Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tadinya, Pripyat berpopulasi 49.400 jiwa. Di tanah seluas 658.700 meter persegi itu berdiri 13.414 apartemen, 18 asrama yang mampu menampung hingga 7.621 kepala belum menikah, dan delapan asrama untuk pasangan menikah.
Di sektor pendidikan, Pripyat memiliki 15 sekolah dasar (5.000 siswa), lima sekolah menengah, dan satu sekolah kejuruan. Tak ketinggalan ada satu rumah sakit yang menampung hingga 410 pasien dan tiga klinik.
Pripyat tampak megah dihiasi pusat perniagaan yang terdiri dari 25 toko dan mal dan 27 kafetaria. Fasilitas pendukung lain di antaranya 10 gedung olahraga, tiga kolam renang dalam ruangan, 10 arena menembak, dan dua stadion. Untuk sarana rekreasi dibangun 1 taman dan 35 taman bermain.
Sayang, usia Pripyat cuma 16 tahun sejak didirikan pada 1970. Bencana nuklir terburuk sepanjang sejarah menjadi alasan Pripyat kini menjadi kota mati. Musababnya, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl yang tak jauh dari Pripyat meledak.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, seluruh warga Pripyat—yang notabene para pekerja PLTN Chernobyl—dievakuasi. Tak cuma 49.000 warga Pripyat, total ada 350 ribu jiwa yang mengungsi dari wilayah sekitar Chernobyl.
Sebagai seorang legenda sepak bola Ukraina, ingatan ini tak pernah bisa hilang dari Andriy Shevchenko , Kala itu, usianya baru 9 tahun dan karena ini dia pun terpaksa pindah dari Kiev, Ibu kota Ukraina.
Ia kemudian mengasingkan diri di dekat London, Inggris. Meski sudah menjauh dari Ukraina, Shevchenko tetap tak boleh keluar rumah.
“Aku tinggal dekat London, di luar kota. Aku sudah dikunci selama hampir 10 hari. Kami menjalani saat yang sulit ini dengan harapan segalanya akan membaik," kata pria yang akrab disapa Sheva itu kepada Sky Sport Italia.
ADVERTISEMENT
"Satu-satunya solusi adalah menghormati aturan yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu tinggal di rumah dan memberi dokter kesempatan untuk melakukan pekerjaan mereka,” imbuhnya.
Ya, dampak ledakan PLTN Chernobyl tak cuma dirasakan wilayah yang dahulu menjadi bagian barat Uni Soviet, termasuk Ukraina. Beberapa negara Eropa pun merasakan imbas dari debu hasil ledakan nuklir itu.
Pada 2020, Sheva dihadapkan dengan pandemi virus corona . Baginya, ini tak jauh beda dengan bencana Chernobyl, yang sudah berlalu 34 tahun. Di masa seperti ini, Sheva tahu semua orang tidak boleh meninggalkan rumah, dan mengikuti anjuran pemerintah.
“Saat ini, saya mengalami situasi yang sangat mirip saat berusia sembilan tahun. Pengalaman dulu dan saat ini adalah masa sulit. Satu-satunya solusi adalah percaya kepada keputusan pemerintah. Kita tidak tahu apakah kami memiliki virus atau tidak," ujar Sheva.
ADVERTISEMENT
“Ada banyak orang yang dapat terinfeksi dan membawa virus lalu menularkannya kepada orang lain tanpa gejala. Kita tidak hanya harus memikirkan diri kita sendiri, tetapi juga orang lain yang bisa kita jangkiti,” imbuh sosok yang pernah membela AC Milan ini.
Kini, pekerja medis tengah berjuang menyembuhkan orang-orang yang positif COVID-19 . Hal itu juga yang mengingatkan Sheva kerja keras paramedis dan dokter saat bencana Chernobyl.
“Semua dokter di dunia melakukan pekerjaan dengan baik, para perawat, dan sukarelawan. Terima kasih banyak atas semua yang Anda lakukan untuk kami. Anda benar-benar pahlawan di zaman kita,” pungkas sosok berusia 43 tahun tersebut.
===
*kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!
ADVERTISEMENT