Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Peran Trequartista yang Membebaskan Dybala
19 Februari 2019 21:43 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
ADVERTISEMENT
Prestise untuk Paulo Dybala datang dalam rupa kesempatan untuk bertandem dengan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Tapi keberuntungannya datang dalam bentuk kebebasan bermain sebagai trequartista di bawah kepelatihan Massimiliano Allegri.
ADVERTISEMENT
"Setelah berkesempatan untuk bermain bersam Lionel Messi di Argentina sekarang saya bertandem dengan Cristiano Ronaldo. Kesempatan macam ini selalu menjadi hal positif karena saya bisa selalu belajar dari pemain-pemain terbaik," jelas Dybala, dikutip dari laman resmi UEFA.
Perjalanan Dybala di Serie A 2018/19 tidak mulus. Sebelum pertandingan pekan ke-24 melawan Frosinone, Dybala sempat mandul dalam 10 pertandingan Serie A beruntun. Tapi, tak ada situasi pelik tanpa akhir. Dybala akhirnya kembali mempersembahkan gol untuk 'Si Nyonya Tua'.
Keberhasilan Dybala tersebut tidak dapat dipisahkan dari keputusan Allegri yang mendapuknya untuk bermain sebagai trequartista di belakang duet penyerang Ronaldo dan Mario Mandzukic dalam formasi 4-3-1-2.
Peran trequartista tak sekadar gelandang serang biasa, tapi juga sebagai kreator serangan dan muncul sewaktu-waktu saat dibutuhkan untuk mencetak gol dari lini kedua. Lebih kompleks, mereka dibebani tugas untuk juga menyelesaikan peluang itu sendiri tanpa mengesampingkan peran sebagai pemrakarsa peluang.
ADVERTISEMENT
Tugas ini dilakoni Dybala dengan piawai. Setidaknya ada empat umpan kunci yang ditorehkannya di sepanjang pertandingan.
Kebebasan yang muncul di laga melawan Frosinone itu sebenarnya bukan pemandangan baru. Peran itulah yang diembannya saat Juventus belum menjadi rumah bagi Ronaldo. Hasilnya brilian, Dybala mencetak 26 gol untuk Juventus di lintas ajang 2017/18.
Namun, kedatangan si bintang Portuga seolah-olah merampas kebebasan Dybala. Angin segar berhenti berembus dari permainan olah bolanya. Apa boleh buat, demi mengakomodir Ronaldo, Allegri mengubah formasi menjadi 4-3-3 sehingga Dybala mesti digeser ke area sayap.
Dengan menggunakan skema ini, Allegri berharap Ronaldo juga mendapat sokongan dari sisi sayap--peran yang bukan menjadi ciri khas Dybala. Hasilnya memang moncer, tapi hanya untuk Ronaldo.
ADVERTISEMENT
Walau berstatus sebagai 'anak baru Kota Turin', Ronaldo tampil mengesankan dengan 18 gol dalam 23 pertandingan Serie A (sebelum melawan Frosinone). Itu belum ditambah dengan tujuh assist yang berhasil ia catatkan. Sementara, Dybala yang bermain dalam 20 pertandingan di kompetisi sama cuma membukukan dua gol dan empat assist.
Namun, Allegri agaknya juga tak mau anak asuhnya yang satu ini terpuruk lama. Percobaan pada laga melawan Frosinone itu berhasil sehingga tak ada salahnya untuk berharap sistem permainan demikian akan kembali digunakan oleh Allegri.
"Sejak tiba di sini, saya bermain di banyak posisi. Allegri memberikan kebebasan bagi saya untuk mengekspresikan permainan saya sendiri dan membiarkan saya tampil sesuai dengan gaya saya," jelas Dybala.
ADVERTISEMENT
"Saya pikir, kepercayaan sangat penting dan perasaan menyenangkan itu akan muncul saat seorang pemain merasa bahwa ia menjadi bagian dari klub besar yang terus mengejar gelar," ucap Dybala.
Pertandingan melawan Frosinone memang sudah dimenangi Juventus. Namun, bukan berarti jaminan kemenangan menjadi prestise yang bisa mereka bawa saat turun arena.
Terdekat, laga leg pertama babak 16 besar Liga Champions 2018/19 sudah menanti. Tak tanggung-tanggung, yang menjadi lawan adalah Atletico Madrid yang terkenal dengan tembok pertahanan kokohnya itu. Maka, pertandingan seperti ini bukannya tak mungkin untuk menjadi ujian sesungguhnya bagi Dybala.