Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Oke, kami cukup mengerti betapa kecewanya para pencinta liga-liga top Eropa yang harus gigit jari di akhir pekan ini. Tentang bagaimana mereka mesti menunda hasrat mingguan lantaran keberadaan jeda internasional. Menyaksikan perburuan titel Premier League, berharap Real Madrid menyusul Barcelona di tabel klasemen La Liga, atau berharap Juventus tergelincir secara kontinyu agar terkejar Napoli serta duo asal Milan (Inter Milan dan AC Milan.
ADVERTISEMENT
Eh, tapi tunggu dulu. Kami telah berusaha mencari solusi yang terbaik untuk itu. kumparanBOLA mencoba merangkum para wonderkid (alias pemain muda menjanjikan) yang berpotensi mencuri perhatian bersama negara mereka masing-masing di jeda internasional nanti. So, Anda tak perlu bosan lantaran lagi-lagi melihat penggawa tim nasional (timnas) yang itu-itu mulu dan tertundanya hasrat untuk menyaksikan tim favorit mentas di ajang liga.
David Neres (22 Tahun)
Tak ada Neymar, David Neres pun jadi. Ya, Neres jadi pilihan Tite untuk mengisi kekosongan sisi sayapnya lantaran bintang Paris Saint-Germain itu absen karena cedera. Bila masih belum tahu siapa sosok Neres, ia adalah pengantar mimpi buruk Real Madrid di babak 16 besar Liga Champions lalu.
ADVERTISEMENT
Pemain berpostur 175 cm itu berkontribusi langsung dalam gol-gol Ajax Amsterdam ke gawang Madrid. Sebiji assist dibuatnya pada pertemuan pertama, sedangkan satu gol disumbangkannya di perjumpaan selanjutnya.
Kombinasi dari kecepatan, kemampuan dribel, serta visi, membuatnya layak untuk menjadi senjata di sisi tepi. Yah, sebelas-dua belas dengan yang rutin dilakukan Neymar.
Torehan 8 assist dibuatnya untuk Ajax di Eredivisie--terbanyak kedua setelah Hakim Ziyech--bisa dijadikan acuan. Urusan mencetak gol, kemampuan Neres juga tak bisa dikesampingkan. Dwigol ke gawang Fortuna Sittard di laga Eredivisie pekan 24 lalu jadi bukti ketajamannya yang teraktual.
Eder Militao (21 Tahun)
Lagi-lagi tentang Madrid. Bila Neres adalah momok yang menyingkirkan El Real di Liga Champions, Eder Militao adalah sebaliknya. Pemain berusia 21 tahun itu merupakan calon bek masa depan Madrid usai digaet dari FC Porto dengan mahar 50 juta euro sepekan lalu.
ADVERTISEMENT
Meski belum genap semusim mencicipi atmosfer sepak bola Eropa, Militao sudah menunjukkan potensinya sebagai bek modern. Selain catatan rata-rata aksi bertahan yang mentereng (2 tekel, 2,1 intersep, dan 4,2 sapuan per laga) Militao juga tergolong mahir untuk urusan distribusi bola. Buktinya tertuang lewat rata-rata 51,4 umpan per laga dibuatnya dan dengan akurasi 80,5%.
Oh, ya, Militiao sendiri telah melakukan debutnya untuk Brasil saat mentas 90 menit penuh versus El Salvador pada September lalu. Jadi, tak menutup kemungkinan Tite bakal menrunkan lagi bek serbabisa saat melakoni uji tanding melawan Panama Sabtu (24/3/19) mendatang.
Declan Rice (20 Tahun)
Pemanggilan perdana Declan Rice ke Timnas Inggris sedikit unik. Ia terpilih menjadi bagian dari skuat Gareth Southgate setelah sempat tiga kali mentas bersama Repubik Irlandia di laga persahabatan.
ADVERTISEMENT
Tentu saja bukan tanpa alasan Southgate mengundang Rice. Peforma impresifnya bersama West Ham United jadi dasar di balik itu.
Rice yang awalnya berposisi sebagai bek sentral itu telah berevolusi di bawah pimpinan Manuel Pellegrini. Kemampuannya dalam mengolah dan mengalirkan bola selain dalam melakukan aksi bertahan, jadi dasar mantan arsitek Manchester City tersebut untuk menurunkannya sebagai gelandang bertahan.
Langkah yang terbukti tokcer. Rice berhasil menjadi gelandang dengan persentase akurasi tertinggi di West Ham sebanyak 85,6%. Satu lagi nilai plusnya: Spesialiasi untuk mencetak gol. Sepasang gol yang dibuatnya di pentas liga cukup untuk dijadikan acuan. Salah satunya, gol kemenangan yang dicetaknya saat The Hammers menaklukkan Arsenal awal Januari lalu.
ADVERTISEMENT
Moise Kean (19 Tahun)
Moise Kean ibarat oase di balik keringnya pemuda potensial yang dipunyai Italia. 2016 lalu, pemain berdarah Pantai Gading tersebut menjadi pemain yang lahir era 2000-an perdana yang mentas di lima liga top Eropa dan Liga Champions.
Tak sampai di situ, Kean juga mejadi pemain kelahiran milenium ketiga yang pertama kali mencetak gol. See? Deretan catatan di atas cukup merepresentasikan kematangan Kean dibanding para pemain seumurannya.
Kiprahnya bersama Juventus di musim ini juga tergolong impresif. Memang, posisinya berbentrokan dengan posisi Cristiano Ronaldo dan Mario Mandzukic sebagai penyerang utama. Itulah mengapa hanya dua kali ia diturunkan sebagai starter oleh Massimiliano Allegri. Di sinilah hebatnya, sebab Kean selalu menjawab kepercayaan yang minim itu dengan gol-golnya.
ADVERTISEMENT
Lihat saja bagaimana kesuksesannya mencetak dwigol ke gawang Udinese di giornata 27. Kean bahkan bisa saja mencetak hat-trick andai diberikan kesempatan sebagai algojo atas penalti yang diinisiasi olehnya. Sementara satu lesakan lainnya tercipta ke gawang Bologna di ajang Coppa Italia.
Jadi, masih yakin tak ingin melihat performa pemain termuda dalam skuat Italia pada jeda internasional kali ini?