Pratinjau Brasil vs Meksiko: Waspadai Sayap-sayap 'El Tri'

2 Juli 2018 15:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi gol para pemain Brasil. (Foto: Andrew Boyers/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi gol para pemain Brasil. (Foto: Andrew Boyers/Reuters)
ADVERTISEMENT
Brasil perlahan mulai menampakkan eksistensinya sebagai tim unggulan Piala Dunia. Setelah ditahan imbang Swiss dan dengan susah payah menaklukkan Kosta Rika, juara lima kali Piala Dunia itu bangkit. Mereka merampungkan fase grup dengan kemenangan 2-0 atas Serbia sekaligus finis sebagai juara Grup E.
ADVERTISEMENT
Laju Brasil di babak 16 besar ini seakan berjalan mudah, sebab mereka 'hanya' akan berhadapan dengan Meksiko di Samara Arena, Senin (7/2/2018) malam WIB. Dikatakan mudah lantaran El Tri mengalami anti-klimaks di laga pamungkas grup. Usai menundukkan Jerman serta memukul Korea Selatan, Guillermo Ochoa dan kolega malah dicukur tiga gol tanpa balas dari Swedia.
Selain itu rekor pertemuan menunjukkan jika Brasil lebih perkasa karena memenangi empat dari enam perjumpaan terakhirnya dengan Meksiko di semua ajang. Sedangkan mereka cuma mampu sekali menjungkalkan 'Tim Samba' dan satu laga sisanya berakhir imbang.
Brasil memang lebih dinggulkan, akan tetapi bukannya mereka tanpa masalah. Besar kemungkinan Marcelo tak akan diturunkan dalam laga nanti. Meski kondisinya telah membaik, Tite tak mau ambil risiko dan diprediksi akan menurunkan bek kiri lainnya, Filipe Luis.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, Marcelo tak berperan sebagai full-back biasa. Ia mengemban tugas lebih untuk menjadi playmaker dan membangun serangan dari sisi sayap. Luis sendiri memang tak secepat Marcelo, akan tetapi kontribusi menyerangnya bisa dijadikan penawar dari ketiadaan bek berambut keriwil itu.
Satu titik lagi yang menarik perhatian: full-back kanan. Danilo yang masih berkutat dengan cedera memaksa Tite menurunkan Fagner. Pemain berusia 29 tahun itu jadi satu-satunya starter yang bermain di liga lokal.
Oke, sejauh ini pemain milik Corinthians itu tampil ciamik untuk menggantikan pos Danilo, tetapi kapasitasnya belum teruji benar karena baru menghadapi Kosta Rika dan Serbia yang tak cukup kuat di sektor sayap.
Nah, ujian sebenarnya baru akan terjadi saat berhadapan dengan Meksiko nanti. Apalagi, pasukan Juan Carlos Osorio mengandalkan sisi tepi sebagai tumpuannya, melalui kombinasi Javier Chicharito, Carlos Vela, dan Hirving Lozano.
ADVERTISEMENT
Akselerasi dan kemampuan ketiganya dalam mengkreasi peluang sekaligus mengakhirinya jadi nilai plus dari ketiga pemain tersebut. Lebih jauh lagi, porsi untuk mengakomodir umpan kunci diberikan kepada Carlos Vela. Sedangkan Hirving Lozano memperkaya opsi dengan kemampuan dribelnya, dibantu dengan Chicharito yang piawai dalam penempatan posisi. Itulah mengapa tiga gol yang sudah dihasilkan Meksiko berasal dari kontribusi ketiganya.
Pemain Meksiko merayakan gol. (Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Meksiko merayakan gol. (Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach)
Nah, untuk mengatasi senjata mematikan Meksiko, Brasil kudu berkaca dari kekalahan Jerman di laga perdana. Full-back yang terlalu intens melakukan overlap nyatanya jadi senjata makan tuan tim besutan Joachim Loew itu.
Di sinilah benang merahnya, sebab sepasang full-back Brasil juga kerap naik untuk membantu serangan, tak terkecuali Fagner. Dengan sistem demikian, lini tengah Brasil yang harus menanggung konsekuensinya, khususnya Casemiro dan Paulinho untuk tetap menjaga kedalaman dalam mode menyerang.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini tak ada yang perlu dikhawatirkan karena Casemiro aktif dalam melancarkan aksi bertahan. Mantan penggawa FC Porto itu membukukan rata-rata 3,7 tekel dan 2 intersep per laga, terbanyak di antara rekan-rekan setimnya.
Selain itu keberhasilan Brasil sejauh ini tak bisa dilepaskan dari kejelian Tite dalam memaksimalkan peran Philippe Coutinho. Ya, salah satu biang kegagalan mereka meraup poin penuh dari Swiss di laga perdana tak bisa dilepaskan dari tersendatnya performa Neymar.
Swiss mengambil cara paling mudah untuk menghentikan Brasil saat itu: Mematikan Neymar. Namun, kini mematikan pemain termahal di dunia itu tak lagi relevan. Kehadiran Coutinho tak membuat Brasil melulu mengandalkan aksi individu Neymar saja, melainkan dengan opsi tendangan jarak jauh.
ADVERTISEMENT
Nilai plus lain penggawa Barcelona itu adalah kemampuannya dalam memprakarsai peluang. Membuatnya menjadi pemain yang selalu berkontribusi langsung atas gol Brasil pada tiga laga di fase grup -- satu gol dan dua assist.
Kabar baiknya, barisan pertahanan Meksiko tak bagus-bagus amat. Tengok saja gol pertama Swedia yang dicetak Ludwig Augustinsson, acuan betapa buruknya koordinasi lini belakang mereka. Belum lagi dengan kecerobohan Edson Alvarez yang berujung gol bunuh diri 24 menit berselang.
Sepanjang babak penyisihan, Meksiko paling tidak menelan 7 tembakan di setiap laganya. So, tak berlebihan jika menganggap kegemilangan Ocha yang membuat mereka hanya kebobolan empat gol hingga sekarang.
Thiago Silva & Gabriel Jesus vs Kosta Rika. (Foto:  REUTERS/Carlos Garcia Rawlins)
zoom-in-whitePerbesar
Thiago Silva & Gabriel Jesus vs Kosta Rika. (Foto: REUTERS/Carlos Garcia Rawlins)
Situasi demikian berbeda dengan Brasil yang baru kebobolan satu gol sejauh ini. Itu pun cuma berasal dari eksekusi bola mati, jadi bukti bila barisan pertahanan mereka cukup tangguh untuk mengantisipasi build-up serangan lawan.
ADVERTISEMENT