PSM Madiun: Klub Pendiri PSSI yang Terlupakan

12 Juni 2019 13:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lgo PSM Madiun. Foto: Twitter/@PsmMadiun
zoom-in-whitePerbesar
Lgo PSM Madiun. Foto: Twitter/@PsmMadiun
ADVERTISEMENT
19 April 1930. Hari bersejarah bagi sepak bola Indonesia. Karena saat itu Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia didirikan dengan Ir. Soeratin Sosrosoegondo sebagai ketuanya.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, federasi yang kini dikenal dengan nama Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) itu tidak lahir begitu saja. Ada tujuh klub yang menginisiasi lahirnya PSSI. Mereka adalah Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ), Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB), Perserikatan Sepakraga Mataram (PSM), Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB), Madioensche Voetbal Bond (MVB), Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM), dan Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB).
Anda mungkin tak familiar dengan nama tujuh klub tersebut. Wajar saja karena tim-tim itu dibentuk dengan mengadopsi Bahasa Belanda. Seiring berjalannya waktu, nama-nama tim tersebut kini telah berubah.
VIJ menjadi Persija Jakarta, BIVB merupakan cikal bakal Persib Bandung, PSM menjadi PSIM Mataram, lalu VVB merupakan Persis Solo, SIVB adalah Persebaya Surabaya, dan MVB menjadi PSM Madiun.
ADVERTISEMENT
Dari ketujuh nama tersebut, praktis hanya PSM Madiun yang kiprahnya jarang terdengar di sepak bola nasional. Seakan tergilas oleh zaman. Ketika Persija dan Persib sudah melebarkan sayapnya hingga kancah Asia, PSM malah seakan terus tertidur di tengah bisingnya dunia si kulit bulat Tanah Air.
Jersey PSM Madiun. Foto: Twitter/@Redswm
PSM sendiri berdiri pada 1929 atau setahun sebelum PSSI dibentuk. Tidak banyak prestasi yang bisa dibuat oleh PSM Madiun. Paling banter, PSM hanya menempati posisi ketiga Piala Indonesia musim 1997/98. PSM kalah dari tetangga mereka, Persebaya Surabaya, ketika menjalani laga perebutan tempat ketiga.
Selebihnya tak ada lagi yang bisa PSM raih. Apesnya, mereka malah dirundung dualisme pada tahun 2011 lalu. Sebabnya, pengalihan dana dari APBD Madiun yang beralih ke Madiun Putra.
ADVERTISEMENT
Wali Kota Madiun saat itu, Bambang Irianto, yang membuat keputusan soal alihan dana ini. PSM Madiun dianggap tak berprestasi dan tidak bisa membanggakan Madiun. Bambang yang juga menjabat sebagai Ketua Pengurus Cabang (Pengcab) PSSI Madiun malah membekukan status PSM.
Hingga akhirnya pada 2018, pembekuan PSM Madiun dicabut. Asosiasi Kota (Askot) PSSI Madiun memulihkan status dari PSM. Alasannya, ingin melihat sang inisiator PSSI itu untuk bangkit dan disegani lagi.
Pendukung PSM Madiun. Foto: Twitter/@Redswm
Tantangan itu dijawab oleh manajemen PSM. Tim pun dipersiapkan untuk mengikuti ajang Liga 3 2019 dengan dimotori produk lokal muda usia. PSM juga melakukan seleksi terbuka untuk pemain-pemain dari luar Madiun. Manajemen telah menggelar seleksi pada April lalu di Stadion Wilis, Madiun.
ADVERTISEMENT
Kebangkitan PSM pun kali terasa lebih spesial menyusul jersi anyar yang dikeluarkan untuk mengarungi Liga 3 musim ini. Akan tetapi, jersi baru tersebut tak akan dipakai pemain saat bertanding karena merupakan memorabilia dari 90 tahun berdiri sekaligus menandai kembalinya PSM Madiun.
Tema yang diambil manajemen di jersi baru ini adalah 'Ajiningro90' atau ajining rogo soko busono yang memiliki arti harga diri badan terlihat dari pakaian. Diinisiasi oleh Reds yang merupakan apparel PSM, jersi ini mengambil warna dasar putih dan abu-abu sebagai corak utama.
Tulisan Madioensche Voetbal Bond terpampang di bagian depan jersi tersebut. PSM pun mengeluarkan video untuk merilis jersi memorabilia ini.
Sekilas, tampak jersi ini begitu elegan. Warna putih dengan abu-abu membuat pandangan menjadi teduh. Desainnya pun sederhana tetapi tetap mampu menampakkan sejarah kebesaran PSM sebagai salah satu inisiator terbentuknya PSSI.
ADVERTISEMENT
Kini, setelah bangkit dari kubur, akankah PSM Madiun mampu menancapkan namanya di level tertinggi persepak bolaan Indonesia? Menarik dinantikan.