Obituarium: Alfin Lestaluhu Tiada, Keberaniannya Abadi

1 November 2019 15:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alfin Lestaluhu, pemain Timnas U-16 Indonesia. Foto: dok. media PSSI
zoom-in-whitePerbesar
Alfin Lestaluhu, pemain Timnas U-16 Indonesia. Foto: dok. media PSSI
ADVERTISEMENT
Alfin Lestaluhu bukan sosok yang banyak kata. Tiap kali rekan-rekannya mengajak berbicara, ia bakal menjawab dengan sekenanya. Saat Bima Sakti, pelatihnya di Timnas U-16 Indonesia, memberi instruksi pun, jawaban dari Alfin sekadar 'Siap, Coach!'.
ADVERTISEMENT
Walau demikian, itu bukan berarti Alfin sosok yang manut-manut saja. Ia juga bukan seseorang yang pemalu. Sebaliknya, Alfin adalah seseorang yang amat pemberani. Dalam banyak hal, inisiatifnya kerap terlihat.
Bima Sakti sampai pernah dibikin 'tertampar' secara tak langsung karena dua hal tersebut. Ceritanya, Timnas U-16 tengah berhadapan dengan Vietnam pada ajang Piala AFF 2019 di Thailand, Agustus lalu.
Karena skor imbang 0-0 bertahan hingga waktu normal berakhir, laga dilanjutkan ke babak adu penalti. Alfin lantas jadi orang pertama yang menghampiri Bima dan dengan lantang berkata: "Saya mau dan siap ambil penalti, Coach."
Alfin Lestaluhu berhasil mengantar Timnas U-19 lolos ke Piala Asia U-16. Foto: PSSI
Bima setuju. Alfin dipilih sebagai salah satu eksekutor, tepatnya yang kedua. Tak berujung gol, memang. Sepakannya masih bisa ditepis kiper Vietnam. Namun, keberanian Alfin, yang sebetulnya tak banyak kata itu, membuat Bima tertegun. Ia malu bukan main.
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa pasal. Insiatif Alfin itu membuat memorinya secara otomatis mengenang kejadian pada 1997 silam. Suatu kejadian yang menurut Bima amat memalukan bagi dirinya sendiri.
Waktu itu, saat melawan Thailand di final SEA Games 1997, Bima menjadi salah satu pemain yang sama sekali tak berani mengambil penalti. Ia lantas merasa mentalnya kalah jauh dibandingkan dengan Alfin, yang bahkan baru berusia 15 tahun.
"Saya dengarnya malu dan berkata dalam hati: 'Luar biasa mental anak ini'. Walau Alfin gagal dan langsung meminta maaf ke saya, tanpa banyak bicara langsung saya peluk dia. (Saya bilang) Gak apa-apa Alfin, terima kasih kamu udah berani ambil penalti," kenang Bima melalui akun Instagram pribadinya.
ADVERTISEMENT
"Dalam sesi latihan penalti, dia memang bukan pilihan utama untuk menendang penalti. Setelah masuk ruang ganti, saya sampaikan ke semua pelatih, ofisial, dan para pemain: Saya respek, salut, dan bangga dengan perjuangan serta dedikasi Alfin," lanjut Bima.
Orang-orang yang tak banyak kata memang kerap menyimpan emas di dalam diri. Alfin demikian. Selain soal inisiatif dan keberaniannya tadi, satu hal lain yang membuat Alfin spesial adalah lantunan azannya, yang dalam kesaksian Bima, terdengar merdu.
Pemain Timnas Indonesia U-16 menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pertandingan melawan Timnas Filipina pada laga kualifikasi Piala AFC U-16 2020 di Stadion Madya, Jakarta, Senin (16/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Ini adalah hal yang dinantikan kawan-kawannya tiap kali waktu sholat lima waktu tiba. Alfin menjadi andalan dan ia memang dengan senang hati saat diminta untuk melakukan hal demikian. Tapi, itu bukan satu-satunya yang membuat namanya menjadi tumpuan banyak orang.
ADVERTISEMENT
Hal lainnya, yang utama, tentu saja bakat Alfin sebagai seorang pesepak bola. Keberhasilannya menembus 23 nama yang dipanggil Bima Sakti untuk membela Timnas U-16 di Piala AFF tadi, juga Kualifikasi Piala Asia, menjadi bukti.
Secara rinci, yang kemudian membuat Alfin terpilih menjadi bagian Timnas U-16 tersebut adalah gaya bermainnya yang tak neko-neko. Ia juga begitu disiplin, sesuatu yang menurut M. Jais Lestaluhu, pelatih Alfin di SSB Maehanu, sudah terpupuk sedari dulu.
Alfin Lestaluhu, pemain Timnas U-16 Indonesia. Foto: dok. Media PSSI
Adapun, posisi bermainnya sendiri adalah bek kanan. Ini membuat Alfin pada titik tertentu cukup mirip dengan Alfin Tuasalamony. Ia cepat, ngotot, kuat, dan kebetulan sama-sama punya nama depan 'Alfin,' plus sama-sama berasal dari Tulehu.
Saat menyerang, persis seperti seniornya pula, Alfin terbilang berani naik guna membantu rekan-rekannya di lini depan. Itu ditunjang juga oleh kemampuan menyerangnya yang terbilang bagus.
ADVERTISEMENT
Crossing-nya memang belum sempurna, tetapi intensitasnya tinggi. Ia juga memiliki sepakan yang cukup bagus. Itu dibuktikan dengan gol spektakulernya ke gawang Filipina di Stadion Madya, Senayan, pada September lalu.
Dari sudut yang sebetulnya amat sempit, dengan berani Alfin melepaskan sebuah sepakan. Bola hasil sepakan tersebut kemudian melaju deras menuju tiang dekat sehingga tak mampu dihalau kiper Filipina. Ujungnya? Gol.
Itu saat menyerang. Sementara kala bertahan, Alfin bakal dengan cekatan mundur ke belakang. Ia juga tak segan berduel dengan lawan yang ditemui di hadapan.
Para pemain dengan fisik yang lebih tinggi dan besar bukan masalah. Semuanya ia tantang dengan gagah berani. Baginya, yang penting hadapi saja, lawan saja.
Hal-hal macam itulah yang kemudian membuat Bima memilih Alfin untuk menghuni satu tempat di Timnas U-16. Bahkan ketika Alfin terpaksa absen karena menderita sakit, Bima enggan mencari pengganti.
ADVERTISEMENT
Ia cuma menyertakan satu nama untuk posisi bek sayap kanan, Aditya Rangga. Alasannya, Bima yakin Alfin segera pulih. Lagi pula ia memang membutuhkan sosok pemberani berusia 15 tahun tersebut untuk memperkuat Timnas besutannya.
Namun, Tuhan berkehendak lain. Encephalitis (infeksi otak) yang dideritanya sejak kejadian gempa di Maluku membuat perjuangan Alfin berakhir. Pada Kamis (31/10/2019) malam WIB, ia meninggal dunia.
“Keluarga besar PSSI mendoakan yang terbaik untuk Alfin dan keluarga. Kita sangat kehilangan. Terima kasih atas sumbangsih Alfin untuk Tim Nasional Indonesia,” kata Sekretaris Jenderal PSSI, Ratu Tisha Destira.
Ya, Alfin telah berpulang. Tapi, segala tindak-tanduk Alfin, terutama keberaniannya di atas rumput lapangan selama membela Garuda, akan terus dikenang. Karena itulah ia abadi.
ADVERTISEMENT