Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sani Riski Tak Kuasa Menahan Tangis: Ingat Perjuangan Orang Tua
1 Maret 2019 16:33 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
ADVERTISEMENT
Hidup manusia itu unik. Ada satu kasus ketika tiga pertandingan sepak bola saja, bisa mengubah nasib seorang pemain yang awalnya tidak dikenal menjadi seorang pahlawan negara. Itu yang terjadi pada Sani Riski Fauzi.
ADVERTISEMENT
Di awal keberangkatan Timnas U-22 jelang ajang Piala AFF, mungkin jarang ada yang mengenal sosok Sani. Pemain yang merupakan lulusan PPLP Ragunan dan SPN Lido, Sukabumi, ini mungkin hanya dikenal pada beberapa kalangan di sepak bola nasional.
Namun, perkara kemampuan, seorang Simon McMenemy pun sudah mengakui kemampuan dari pemuda berusia 20 tahun ini. Pernah ikut klub sepak bola PSPB, sekaligus mewarisi darah sepak bola dari sang kakek dan ibu, membuat karier sepak bola Sani melonjak. Piala AFF U-22 jadi titik Sani memperkenalkan dirinya kepada publik sepak bola Indonesia.
Lewat sebuah gol yang ia cetak ke gawang Thailand di babak final Piala AFF U-22, gol yang membawa kebangkitan di tubuh Timnas U-22, Sani semakin menegaskan bahwa dirinya adalah salah satu talenta yang perlu dirawat sepak bola Indonesia. Ia bahkan disebut sebagai salah satu pemain terbaik dan jimat keberuntungan oleh manajernya di Bhayangkara FC, AKBP Sumardji.
ADVERTISEMENT
Menerima semua pujian itu, Sani memilih untuk tetap rendah hati. Soal pujian yang dialamatkan Sumardji kepadanya, sosok berusia 20 tahun itu mengungkapkan bahwa memang Sumardji sering memotivasi pemain. Ia juga kerap memberikan arahan-arahan yang membuat pemain bermain lebih semangat.
"Ya, Pak Mardji sangat memotivasi pemain-pemain, semua sangat senang. Saya juga sangat termotivasi ketika dia kasih arahan dan semangat, dan semua pemain pun merasakan hal-hal positif. Semua juga jadi lebih semangat dan pantang menyerah, jangan kenal lelah, dan Alhamdulillah berkat motivasi dari Pak Mardji kami bisa raih hasil yang terbaik," ujar Sani saat diwawancara di Mako Brimob Kwitang, Jakarta Pusat, Jumat (1/3/2019).
Soal dirinya yang kerap disebut sebagai jimat keberuntungan, Sani menyebut bahwa itu semua sudah ada yang mengatur, yakni Tuhan. Sebagai pemain, ia hanya berusaha memberikan yang terbaik.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, khusus untuk tangis yang sempat terlihat ketika tengah menggelar konferensi pers, Sani menyebut bahwa itu adalah tak lebih dari ungkapan haru.
"Tadi terharu juga melihat orang tua saya mengungkapkan apa yang dia harapkan dan inginkan, saya sebagai anak sedih melihat apa yang dirasakan oleh bapak saya. Saya sebagai anak akan kerja keras, ingin memberikan apa yang orang tua saya inginkan, dan Insha Allah saya akan terus bekerja keras untuk memberikan semuanya buat orang tua saya," ungkap Sani.
Saat ini, ibu dari Sani, Ida Kusumawati, diketahui bekerja sebagai office girl di Sukabumi. Sementara, sang ayah Edi Riadi bekerja sebagai buruh serabutan.
Setelah bercucur peluh di ajang Piala AFF U-22, Timnas U-22 akan kembali turun di dalam sebuah ajang penting pada bulan ini. Ya, skuat 'Garuda Muda' akan bertanding di babak kualifikasi Piala Asia U-23 yang diselenggarakan di Vietnam. Bukan cuma itu, Timnas U-22 juga akan berlaga di ajang SEA Games 2019.
ADVERTISEMENT
Menyoal masih banyaknya ajang yang kelak akan dilewati oleh Indonesia, serta perjalanan yang juga mungkin akan diarungi Sani bersama Bhayangkara FC di musim depan, ia mengaku akan tetap menjaga kondisi mentalnya. Sani akan tetap mengganggap dirinya biasa-biasa saja di tengah gelimang prestasi yang kini ia terima.
"Ya kalau saya pribadi, saya anggap diri saya biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Saya yang penting fokus lebih kerja keras lagi, walaupun ada sanjungan-sanjungan saya tidak bakal terlena, stop euforia ya. Saya bakalan lebih semangat lagi," katanya.