Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Patrick Kluivert Dikritik Publik, Benarkah Pelatih Kepala Tak Harus Jago Teknis?
12 Januari 2025 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Anggota Exco PSSI , Arya Sinulingga, membela penunjukan Patrick Kluivert sebagai pelatih baru Timnas Indonesia . Banyak yang meragukan Kluivert karena reputasinya kurang mentereng. Namun, Arya mengibaratkan Kluivert seperti Carlo Ancelotti di Real Madrid, yang dikatakannya tak terlalu jago teknis.
ADVERTISEMENT
“Maka ini seperti mencari Carlo Ancelotti. Ancelotti apakah jago di teknis? Ayo. Enggak kan? Tapi Ancelotti jagoan meramu dan melakukan pendekatan-pendekatan emosi kepada pemain-pemainnya,” tutur Arya kepada kumparan pada Kamis (9/1).
"Ini bisa dibilang Ancelotti atau seperti [Zinedine] Zidane. Apakah Zidane jagoan taktik? Enggak. Tapi dia punya leadership yang kuat,” tambahnya.
Di sisi lain, Nil Maizar mengutarakan pendapatnya. Pelatih Timnas Indonesia selama 2012-2013 itu menekankan bahwa pelatih kepala tim 'Garuda' haruslah memiliki pengalaman yang banyak.
Terkait aspek teknis, Nil merasa Patrick Kluivert telah memiliki kapasitas yang cukup. Sebab, Kluivert telah memiliki lisensi UEFA Pro sebagai buktinya dan juga dari pengalamannya menjadi pelatih selama ini, meski CV-nya tak cemerlang.
"Ya begini, kalau secara umum, yang pertama, pelatih timnas itu pastilah mempunyai experience tentang bagaimana dia menjadi pemain sepak bola yang ahli di bidangnya. Patrick memiliki pengalaman di dunia internasional sebagai pemain yang pernah menjadi pemain Timnas Belanda, sangat luar biasa," kata Nil dalam wawancara dengan kumparan pada Sabtu (11/1).
ADVERTISEMENT
"Experience dia sebagai seorang pelatih, dia pernah menjadi asisten pelatih Timnas Belanda dan pelatih kepala Curacao. Terus, dia pasti punya knowledge, artinya dia punya ilmu kepelatihan tentang sepak bola baik secara umum, secara keseluruhan, maupun detail-detailnya menguasai taktikal strategi, bagaimana bertahan-menyerang, dan dia mendapat lisensi UEFA Pro yang berarti kapasitas dia sebagai pelatih sudah lengkap, tinggal bagaimana dia mengaplikasikan ilmunya yang ada itu ke Indonesia," tambahnya.
Sebagai pelatih, Kluivert terakhir kali melatih di Adana Demirspor, klub asal Turki, pada 2023. Ia dikontrak dua tahun namun hanya bertahan 6 bulan di situ.
Sementara di level timnas, Kluivert pernah menjadi asisten pelatih Timnas Belanda (2012-2014) dan Kamerun (2018-2019). Sebagai pelatih kepala, ia sempat melatih Timnas Curacao selama 2015-2016 dan 2021 (caretaker). Catatannya tidak begitu apik. Dari 14 laga yang dipimpinnya, Curacao cuma menang empat kali dan enam kali kalah.
ADVERTISEMENT
Sekarang, Patrick Kluivert ditemani Alex Pastoor dan Denny Landzaat di Timnas Indonesia. Menurut Nil Maizar, kehadiran dua asisten pelatihnya itu akan sangat membantu Kluivert.
"Apakah bisa besok bagus atau tidak bagus kan tergantung bagaimana Patrick dengan tim pelatihnya bekerja sama, mengevaluasi, mempelajari bagaimana sepak bola Indonesia ini, terutama bagaimana [mengeluarkan potensi] pemain tim nasional yang kemarin main di Kualifikasi Piala Dunia," terang Nil.
"Dia pasti mampu. Ilmu dia, kemampuan dia itu sudah dipakai lisensi itu, berarti dia mempunyai kemampuan di situ [aspek teknis] dan itu yang menjadikannya bisa melatih Timnas Indonesia, Curacao, dan juga melatih tim di Turki [Adana Demirspor]. Kalau dia enggak punya kapasitas atau lisensi, dia enggak bisa dipakai," tandasnya.
ADVERTISEMENT