Piala Presiden di Tengah Tahun Politik dan Kelimbungan Federasi

28 Februari 2019 16:44 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Final Piala Presiden 2018 Foto: Antara/Akbar Nugroho  Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Final Piala Presiden 2018 Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Piala Presiden menjelma menjadi agenda rutin sebelum kompetisi dimulai. Edisi 2019 merupakan penyelenggaraan keempat yang direncanakan bergulir pada 2 Maret mendatang.
ADVERTISEMENT
Berawal dari sebuah turnamen tahun 2015 yang mengisi kekosongan agenda sepak bola lantaran PSSI dibekukan FIFA, kini Piala Presiden membawa tajuk turnamen pramusim rutin. Membawa nama “presiden” dengan kata lain ikut memboyong keterlibatan Presiden Joko Widodo.
Pada tiga pergelaran sebelumnya (2015, 2017, dan 2018) Presiden Jokowi hadir langsung dalam pembukan dan penutupan. Bahkan, Jokowi pun menaruh 'tangan kanan' agar penyelenggaraan Piala Presiden terkontrol.
Tak heran jika dalam setiap perhelatan selalu ada nama Maruarar Sirait yang bertindak sebagai Ketua Steering Committe (SC) Piala Presiden. Ara—sapaan Maruarar—yang merupakan politisi asal PDI Perjuangan berujar bahwa Presiden Jokowi memberikan amanat langsung agar menjadi turnamen percontohan.
Maruarar Sirait--Ketua Steering Committee Piala Presiden 2019. Foto: Ferry Adi/kumparan
Piala Presiden memang menawarkan transparansi. Karena itu, panitia Piala Presiden selalu bekerja sama dengan auditor andal bernama Pricewaterhouse Coopers (PwC).
ADVERTISEMENT
“Ini kali keempat saya dipercaya sebagai Ketua SC. Saya baru diminta kemarin siang (26/2/2019) saat pertemuan dengan Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria, dan Pieter Tanuri (Komite Eksekutif PSSI) dan Iwan Budianto (Wakil Ketua Umum PSSI). Saya berharap kualitas, integritas, dan transparansi di tiga penyelenggaraan sebelumnya dipertahankan. PwC mendukung audit soal dana sehingga turnamen ini tetap transparan,” kata Ara, Rabu (27/2/2019).
Ara lebih lanjut menuturkan keterlibatan PwC bisa mendukung industri sepak bola berjalan lebih baik. Industri sehat sebagaimana maksud Ara merujuk prinsip dasar audit di mana keuangan menjadi terpantau publik sehingga tak ada pengaturan skor atau sepak bola negatif.
Selain itu, Piala Presiden menawarkan sinergi apik antara gugus kerja. Sebagai informasi, dalam kepanitian Piala Presiden terdapat steering committe, organizing committe (OC), dan PwC. Dalam koordinasi tersebut, pihak penyelenggara berusaha menjalankan turnamen tanpa bantuan dana pemerintah atau BUMN. Malah, Piala Presiden ingin menjalankan industri di sekitar sepak bola seperti ekonomi kerakyatan (pedagang kaki lima) serta menjadi hiburan berkualitas.
ADVERTISEMENT
“SC mengarahkan dan mengontrol. PwC mengaudit dan OC menjalankan turnamen,” ujar Ara.
Hanya saja yang menjadi sorotan ialah soal waktu penyelenggaraan tahun ini. Tahun yang erat dengan pesta demokrasi ini membuat Piala Presiden sarat muatan politik. Sebagai ajang 'milik' Jokowi', Piala Presiden tentu sangat riskan dengan pandangan mendongkrak suara selama masa kampanye pemilihan presiden.
Namun, Ara menampik isu tersebut. “Ini ‘kan Piala Presiden, bukan Piala Calon Presiden,” katanya.
Piala Presiden akan kembali dihelat Januari 2018. Foto: Facebook/Piala Presiden
Terlepas dari penyelenggaraan penuh kontroversi itu, rasanya Piala Presiden juga melihat kondisi terkini federasi. Sebagai operator Piala Presiden, PSSI kini tengah diterpa badai.
Tak ayal jika saat penandatanganan nota kesepahaman dengan PwC, Rabu (27/2/2019), ada perubahan dalam struktur OC Piala Presiden. Ara menunjuk Risha Adi Wijaya sebagai Ketua OC Piala Presiden. Sebelumnya, Ketua OC Piala Presiden dijabat Iwan Budianto.
ADVERTISEMENT
“Hari ini ada dua acara. Pertama, memperkenalkan Ketua SC Piala Presiden. Saya mewakili Komite Eksekutif PSSI melihat selama ini Pak Ara berkengalaman tiga kali dan hasilnya sangat bagus memimpin Piala Presiden. PSSI memutuskan menunjuk Pak Ara kembali untuk menjadi Ketua SC Piala Presiden," kata Pieter Tanuri.
"Walaupun tahun ini tahun pemilu banyak pertimbangan. Namun, semua demi sepak bola Indonesia. Kedua, penunjukkan ada PwC karena Pak Ara ingin transparan. Beliau tidak mau kalau tidak transparan. Sementara Ketua OC dijabat Pak Risha menjalankan kegiatan sehari-hari berhubungan operasional Piala Presiden,” ujarnya.
Pieter enggan menyebut alasan mendepak Iwan Budianto dari Ketua OC Piala Presiden. Ia berkilah bahwa Risha lebih punya pengalaman menjalankan turnamen ketika menjadi CEO PT Liga Indonesia Baru.
ADVERTISEMENT
“Operator tetap PSSI. Mungkin Pak Ara sudah biasa bekerja sama dengan Pak Risha. Biarkan Pak Risha menjalankan operasional,” tutur Pieter.
Ketika dipojokkan soal jabatan Iwan yang baru, Peter tampak kebingungan.
“Itu disebutnya bagiamana, ya. Pokoknya muncul Risha (sebagai Ketua OC Piala Presiden). Dia (Iwan) ‘kan menjabat Wakil Ketua Umum PSSI. Kalau di sini (Piala Presiden) saja jadi susah menjelaskan. Jadi, menurut saya secara de jure ketuanya tetap Pak Iwan, tapi yang menjalankan Pak Risha. Kalau tidak salah, Pak Iwan itu sebagai dewan penasihat,” ujar Peter.
Penyelenggaraan Piala Presiden 2019 memang masih menyisakan tanda tanya. Selain kontroversi soal waktu atau terkesan dipaksakan pada tahun politik, Piala Presiden juga tampaknya memahami betul badai yang sedang menimpa PSSI.
ADVERTISEMENT