Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
"Selalu ada hikmah di balik musibah."
Petuah itu begitu relevan dengan apa yang dialami pesepak bola muslim di era pandemi virus corona sekarang. Ya, ada hikmah terpendam di balik berhentinya kompetisi gara-gara wabah COVID-19. Mereka bisa berpuasa layaknya umat Islam lainnya.
ADVERTISEMENT
***
Bagi para pemain Muslim, Bulan Ramadhan bukanlah sesuatu yang bisa mereka lewati dengan mudah. Apalagi buat mereka yang bermain di Eropa.
Pantangan untuk makan dan minum memengaruhi asupan nutrisi sang pemain. Ada beberapa pemain yang memilih untuk tidak melakukan puasa . Ada juga yang tetap berpuasa selama pertandingan.
Pemain Muslim yang pernah main di Arsenal , Vassiriki Abou Diaby, menyatakan betapa sulitnya berpuasa di tengah kompetisi. Kebetulan Bulan Ramadhan di Inggris seringnya jatuh di periode musim panas. Sebagai gambaran, suhu di wilayah Hampton, Greater London, rata-rata mencapai 29,1 derajat celsius pada periode tersebut.
Belum lagi dengan durasi puasa di Inggris yang mencapai 19 jam atau sekitar enam jam lebih lama dibanding Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Itu adalah saat yang paling sulit untuk berpuasa, karena hari-hari yang panjang, karena panas. Sangat sulit untuk berpuasa selama pramusim. Setiap pemain berbeda-beda, ada beberapa pemain yang dapat mengatasinya," ucap Diaby, dilansir situs resmi FA.
Untungnya, Bulan Ramadhan tahun ini bertepatan dengan penangguhan kompetisi. Alhasil, para pemain muslim bisa melaksanakan ibadah puasa lebih mudah ketimbang biasanya.
Hal tersebut diungkapkan oleh Youssef Mohamad, mantan pemain Timnas Libanon dan juga kapten FC Koeln.
"Nihilnya aktivitas sepak bola saat ini merupakan kabar baik bagi para pemain Muslim," kata Youssef kepada FIFA.com.
"Mereka dapat berpuasa di bulan suci tanpa kelelahan akibat menempuh latihan dan pertandingan. Pada Ramadhan ini, mereka mengalami suasana yang tak biasa."
ADVERTISEMENT
Islam Slimani termasuk dalam salah satu pemain yang dimaksud. Striker AS Monaco itu merasa bungah dengan Bulan Ramadhan kali ini. Dia tak kudu bermain bola sambil menahan lapar dan dahaga seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Ini adalah hal yang baik untuk pemain Muslim. Dalam bulan-bulan Ramadhan sebelumnya, saya biasa berpuasa selama pelatihan dan pertandingan. Sama seperti semua umat Muslim lainnya, bagi saya Ramadhan adalah bulan suci," kata Slimani.
"Beberapa pemain tidak dapat berpuasa selama pertandingan Ramadhan. Namun tahun ini, mereka tidak mengalami dilema seperti itu lagi."
Tak ketinggalan pula eks penggawa Watford, Adlene Guedioura. Dia bisa menjalankan puasa tanpa perlu menempuh latihan dan pertandingan sebagaimana musim-musim lalu.
Bukan hanya bisa berpuasa dengan normal, pandemi virus corona sekarang ini membuat para pemain Muslim bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarganya.
ADVERTISEMENT
Pemain Muslim asal Prancis, Wilfried Moimbe, merasakan betul hal tersebut. Eks full-back Nantes itu mengatakan fase karantina membantunya mewujudkan family time yang lebih panjang.
"Karantina virus corona itu sangatlah buruk, di satu sisi ada elemen positif untuk para pemain Muslim," ungkap Moimbe.
"Berpuasa di rumah pada tahun ini memberi saya kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga serta membantu orang-orang di sekitar --sesuatu yang tidak dapat kami lakukan di masa lalu."
-----
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona . Yuk, bantu donasi atasi dampak corona.