RB Depok FC, Proyek Penuh Mimpi Sebatas Mengukur Atensi

30 April 2020 19:50 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kemunculan Red Bull Depok FC langsung membuat heboh. Daya tariknya berasal dari nama.
ADVERTISEMENT
Seakan-akan Red Bull Depok merupakan ‘cabang’ resmi bentukan merek minuman berenergi asal Austria itu, layaknya Red Bull Salzburg, Red Bull Brasil, Red Bull Ghana, New York Red Bull, atau RB Leipzig.
Dalam hitungan minggu, pengikutnya di sosial media naik pesat. Saat ini sudah ada 12 ribu lebih pengikut di Instagram.
Sebelum menggelar peluncuran tim pada 27 April lalu, Red Bull Depok berani menerima preorder jersey home. Berbekal apparel lokal bernama QJApparel plus tempelan logo yang menjadi ciri khas merek Red Bull (gambar dua banteng dan bola)—persis seperti logo Red Bull Salzburg—jersey tersebut sangat digemari.
Diddy Kurniawan, Humas Red Bull Depok, menyebut preorder sudah mencapai 3.000 buah dalam 10 hari.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, keanehan terjadi saat peluncuran tim. Diddy ditemani Yudi Herawan (wakil presiden klub) mengumumkan perkenalan Red Bull Depok sekaligus memastikan perubahan logo dan nama.
Hmm....Diddy beralasan perubahan nama itu demi mendukung upaya mencari legalitas klub. Sekaligus, mempermulus langkah Red Bull Depok mendaftarkan diri sebagai anggota PSSI mulai dari Asosiasi Kota (Askot) Depok hingga Asosiasi Provinsi (Asprov) Jawa Barat.
“Memang ini berkaitan dengan proses akuisisi kami terhadap salah satu tim Liga 3 Jawa Barat. Kami butuh legalitas yang aman untuk persiapan (mendaftarkan) ke PSSI. Sementara harus mencari (nama dan logo) yang benar dulu,” tutur Diddy saat dihubungi kumparanBOLA.
Logo awal ketika muncul pertama dengan nama Red Bull Depok. Foto: Istimewa
Berarti, nama yang muncul di awal-awal itu bukan sebenarnya, ya. Pantas saja, saat peluncuran namanya berubah menjadi RB Depok FC dan logonya tak lagi persis seperti Red Bull Salzburg.
ADVERTISEMENT
Banyak para pengikut yang melakukan preorder jersey pun kecewa. Jersey tidak sesuai dengan desain awal.
Lantas, buat apa menggembar-gemborkan nama Red Bull sejak awal? Padahal, belum ada perjanjian kerja sama dengan pihak Red Bull.
Rupanya, ada maksud tersendiri: Sebatas mengukur atensi pencinta sepak bola Indonesia terhadap merek Red Bull sekaligus mencari sensasi.
RB Depok mendapat dukungan. Memakai label Red Bull—yang belum mendapat pengesahan—ternyata sanggup mendongkrak dukungan.
“Kami cuma terinspirasi merek (Red Bull) ini. Mudah-mudahan di kemudian hari brand ini bisa mendukung. Brand Red Bull ternyata punya banyak penggemar di Indonesia. Ini menunjukkan bahwa banyak yang berharap Red Bull bisa membuka klub di Indonesia. Preorder jersey menjadi tolok ukur kepercayaan.”
ADVERTISEMENT
“Red Bull memberi banyak inspirasi bagi penggemarnya. Kami ingin mengadopsi semangat manajemen sepak bola ala Red Bull. Kami berharap Red Bull bisa menjadi bagian kami ke depan. Hormat kami kepada Red Bull di Wina, Austria. Mudah-mudahan kami menjadi bagian keluarga besar kalian (Red Bull),” kata Diddy.
Meski mengaku belum ada kemitraan dengan Red Bull, pihak RB Depok tak ingin terlihat salah langkah sepenuhnya. Mereka mengklaim sudah ada pembicaraan dengan pihak Red Bull, tapi belum tuntas.
“Sementara ini proses masih berjalan. Negosiasi dengan Red Bull di Austria belum rampung, masih bergerak. Sekarang sepakat dulu dengan nama RB Depok sampai ada jawaban dari Red Bull terhadap surat kami.”
“Intinya perubahan nama dan logo ini terkait legalitas kami, biar aman pas masuk Liga 3. Biar klub yang kami akuisisi pun setuju. RB Depok jadi nama belakang, sementara nama depannya itu milik klub yang kami akuisisi. Jangan sampai begitu selesai akuisisi, kami tersangkut masalah hak cipta. Makanya, nama dan logo berubah,” ujar Diddy.
ADVERTISEMENT
Logo baru RB Depok FC, sebelumnya muncul dengan nama Red Bull Depok FC. Foto: Istimewa
Dugaan Plagiarisme Logo
Kontroversi pemakaian label Red Bull belum seberapa. Masalah berikutnya seakan memberi sinyal kalau RB Depok tak seindah mimpi-mimpinya yang sudah diutarakan.
Malahan, kemungkinan RB Depok akan menjadi salah satu klub bermasalah di Tanah Air.
Dasarnya bisa ditilik dari logo baru yang diperkenalkan saat peluncuran. Logo anyar RB Depok itu menuai protes karena diduga hasil plagiarisme.
Soalnya, sang pencipta logo RB Depok bernama Firman Hendika sempat mengunggah hasil karyanya di Twitter dan Instagram.
Duduk perkara dimulai saat Firman dihubungi pihak QJApparel untuk membuat logo. Negosiasi harga dari perjanjian kerja sudah dibicarakan.
Firman sudah menyelesaikan pekerjaannya dan diunggah ke media sosial. Menjelang peluncuran RB Depok, perjanjian tersebut dibatalkan.
ADVERTISEMENT
Lucunya, apa yang sudah dikerjakan Firman malah dipakai RB Depok. Namun, RB Depok ngeles dengan menyebut hasil karya Firman sebagai referensi bukan dijiplak.
“Tanggal 19 April lalu QJApparel menghubungi saya. Harga sudah deal. Saya sudah buat logonya. Lalu, tanggal 22 April saya dapat kabar dibatalkan. Bilangnya sudah ada logo dari pihak internal klub. Saya pikir tidak apa-apa. Daripada logo mubazir, saya unggah di Instagram. Saya belum kirim ke mereka, kok, tapi sudah diunggah.”
Nah, saat RB Depok peluncuran, saya tidak tahu. Dapat kabar dari teman kalau logo saya dipakai. Pas saya lihat, konsep bantengnya (satu banteng mirip logo Red Bull Leipzig) punya saya. Saya minta klarifikasi dan sempat debat. Saya tanya, kenapa gambar bantengnya sama dengan punya saya? Jawaban mereka, logo itu referensi dari saya. Mereka bersikeras itu referensi bukan hasil jiplak,” kata Firman kepada kumparanBOLA.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, Firman tak ingin mempersulit RB Depok jika hendak memakai logo hasil karyanya. Secara etika, yang terpenting ialah ada komunikasi. Tidak asal comot setelah perjanjian kerja dibatalkan.
“Memang baru bentuk pembicaraan, belum ada hitam di atas putih. Makanya, saya malas menuntut. Ini masalah etika saja. Mungkin kalau memang mau pakai, saya juga tidak masalah. Yang penting permisi dulu. Pasti saya bantu juga,” ujar Firman.
Apa yang disampaikan Firman menegaskan bagaimana RB Depok penuh masalah dalam kemunculannya. Sekaligus, membuka tabir baru.
Pengakuan Firman semakin menguatkan bahwa RB Depok benar-benar ingin menjaring massa dengan sensasi. Saat memesan logo kepada Firman, pihak RB Depok menginginkan logo mirip RB Leipzig dengan sedikit pembeda.
ADVERTISEMENT
Fungsinya demi menggaet atensi. RB Depok jadi tak perlu repot memperkenalkan dan mempromosikan tim.
“Saya dikasih kisi-kisi bentuk perisai dan warna tetap pakai warna dan logo Red Bull. Bantengnya seperti melesat ke atas dengan bola, seperti flash. Font RB Depok tetap mengikuti font Red Bull. Jadi, benang merah afiliasi sama Red Bull tetap ada. Filosofinya mengincar prestasi ke atas. Kalau RB Leipzig ‘kan bantengnya ada dua. RB Depok satu saja.”
“Mereka masih amatir. Proyeksinya ke Liga 3. Nanti nama RB ini bukan Red Bull. Ada nama lain. Cuma siluet logo Red Bull nanti akan ada di jersey buat benang merah kalau klub ini ada afiliasi sama Red Bull. Kira-kira itu briefing dari mereka,” ujar Firman.
ADVERTISEMENT
Meski banyak cela, RB Depok tetap optimistis. Menurut Diddy, mimpi-mimpi besar RB Depok yang telanjur dicetuskan sejak awal akan mulai bisa dilihat pada Agustus mendatang.
“Normalnya akan terlihat pada Agustus. Finalisasi akuisisi, badan hukum, mempersiapkan suporter, serta jajaran pelatih dan pemain. Akuisisi sudah kelar sebenarnya, tinggal daftar ke PSSI saja. Tidak perlu buru-buru.”
“Urusan ke Asprov Jawa Barat ‘kan soal lisensi main di Liga 3. Termasuk soal perkembangan dengan Red Bull di Austria. Namanya sekarang bla bla bla RB Depok. Setahun kemudian bisa RB Depok saja atau sudah pakai Red Bull,” kata Diddy berjanji.
---
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
---
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.
ADVERTISEMENT