Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Liga 1 2020 tengah limbung. Bahkan, ada potensi bahwa kompetisi sepak bola level tertinggi di Indonesia ini akan dihentikan.
ADVERTISEMENT
PSSI mengelar pertemuan virtual dengan 18 klub Liga 1 dan perwakilan dari PT Liga Indonesia Baru (LIB) pada Rabu (27/5/2020). Pertemuan ini bertujuan untuk menjaring aspirasi klub Liga 1 perkara kelanjutan kompetisi musim 2020.
Hasilnya, dua kubu terbentuk di pertemuan tersebut. Sebanyak 12 klub menginginkan agar Liga 1 2020 dihentikan. Lima klub lain ingin lanjut, serta satu klub (Persipura Jayapura) memilih abstain.
Dari hasil rapat tersebut, terlihat bahwa peluang Liga 1 2020 dihentikan cukup besar. Hal ini terlihat dari lebih banyaknya klub yang menginginkan kompetisi berhenti dibandingkan mereka yang ingin kompetisi berlanjut.
Nah, bicara masalah terhentinya kompetisi, hal itu pernah terjadi sejak era Liga Indonesia dimulai pada 1994/95. Terhitung, dua kali Liga Indonesia dihentikan, yakni pada 1997/98 dan 2015, akibat alasan yang berbeda-beda. Bagaimana situasinya ketika itu?
ADVERTISEMENT
Liga Indonesia IV 1997/98
Momen pertama kalinya kompetisi sepak bola Indonesia dihentikan terjadi pada 1998. Ketika itu, PSSI yang dipimpin Azwar Anas memutuskan untuk menyetop Liga Indonesia IV 1997/98 pada 25 Mei 1998.
Tanda-tanda bahwa kompetisi musim 1997/98 akan berhenti sejatainya telah muncul sejak awal kompetisi. Krisis moneter yang melanda Indonesia saat itu membuat Bandung Raya dan Assyabaab Surabaya mundur akibat kesulitan finansial.
Berlanjut pada 6 Mei 1998, ketika itu sekelompok suporter melakukan aksi vandalis terhadap klub Arseto Solo di Stadion Sriwedari. Aksi ini dipicu oleh Sigit Harjoyudanto, pemilik Arseto, yang merupakan putra dari Soeharto, Presiden Indonesia kala itu.
Di tahun tersebut, segala hal yang berbau Soeharto menjadi sasaran amukan massa. Arseto sendiri langsung bubar selepas kompetisi dihentikan, lewat sebuah rapat yang digelar oleh para pengurusnya pada 28 Mei 1998 di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Tanda-tanda kompetisi akan dihentikan juga muncul saat beberapa laga yang berlangsung dalam kurun waktu 14 hingga 17 Mei dibatalkan. Laga-laga itu antara lain Persebaya vs PSBL, Arema vs Semen Padang, Petrokimia vs PSM, serta PSIM vs PSMS.
Semua alasan dari pembatalan laga tersebut sama, yakni situasi keamanan yang tidak kondusif. Hal ini ditambah dengan munculnya ide dari Manajer Pelita Jakarta, Nurdin Halid, yang menyarankan agar kompetisi dihentikan.
Alhasil, di tengah kacaunya situasi politik dan keamanan, PSSI memutuskan untuk menghentikan Liga Indonesia 1997/98. Tidak cuma itu, mereka juga menghentikan kompetisi Divisi I, Piala Nike, serta batal menjadi tuan rumah Piala AFF 1998.
Dilansir RSSSF, saat kompetisi dihentikan, rata-rata klub sudah melakoni 14 hingga 17 laga. Persebaya jadi pemuncak klasemen Wilayah Barat dengan 28 poin, disusul PSMS selaku pemuncak klasemen Wilayah Tengah dengan 31 poin.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, PSM bertengger di posisi teratas klasemen Wilayah Timur dengan 30 poin. Gelar pencetak gol terbanyak menjadi Kurniawan Dwi Yulianto yang saat itu membela Pelita. Ia sukses menorehkan 20 gol dari 18 laga.
Selepas liga dihentikan, banyak para pemain yang memutuskan bermain di kompetisi tarkam (antar kampung) demi menyambung hidup. Berhentinya kompetisi juga membuat pecinta sepak bola Indonesia berang.
Di Bandung, penghentian kompetisi berimbas pada aksi demonstrasi yang digelar di Gedung Sate. Ketika itu, bobotoh (sebutan untuk suporter Persib) menyatu dengan elemen masyarakat lain melakukan demo di sana.
Liga Indonesia sendiri kembali bergulir pada 1 November 1998. Tetapi, bukan sebagai lanjutan musim 1997/98, melainkan masuk ke musim baru, yakni Liga Indonesia V 1998/99. Kucuran subsidi Rp2,8 miliar juga diberikan kepada klub-klub saat itu.
ADVERTISEMENT
QNB League 2015 (Liga Super Indonesia 2015)
Setelah peristiwa 1998, Liga Indonesia kembali mengalami hal pahit pada 2015. Saat itu, Liga Super Indonesia 2015--atau lazim juga disebut QNB League--dihentikan akibat konflik antara PSSI dan Menpora, berujung sanksi FIFA pada 30 Mei 2015.
Hampir serupa dengan 1998, tanda-tanda berhentinya kompetisi musim 2015 ini sudah tampak sejak awal. Sepak mula yang awalnya dijadwalkan Februari, berubah menjadi April. Verifikasi ketat dari BOPI jadi pemicunya.
Pada akhirnya, liga tetap berlanjut. Total, hingga 11 April, ada 19 laga yang dihelat di ajang Liga Super Indonesia 2015. Akan tetapi, SK Pembekuan PSSI yang dikeluarkan Kemenpora pada 17 April 2015 membuat kompetisi berhenti per 2 Mei 2015.
ADVERTISEMENT
Tidak cuma itu, PSSI juga akhirnya mendapatkan sanksi FIFA pada 30 Mei 2015, buah dari intervensi pemerintah terhadap sepak bola di Indonesia. Alhasil, selain terhentinya kompetisi, Timnas Indonesia juga tidak bisa mengikuti ajang internasional.
Ketika Liga Super Indonesia 2015 dihentikan, Gresik United tengah menjadi pemuncak klasemen dengan raihan sembilan poin, disusul Persipura dan Persib di peringkat dua dan tiga dengan enam poin. Rata-rata, tim sudah memainkan satu hingga tiga laga kala itu.
Serupa pula dengan kejadian 1998, para pemain akhirnya mencari penghidupan dengan mengikuti kompetisi tarkam. Bukan hal yang aneh melihat sosok-sosok kenamaan di sepak bola Indonesia bermain di lapangan tanah khas tarkam saat itu.
Selain itu, muncul juga ajang-ajang seperti Piala Presiden maupun Piala Jenderal Sudirman untuk mengisi kekosongan kompetisi di Indonesia. Belum lagi ajang Indonesia Soccer Championship 2016 yang digagas PT Gelora Trisula Semesta (GTS).
ADVERTISEMENT
FIFA sendiri mencabut sanksi atas Indonesia pada 13 Mei 2016, seiring dengan pencabutan surat pembekuan PSSI yang dilakukan Menpora pada 01 Mei 2016. Alhasil, Indonesia bisa mengikuti Piala AFF 2016. Kompetisi sepak bola pun dapat dihelat lagi.
***
Liga 1 2020 sebenarnya masih ada potensi untuk berlanjut. Saat ini, PSSI sedang dalam tahap menampung aspirasi klub, sebelum nantinya aspirasi ini dibawa dalam rapat darurat Komite Eksekutif (Exco) PSSI pada 29 Mei.
Jadi, pada 29 Mei, nasib liga bakal ditentukan. Dalam waktu yang singkat ini, PSSI harus menemukan formula yang pas perkara kelanjutan kompetisi, dengan mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak.
Jika kelak kompetisi terhenti, sejarah akan mencatat bahwa pada 2020, Liga Indonesia dihentikan untuk ketiga kalinya.
ADVERTISEMENT
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk, bantu donasi atasi dampak corona