Paulo Fonseca: Menukangi Roma Adalah Sebuah Kenikmatan

3 Mei 2020 8:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertandingan Serie A antara AS Roma dan Bologna. Foto: Twitter/@officialasroma
zoom-in-whitePerbesar
Pertandingan Serie A antara AS Roma dan Bologna. Foto: Twitter/@officialasroma
ADVERTISEMENT
Italia merupakan medan perang baru bagi Paulo Fonseca. Selama karier kepelatihannya sejak 2005, ia belum pernah menukangi klub Negeri Pizza.
ADVERTISEMENT
Fonseca menempa diri di Portugal selama 11 tahun. Pengalaman menakhodai Porto dan Braga, klub besar di Portugal, membuat Shakhtar Donetsk kepincut meminangnya pada 2016.
Curriculum vitae Fonseca semakin mengilap. Tiga musim bersama Shakhtar, pelatih 47 tahun itu membawa anak asuhnya menjuarai Liga Ukraina tiga kali. Gelar domestik lain, tiga trofi Piala Ukraina dan satu Super Cup Ukraina, juga berhasil disabet.
Kesuksesan itu tak membuat Fonseca puas. Ia haus tantangan. Makanya, pada musim panas tahun lalu ia menerima tawaran AS Roma.
Membesut Giallorossi bukanlah perkara mudah. Serie A tentu lebih sengit ketimbang Liga Ukraina.
Fonseca dibebani target membawa Roma kembali ke jalur Liga Champions, prestasi yang selalu berhasil diraihnya ketika mengarsiteki Shakhtar. Tantangannya, target itu harus direalisasikan dengan bekal skuat berbeda dari musim sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Meski pekerjaan rumah menumpuk, Fonseca mengaku begitu menikmati perjalanan bersama Roma.
“Kami membawa 15 pemain baru (12 di antaranya pada 3 Januari). Dan, ada CEO baru (Guido Fienga), Direktur Olahraga anyar (Gianluca Petrachi), serta saya sebagai pelatih baru," ujar Fonseca kepada ESPN.
Pelatih Roma, Paulo Fonseca, dalam pertandingan Coppa Italia 2019/20 melawan Juventus di Allianz Stadium, Torino. Foto: AFP/Marco Bertorello
“Kami membuat tim baru dari awal dan itu tidak pernah mudah. Namun, saya sangat puas dengan pekerjaan yang telah kami lakukan sejauh ini. Kami banyak berkembang dan saya pikir dalam waktu singkat kami bisa menjadi salah satu tim terkuat di Serie A."
Sepanjang 26 laga Serie A musim 2019/20, Fonseca berhasil membawa Roma menempati tangga kelima (17 kemenangan, 10 seri, dan 9 kekalahan). Sebuah hasil kerja yang layak diapresiasi.
ADVERTISEMENT
“Media dan para suporter sangat intens di sini. Jika Anda ingin melatih tim besar, itu (tantangan) adalah bagian dari pekerjaan. Kalau Anda menghormati mereka, mereka akan menghormati Anda. Saya memimpikan ini dan sekarang saya menjalaninya. Jadi, tentu saja, ini merupakan kenikmatan besar bagi saya,” tutur pelatih asal Portugal tersebut.
Pengalaman kali pertama menginjak Italia membuat Fonseca menemukan pelajaran penting. Di Roma, ia tak bisa lagi memakai pendekatan seperti sebelumnya.
Fonseca tak bisa lagi saklek dengan keinginannya saja. Ia mesti menyesuaikan gaya bermainnya dengan lawan yang dihadapi.
“Tantangan terbesar adalah membangun tim baru. Sebelumnya, saya selalu fokus kepada tim saya dan membiarkan orang lain mengkhawatirkan kami. Saya menyadari di sini (Italia) tidak bisa seperti itu," kata Fonseca.
Para pemain AS Roma merayakan gol. Foto: Vincenzo PINTO / AFP
“Saya harus menemukan keseimbangan antara prinsip-prinsip saya dan apa yang diperlukan untuk bermain di Serie A. Di sini, Anda harus memikirkan bagaimana lawan bermain. Kualitas pembinaan dan taktik setiap lawan sangat tinggi. Anda tidak bisa hanya fokus kepada diri sendiri. Anda harus terus-menerus menyesuaikan diri dengan lawan Anda."
ADVERTISEMENT
Fonseca sudah siap menghadapi setiap kesulitan di Serie A. Soalnya, ia sempat berkonsultasi kepada Jose Mourinho yang pernah menukangi Inter Milan pada 2010.
Kompatriotnya itu memberi wejangan bahwa di Serie A setiap tim tak hanya berpikir untuk bertahan di liga. Semuanya ngotot mencari kemenangan dan mencapai prestasi sebaik mungkin di klasemen.
Tim papan bawah pun tak bisa dipandang remeh karena kerap kali menjadi penakluk klub raksasa.
“Dia (Mourinho) benar. Semua ingin menang dan itu positif. Ini melelahkan, tetapi juga merangsang. Saya belajar dan meningkat setiap minggu. Mungkin ini mengejutkan. Setiap pertandingan menguras tenaga, sebuah tantangan nyata secara taktik. Setiap pertandingan punya kisahnya sendiri. Anda tidak pernah bisa santai.”
“Anda bersiap, tetapi sulit untuk tahu persis bagaimana mereka akan bermain. Di Shakhtar dulu, kami adalah tim yang dominan. Kami memainkan menguasai permainan di setiap pertandingan. Di sini berbeda. Anda tidak bisa bermain hanya dengan satu cara. Anda harus beradaptasi,” ujar Fonseca.
ADVERTISEMENT
Well, saat ini Serie A berhenti sementara demi pencegahan penyebaran virus corona. Namun, bukan berarti target yang dibebankan kepada Fonseca ikut berubah.
Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) memutuskan akan melanjutkan kompetisi. Artinya, Roma kembali harus bersiap.
Fonseca sudah menyusun rencana demi mewujudkan targetnya. Pekan depan, ia kembali bekerja bersama tim setelah pemerintah region Lazio (tempat Kota Roma berada) mengizinkan olahraga beregu memulai aktivitasnya pada 6 Mei.
“Minggu depan pemain Roma akan menjalani tes medis dan memulai sesi latihan individu—dengan menerapkan protokol jarak aman—di pusat pelatihan Trigoria. Roma berterima kasih kepada pemerintah terkait kepekaan terhadap olahraga beregu," tutup Fonseca.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
---
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.
ADVERTISEMENT