat dan diungsikan ke rumah sakit akibat cedera siku. Cedera ini pun memaksa Gregg absen dalam beberapa partai, dan harus berjuang dari awal untuk mendapatkan tempat di tim utama.
Lebih dari empat musim dihabiskan oleh Gregg di Doncaster. Naik-turun penampilan sudah dirasakan oleh kiper kelahiran 27 Oktober 1932 tersebut. Desember 1957, Gregg diangkut oleh Matt Busby ke Manchester United dengan biaya 23 ribu pounsterling. Angka tersebut pun membuatnya menjadi penjaga gawang termahal dunia saat itu dan pembelian pertama Busby dalam empat tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Leicester City menjadi lawan perdana Gregg di United pada kompetisi lokal. Tampil bagus sepanjang laga, Gregg membuat United mengakhiri pertandingan dengan skor 4-0. Eropa menjadi jalan lain Gregg di United dan klub Irlandia, Shamrock Rovers, jadi lawan berat pertama United pada kompetisi Eropa musim itu.
Shamrock rupanya tidak menjadi lawan yang menakutkan bagi United. Tak ada tekanan dari tim tamu, United pun menang dengan skor 6-0. Pada pertemuan kedua, Shamrock jauh lebih bagus. Namun, Busby Babes menang dan mengakhiri laga dengan skor 3-2.
Kemenangan atas Shamrock membawa United menghadapi FK Crvena Zvezda (Red Star Belgrade) pada babak perempat final. Lewat perjuangan, The Red Devils berhasil mengalahkan jagoan Yugoslavia tersebut dengan skor 2-1 pada pertandingan pertama.
ADVERTISEMENT
Pada pertandingan kedua, United menyewa pesawat ke Belgrade. Penyelamatan gemilang berkali-kali dilakukan oleh Gregg. Kerja keras Gregg terbayar, United berhasil lolos setelah bermain imbang 3-3 dengan tuan rumah.
***
Hasil imbang disambut suka cita oleh seluruh orang yang berangkat ke Belgrade, tak terkecuali suporter, jurnalis, dan pemain-pemain United sendiri. Penerbangan sempat ditunda satu jam akibat salah satu pemain United, Johnny Barry, kehilangan paspornya dan pihak keamanan bandara Yugoslavia menolak untuk mengizinkan penerbangan apabila paspor Barry tidak ditemukan.
Meski pada akhirnya berangkat, bencana tetap terjadi pada rombongan United saat itu. Selesai mengisi bahan bakar di Muenchen, pesawat yang dipiloti oleh James Thain ini dua kali ditolak gagal lepas landas karena masalah cuaca. Thain akhirnya memaksa terbang pada percobaan ketiga.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, salju turun di Bandara Muenchen-Riem. Salju pun menumpuk dan menyebabkan pesawat terpeleset hingga keluar dari landasan.
“Pesawat jatuh dan aku ingat dengan jelas jika pesawat kami melewati pohon dan rumah di dekat bandara. Kepalaku terbentur dengan cukup keras saat itu dan membuatku berpikir bahwa ada sobek di bagian itu,” ucap Gregg.
“Tidak ada tangisan yang terdengar dari pesawat kami saat itu. Aku bahkan telah berpikir bahwa aku meninggal saat itu,” kata Gregg. “Suasana begitu buram saat itu. Hingga ada satu momen yang membuatku yakin bahwa aku masih hidup; sabuk pengaman langsung kulepas.”
“Setelah itu, Kapten Thain muncul dengan alat pemadam kebakaran di tangannya dan menyuruhku untuk segera lari agar aman. Dia berkata, ‘Lari kau, bodoh!” Seketika itu juga, aku mendengar bayi menangis.”
ADVERTISEMENT
“Aku melihat banyak orang berlari keluar pesawat. Melihat bayi tersebut aku pun memanggil mereka untuk kembali. Operator radio mengambil bayi tersebut dari tanganku ketika aku melihat ibu bayi tersebut. Sedetik kemudian, aku melihat Albert Scanlon, yang terbujur lemah dan dalam kondisi terjepit.”
“Peter Howard, fotografer Daily Mail, aku suruh menemani Albert. Aku kemudian mencoba berlari ke dalam pesawat dan menemukan Bobby Charlton serta Denis Viollet dalam kondisi yang sama tak karuannya.”
“Aku pikir mereka sudah meninggal. Tak lama, giliran aku melihat Matt Busby yang tak berdaya sambil memegangi bahunya dan berkata, ‘Tolong, kakiku!” Aku menyangganya dan membawanya keluar. Ketika keluar, aku melihat Blanchie menangis dan bersandar di mayat Roger Byrne.”
ADVERTISEMENT
“Setelah keluar dari pesawat, aku meminta pria pemadam kebakaran untuk menyelamatkan teman-temanku. Aku tidak tahu bagaimana kemudian, yang jelas ada ledakan kecil setelah itu.”
“Aku melihat ledakan tersebut dan mengira Denis dan Bobby meninggal dunia. Aku bersyukur kepada Tuhan setelah itu karena sebagian dari kami telah ia selamatkan. Aku belum pernah melihat kematian sebelumnya dan tidak ingin melihat hal seperti itu lagi.”
***
Kisah heroik Gregg, yang memutuskan untuk kembali ke pesawat yang terbakar itu diceritakan turun-temurun. Ia adalah pahlawan hari itu.
Beberapa hari kemudian, diumumkan bahwa 23 orang meninggal dunia. Delapan di antaranya adalah pemain Manchester United. Kenangan akan peristiwa ini pun menjadi kenangan terburuk bagi Gregg.
Doa dari kami untuk: Geoff Bent, Roger Byrne, Eddie Colman, Duncan Edwards, Mark Jones, David Pegg, Tommy Taylor, Liam "Billy" Whelan, dan mereka yang kehilangan nyawanya hari itu.
ADVERTISEMENT