Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Tidak sampai hitungan jam setelah dipastikan berhasil membawa Atalanta lolos ke Liga Champions 2019/20, Gian Piero Gasperini menyampaikan sebuah ultimatum kepada presiden klub, Antonio Percassi.
ADVERTISEMENT
Gasperini ketika itu sedang berada di persimpangan. Dua pilihan yang sama-sama menarik tersaji di depannya: Bertahan di Atalanta atau menyeberang ke Roma.
Meskipun hanya bermain di Liga Europa 2019/20, Roma tetap jadi opsi menarik bagi Gasperini. Pasalnya, bersama klub itu dia dipastikan bakal mendapat sokongan dana lebih besar untuk membentuk tim yang lebih kuat.
Di sisi lain, Atalanta adalah pencapaian terhebat dalam karier Gasperini. Klub yang sebelumnya identik dengan label 'yoyo' itu dia sulap menjadi sebuah unit sepak bola elite.
Hanya, di balik keberhasilan itu, ada sejumput kekhawatiran dalam benak Gasperini. Berlaga di Liga Champions bukan perkara sepele. Dia tidak mau Atalanta cuma menumpang lewat di sana.
Maka, ultimatum tadi pun disampaikan kepada media. Caranya bicara memang halus, tetapi pesannya amat mengena. Kata Gasperini, dia bisa jadi tidak akan bertahan kalau tidak dibelikan pemain berkualitas.
ADVERTISEMENT
Mendengar itu, Percassi bergerak cepat. Pertama-tama, kontrak Gasperini dulu dia perbarui. Setelahnya, mantan pemain junior Atalanta itu pun memenuhi permintaan sang pelatih.
Pada bursa transfer musim panas lalu Atalanta mendapatkan uang hampir 60 juta euro hasil menjual dan meminjamkan pemain. Sebagiannya pun digunakan Percassi untuk mendatangkan pemain baru.
Tak tanggung-tanggung, Atalanta kemudian merekrut pemain termahal dalam sejarah klub dalam diri Luis Muriel . Dengan biaya transfer mencapai 15 juta euro, pemain ini didatangkan dari Sevilla.
Keputusan mendatangkan Muriel ini sebenarnya agak berisiko. Sebab, striker asal Kolombia tersebut bukanlah pemain depan tertajam yang ada.
Musim lalu bersama Fiorentina, Muriel cuma mencetak 6 gol dari 19 laga. Alasan mengapa Muriel bisa sampai ke Fiorentina pun karena dia kesulitan bersaing di Sevilla.
Pada musim 2017/18, dia bermain 37 kali di La Liga dan Liga Europa tetapi hanya bisa menyarangkan 7 gol. Akibatnya, pada paruh pertama musim 2018/19 dia hanya dimainkan 11 kali oleh Sevilla dengan torehan 3 gol.
ADVERTISEMENT
Maka, keputusan Atalanta merekrutnya sebagai pemain termahal dalam sejarah klub jelas patut dipertanyakan. Untuk apa mereka membeli Muriel ketika kompatriotnya, Duvan Zapata, jauh lebih tajam di depan gawang lawan?
Sebagai perbandingan, Zapata yang sebelumnya memegang rekor sebagai pemain termahal Atalanta mampu mencetak 23 gol di Serie A musim lalu. Itu lebih banyak dari catatan gol Muriel selama dua musim.
Lalu, mengapa Atalanta rela mengeluarkan uang banyak untuk Muriel ?
Ada tiga alasan untuk itu. Pertama, Muriel punya pengalaman di Serie A. Sebelum bergabung dengan Sevilla, dia pernah menghabiskan waktu cukup lama bersama Udinese dan Sampdoria.
Selain itu, Muriel juga punya pengalaman di Liga Champions. Ini adalah sesuatu yang tidak dimiliki sebagian besar pemain Atalanta. Ini pulalah alasan Atalanta mendatangkan Martin Skrtel meski kemudian melepasnya lagi ke Bashakshehir.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Muriel adalah striker serbabisa. Sebagai seconda punta, Muriel memang tidak cuma bertugas mencetak gol, tetapi juga mengkreasi peluang. Kecuali pada musim 2018/19 bersama Fiorentina, Muriel selalu bisa menghasilkan assist untuk tiap tim yang diperkuatnya.
Dengan atribut seperti ini, Muriel memang dibutuhkan oleh Atalanta. Lagipula, klub berjuluk La Dea ini tak lagi memiliki striker senior pendamping Zapata usai menjual Andrea Petagna dan meminjamkan Andreas Cornelius.
Maka, pada akhirnya, pembelian Muriel ini jadi masuk akal. Pembelian ini makin terjustifikasi setelah Zapata mengalami cedera di jeda internasional. Keberadaan Muriel pun makin terasa manfaatnya.
Menariknya, walaupun hanya berstatus sebagai pelapis, Muriel saat ini lebih subur ketimbang Zapata. Dengan raihan 8 gol, Muriel hanya kalah dari Ciro Immobile untuk urusan jumlah gol terbanyak di Serie A.
ADVERTISEMENT
Tak cuma itu, Muriel pun menjadi striker paling efisien di liga saat ini. Muriel cuma butuh 44 menit untuk tiap gol yang dicetaknya. Immobile yang sudah membobol gawang lawan 12 kali itu punya rasio 1 gol per 66 menit.
Sekarang, setelah pertanyaan mengapa Muriel dibeli terjawab, pertanyaan lain muncul. Apa yang menjadi rahasia di balik ketajaman Muriel ini?
Pertanyaan ini sebenarnya lebih sulit dijawab ketimbang pertanyaan soal alasan Atalanta membeli Muriel tadi. Pasalnya, tidak ada benang merah yang jelas antara gol-gol yang sudah dicetak pemain 28 tahun tersebut.
Separuh dari total gol Muriel sejauh ini dia cetak dari bola mati. Tiga dari titik penalti, satu lewat tendangan bebas. Kemudian, dua gol lain lahir lewat sepakan jarak jauh, satu lewat umpan terobosan, dan satu lagi dari umpan silang.
ADVERTISEMENT
Dari sini, tidak ada alasan lain di balik tingginya efisiensi Muriel selain karena dia memang pandai memanfaatkan peluang. Tentu saja, agresivitas Atalanta sangat membantu dirinya tetapi memang tidak ada alasan spesifik lain untuk menjelaskan produktivitasnya.
Lagipula, Muriel sendiri sebenarnya tidak konsisten mencetak gol. Delapan gol yang dia lesakkan itu lahir hanya dari empat pertandingan dan hanya di laga melawan SPAL dia tidak mencetak gol lewat bola mati.
Sekarang, bandingkan dengan Zapata. Gol yang dia cetak (6) memang masih kalah banyak dibanding Muriel. Namun, jumlah laga di mana Zapata mencetak gol (5) masih lebih banyak. Ditambah lagi, Zapata sudah mencatatkan 2 assist, sementara Muriel belum sama sekali.
Artinya, bisa jadi tingginya efisiensi Muriel dalam mencetak gol ini hanyalah kebetulan. Namun, bukan berarti dia kemudian layak dicoret begitu saja. Biar bagaimana juga, 8 gol dalam 352 menit adalah catatan spesial.
Dengan apa yang dia torehkan sejauh ini, Muriel adalah sumber gol alternatif yang bisa diandalkan oleh Atalanta, khususnya jika Zapata berhalangan tampil. Muriel bisa mencetak gol-gol krusial dengan cara yang tidak biasa.
ADVERTISEMENT
Dua gol jarak jauh ke gawang SPAL dan satu tendangan bebas ke gawang Lazio adalah bukti bahwa Muriel merupakan sumber gol yang tidak konvensional. Namun, perannya memang hanya sampai di situ, sebagai alternatif.
Dengan sistem bermain seperti yang dipunyai Atalanta, Muriel tidak bakal mendapat tempat sebagai striker utama. Saat Zapata sembuh nanti, bisa dipastikan Muriel akan kembali ke bangku cadangan.
Apalagi, Atalanta sendiri sudah punya dua kreator ulung dalam diri Josip Ilicic dan Papu Gomez. Bahkan, dua pemain ini tak hanya bisa mengkreasi, tetapi juga mencetak gol. Ditambah Zapata sebagai ujung tombak, lengkap sudah komposisi lini serang Atalanta.
Akan tetapi, justru di sinilah seninya. Atalanta punya pakem yang jelas dan ketika itu tidak bekerja mereka butuh 'preman' yang bekerja di luar sistem seperti Muriel . Sejauh ini, 'preman' 15 juta euro ini mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
ADVERTISEMENT