Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ryan Mason dan Rajutannya yang Belum Selesai
24 Januari 2017 12:43 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
Merajut pada dasarnya bertujuan untuk mengait sebuah benang melalui lubang tusukan untuk membuat sebuah benang menjadi barang. Prosesnya kadang memakan waktu cukup lama dan bahkan bisa melukai jari tangan. Akan tetapi itulah yang menjadi esensi dari merajut, sebuah proses, berikut alur pengalaman yang menyertainya, yang nantinya akan berbuah hasil.
ADVERTISEMENT
Lusa kemarin, Ryan Mason mengalami cedera parah saat melakoni laga tandang melawan Chelsea di ajang Premier League. Ia bertabrakan dengan Gary Cahill saat berusaha menghalau umpan lambung dari Pedro Rodriguez.
Sundulan kepala kapten Chelsea itu menghantam sisi kanan tengkorak Mason. Meski keduanya sama-sama tergeletak di lapangan, akan tetapi kondisi Mason, 25 tahun, ternyata lebih parah. Setelah sembilan menit menjalani perawatan akhirnya ia segera dilarikan ke Rumah Sakit St. Mary’s Paddington, London, untuk menerima penanganan lebih lanjut.
(Baca: Semoga Lekas Sembuh, Ryan Mason )
Namun bukan kabar baik yang diterima, melainkan sebuah kabar buruk: Mason mengalami retak tulang tengkorak dan harus secepatnya dioperasi. Tragis memang, apalagi ia merupakan pemain termahal dalam sejarah Hull City.
ADVERTISEMENT
Mason sedang merajut kembali kariernya yang sempat naik-turun, setelah 15 tahun bergabung bersama Tottenham Hotspur. Mason sendiri memang merupakan jebolan akademi Spurs. Ia telah bergabung bersama The Lilywhites sejak berusia delapan tahun dan menandatangani kontrak profesionalnya di tahun 2008.
Beruntung, ia langsung melakoni debutnya di musim itu juga, meski hanya masuk sebagai pemain pengganti di laga penyisihan Liga Europa kala berhadapan dengan N.E.C.
Meski sempat bermain, ia tak masuk dalam rencana Harry Redknapp untuk mengarungi musim berikutnya. Cukup logis, pasalnya untuk mengisi pos gelandang tengah ia harus bersaing dengan nama-nama tenar seperti Luka Modrić, David Bentley, Niko Kranjčar, Jermaine Jenas serta Tom Huddlestone. Kemudian Spurs meminjamkannya ke berbagai klub kecil di Inggris seperti Yeovil Town, Doncaster Rovers serta Millwall.
ADVERTISEMENT
Bahkan ia juga sempat merantau ke Prancis untuk berseragam Lorient. Namun, cedera yang dialaminya membuat dirinya jarang mendapat kesempatan bermain. Lalu, ia kembali ke Inggris setelah Swindon Town meminjam jasanya.
Setelah lebih dari lima tahun berlalu-lalang sebagai pemain pinjaman, angin segar mulai berhembus saat Mauricio Pochettino datang ke White Hart Line. Pochettino, yang memang gemar mengorbitkan bibit muda, memberikan kepercayaan bermain untuknya.
Mason menjadi pilihan utama pelatih asal Argentina itu dengan 29 kali berada di starting lineup, serta 2 kali turun sebagai pemain cadangan di ajang Premier League. Kontribusinya ia buktikan melalui sumbangsih 1 gol dan 4 assist dalam semusim.
Periode 2014/2015 memang seakan menjadi klimaks bagi karier Mason, ia juga berhasil melakoni debut perdananya di Tim Nasional (Timnas) Inggris saat laga uji tanding melawan Italia pada 31 Maret 2015.
ADVERTISEMENT
Setahun berselang, ia masih menjadi pilihan Pochettino meski lebih banyak berangkat dari bangku cadangan. Secara keseluruhan, ia bermain sebanyak 22 kali dan hanya 8 kali ia menjadi pilihan utama. Hebatnya, ia sempat mengemban ban kapten saat berhadapan dengan Fiorentina di kancah Liga Europa.
Namun, Spurs bukanlah pelabuhan terakhir Mason. Pada awal 2016/2017, Mason memutuskan untuk hijrah ke Hull dengan mahar 13 juta poundsterling. Nilai tersebut membuatnya menjadi pemain termahal sepanjang sejarah The Tigers.
Gol perdananya bagi Hull tercipta di ajang Piala Liga kala sukses menaklukkan Stoke City 2-1. Sementara sumbangan gol pertama di ajang Premier League ketika ia mencetak satu-satunya gol tim saat dilumat 1-6 oleh AFC Bournemouth.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi Hull bukanlah Spurs yang kini menjelma menjadi salah satu kekuatan besar di Premier League. Kesebelasan yang bermarkas di KC Stadium itu merupakan tim pesakitan yang kini terdampar di urutan ke-19 setelah hanya mengoleksi 16 poin dari 22 laga.
Perjalanannya di Hull tak bisa dibilang mulus. Dari total 16 laga yang dilakoninya ia hanya bermain 90 menit penuh sebanyak empat kali, jelas bukan harapan dari pemain yang hengkang karena miskinnya menit bermain.
Terlebih insiden yang tengah dialaminya saat ini dapat mengancam karier mantan penggawa Timnas Inggris U-16, U-19, dan U-20 itu. Hal tersebut kemudian mengundang kepedulian para insan sepak bola di Inggris dan berharap salah satu aset masa depan The Three Lions itu lekas diberikan kesembuhan.
ADVERTISEMENT
Beberapa mantan rekannya seperti Gareth Bale dan Hary Kane, serta beberapa pemain Liga Inggris serta legenda Liverpool, Robie Fowler, juga memperlihatkan rasa simpatinya terhadap insiden dialami Mason. Tak ketinggalan, Spurs juga menunjukkan kepedulian terhadap mantan pemainnya itu.
Sekali lagi: semoga lekas sembuh, Mason.